Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Bahasa daerah yang terancam punah

Nurhayati Rahman, guru besar filologi di Universitas Hasanuddin Makassar, memperlihatkan salinan aksara dalam menulis teks La Galigo . Beberapa hurufnya terlihat tak biasa dan aneh. Tak seperti aksara Bugis dan Makassar yang dipelajari di sekolah. “Coba lihat huruf Sa -nya. Ada tiga buah aksara yang digunakannya,” katanya. “Terus bandingkan dengan huruf Sa dalam aksara sekarang, hanya ada satu dan seperti ketupat.” Tiga penanda huruf Sa dalam teks La Galigo yakni berbentuk satu garis lurus tegak, atau kadang-kadang satu garis miring, dan bahkan menyerupai simbol listrik yang digunakan perusahaan listrik negara. Aksara huruf Ja pun memiliki tiga buah penanda. Sementara aksara Ngkaq, Nya, Nra, dan Mpa hanya menggunakan satu buah penanda yakni garis lurus –seperti kata penghubung dalam menuliskan dua kata yang terulang dalam ejaan bahasa Indonesia saat ini. Namun, pandangan lain menyatakan, jika huruf Sa diyakini sebagai awal mula pembentukan huruf lainnya. Sa dalam kompo

rencana pembentukan provinsi madura

Gambar
Pulau Madura. bappeda.jatimprov.go.id TEMPO.CO , Bangkalan -  Berbagai upaya telah dilakukan Panitia Percepatan Pembentukan Provinsi Madura (P4M) untuk mempercepat proses pemisahan Pulau Madura dari Provinsi Jawa Timur. Namun hingga kini belum ada perkembangannya. Politisi Senayan asal Madura, Farid Alfauzi, menilai mandegnya wacana pembentukan Madura menjadi provinsi karena P4M ingin instan. Mereka menjadikan pembentukan Provinsi Gorontalo dan Provinsi Riau sebagai acuan. "Padahal situasi Madura dengan Gorontalo dan Riau berbeda," kata Farid di Bangklan, Sabtu, 2 April 2016. Perbedaan pertama, kata Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini, dalam pembentukan Provinsi Gorontalo yang berkeinginan adalah pemerintah pusat. Sedang pembentukan Provinsi Madura keinginan P4M. Perbedaan kedua karena ada potensi terjadi masalah disintegrasi bangsa di Gorontalo dan Riau. Untuk mengatasi ancaman disintegrasi itu pemerintah mempercepat pemisahan Gorontalo dan Riau. Bahkan

Negara Hakka di Kalimantan Barat "Sebuah Sejarah Yang Hampir Terlupakan"

Gambar
C erita ini saya baca dan kutip dari berbagai sumber baik majalah, surat kabar dan dari situs/blog2 yang bertebaran di dunia internet, kemudian saya rangkum kembali menjadi cerita yang lebih detail. P ada akhir abad ke 18, jauh sebelum Indonesia terbentuk jadi sebuah negara, di bagian Barat Kalimantan (Borneo) telah berdiri sebuah bentuk republik, dan berhasil bertahan selama 100 tahun lebih sebelum dihancurkan oleh penjajahan Belanda. Republik ini didirikan oleh orang China yang saat itu dikirim sebagai pekerja tambang, saat terjadi gold-rush di Borneo. Orang Hakka (Khek) yang berasal dari daerah Guandong (Kanton), Cina, membentuk komunitas dengan pemerintahan sendiri yang berbentuk seperti layaknya suatu Republik di Kalimantan Barat, tepatnya di Mandor. Presiden pertamanya adalah Lo Fong Pak (Low Lan Pak), ia lahir tahun 1738 di Guandong, Mei Hsien, distrik Shih Pik Pao pada tahun ketiga dinasti Ching. Ia mengawini seorang gadis dan mempunyai seorang putera.

Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia

Gambar
  John Lie, seorang bangsawan keturunan Cina Timor, menunjukkan alat tiup dari tanduk kerbau warisan leluhurnya. Lie, bersama para penari asal Kabupaten Kupang, tengah bersiap dalam pementasan Tari Perang di Festival Budaya Melanesia, 28 Oktober 2015. ( Mahandis Y. Thamrin ) “Pasifik memiliki keterkaitan sejarah dan budaya dengan Indonesia,” kata Truman Simanjuntak dalam forum Festival Budaya Melanesia yang digelar di Kupang, Nusa Tenggara Timur (28/10). “Kawasan itu,” lanjut Truman, “dihuni oleh manusia modern  awal sejak 60.000 tahun yang lalu.”Truman merupakan profesor riset dari Pusat Arkeologi Nasional, yang juga pada tahun ini mendapat anugerah Sarwono Awards dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Kita mengenal orang-orang Melanesia yang bercirikan kulit hitam dan rambut keriting. Melanesia berasal dari kata dalam bahasa Yunani, melas berarti hitam dan nesos berarti kepulauan. Sejak 60.000-30.000 tahun silam, sebagian besar wilayah Indonesia telah dihun