Misteri Lokasi Negeri Ophir
Negeri Ophir
(baca: Opir) atau kadang disebut juga Ofir, adalah suatu negeri atau
wilayah yang dikatakan kaya emas, alam dan barang berharga lainnya, yang
merupakan negeri asal dari emas dan perhiasan yang diterima Nabi
Sulaiman AS (Raja Salomo / King Solomon) dari Raja Hiram (Hirom atau
Huram) yang bekuasa antara 980–947 SM, yaitu seorang Raja dari
Kerajaaan Fenisia (Phoenician) dari Tirus (Tyre) sebuah wilayah yang sekarang berada di selatan Libanon.
Keterampilan
maritim yang terkenal dari bangsa Fenisia (Phoenician) mengejutkan Raja
Salomon (973 – 33 SM), kemudian dia meminta Raja Hiram dari Tirus untuk
mengiriminya tukang kayu Fenisia dan pelaut veteran untuk bergabung
dengan armadanya ke tanah Ophir pada tahun 945 SM.
Tidak ada kepastian pasti mengenai lokasi tanah Ophir. Lokasi geografis Ophir digambarkan dengan cara yang persis sama dengan Tanah Punt (The Land of Punt), namun menurut penelitian Tanah Punt berada di Pulau Enggano, di lepas pantai Bengkulu.
Kedua negara itu, Punt dan Ophir, berada “jauh, ke tenggara”, dimana kapal
mulai berlayar dari pelabuhan di Laut Merah, menuju ke timur dan
pelayaran berlangsung selama tiga tahun dalam kedua misi tersebut.
Barang-barang yang dibawa orang-orang Mesir dari Ophir kurang lebih sama dengan yang dibawa dari Punt dan pelabuhan lainnya. Raja Salomon menerima kargo emas, perak, “kayu algum”, batu mulia, mutiara, gading, kera dan burung merak setiap tiga tahun. Dimana
tepatnya letak atau keberadaan negeri yang bernama Ophir ini, masih
merupakan kontroversi dan misteri di kalangan para ilmuwan dunia hingga
detik kini.
Sejauh ini
para ahli arkeolog, teolog, sejarawan dan para ahli dan peneliti lainnya
memiliki beberapa teori tentang dimana letak, lokasi, posisi serta
keberadaan Negeri Ophir yang kaya emas dan masih misterius ini. Nabi
Sulaiman AS atau Raja Solomon (990-931 SM), mulai berkuasa menjadi raja
sekitar 970 – 931 SM.
Negeri Ophir dikisahkan dalam Kitab Suci
Negeri Ophir disebutkan dalam beberapa kitab wahyu.
- Yahudi
Dalam dalam
kitab Yahudi, Kitab-1 Raja-raja pasal 9, diterangkan bahwa Raja Salomon
(Nabi Sulaiman AS), menerima 420 talenta emas dari raja Tirus yang
bernama Hiram. Raja Hiram dari Tirus memberikan harta tersebut karena
Raja Hiram merupakan raja bawahan Raja Solomon.
Diceritakan
bahwa emas upeti tersebut didapatkan dari negeri yang disebut sebagai
Ophir atau Ofir yang hingga kini masih misterius letaknya, yaitu suatu
negeri yang diberkati Tuhan dengan kekayaan emas dan kesuburan tanahnya.
Sebuah bagian dapat dikutip dari Yosefus (Josephus) di zaman purba orang-orang Yahudi / Antiquity of the Jews (93/94 M) dalam berbicara tentang kepemimpinan yang diserahkan kepada Raja Salomon oleh Hiram dari Tirus.Raja
Salomon memberikan perintahnya agar mereka harus pergi bersama dengan
pelayannya ke negeri yang sebelumnya bernama Ophir, tapi kemudian
bernama “Aurea Chersonesus”, untuk mengambil emas. Dari sini dia membuat pernyataan yang pasti, bahwa Ophir dan Aurea Chersonesus adalah satu atau sama.
- Nasrani
Ophir
juga disebutkan dalam Alkitab Nasrani, pada 1. King 9:28; 10:11;
22:48;1 Chronicles 1:23; 29:4; 2. Chronicles 8:18; 9:10; 22:24; 28:16
danIsaias 13:12; adalah pelabuhan atau wilayah yang terkenal dengan kekayaannya. Raja
Salomon (Nabi Sulaiman AS) menerima kargo emas, perak, kayu cendana,
mutiara, gading, kera, dan burung merak dari Ophir setiap tiga tahun. Keberadaan Biblical Eldorado of the Land of Ophir
(Penatua Biblika dari Tanah Ophir) (I Kings 10:11, II Chronicles 9:21)
diyakini sebagai tujuan akhir suku-suku yang hilang Israel.
Dalam Genesis 10 / Kejadian 10 (Table of Nations) dikatakan sebagai nama salah satu putra Joktan. Joktan atau Yoktan adalah anak kedua dari kedua putra Eber, cucu besar Sem, anak Nabi Nuh AS.
Dalam literatur pra-Islam, Ophir disebutkan dalam tiga sumber Arab dan Ethiopia pra-islam: Kitab-al-Magall (The Kitab-al-Magall), Gua Harta Karun (The Cave of Treasure), dan Konflik Adam dan
Hawa dengan Setan (the Conflict of Adam and Eve with Satan).
Kitab
al-Magall menyatakan bahwa pada zaman Reu, seorang raja Saba (Sheba)
bernama “Pharoah” atau Firaun, menganeksasi Ophir dan Havilah ke dalam
kerajaannya, dan “membangun Ophir dengan batu-batu emas, karena
batu-batu pegunungannya adalah emas murni “.
- Islam
Di dalam
Al-Qur’an, walau Negeri Ophir tak disebut, namun dalam Al-Quran pada
surat 21 yaitu Surah Al-Anbiyaa’ (Nabi-Nabi) pada ayat 81 disebutkan:
walisulaymaana alrriiha ‘aasifatan tajrii bi-amrihi ilaa al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa wakunnaa bikulli syay-in ‘aalimiina.
“Dan
(telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.
Al-Anbiyaa’ 21: 81)
Memang tak
disebutkan negeri Ophir dalam ayat Al-Quran diatas, namun ayat itu
menerangkan keterkaitan antara kapal-kapal armada Nabi Sulaiman AS
dengan sebuah wilayah atau negeri yang diberkati, dan bahwa kapal-kapal
Nabi Sulaiman A.S. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa).
Pada masa kini
diperkirakan nilai upeti emas yang diberikan kepada Nabi Sulaiman A.S.,
atau Raja Solomon tersebut senilai lebih dari US$60 trilyun dollar
Amerika atau US$60 trillion. Misal jika di rupiahkan dengan kurs US$ 1
dollar AS = Rp. 13.000, maka sebesar Rp. 780.000 trilyun, atau Rp.780 kuadriliun!
Nah, pusing
khan? Pada waktu itu, mungkin saja dari seluruh negeri dan kerajaan di
seantero planet Bumi ini, mungkin hanya Negeri Ophir yang mampu
menghasilkan kekayaan sebesar itu. Tapi, dimanakah letaknya Negeri
Ophir?
Lokasi Negeri Ophir yang masih misterius
Lokasi
misteriusnya negeri Ophir masih menuai kontroversi hingga kini. Ada
beberapa kemungkinan lokasi di seluruh dunia, misalnya di beberapa
wilayah di Afrika, India, Sri Langka dan Filipina serta di beberapa
belahan dunia lainnya.
- Benua Afrika
Di Afrika, wilayah Ophir kemungkinan berada di daerah yang disebut sebagai Great Zimbabwe di Zimbabwe. Selain itu ada
pula yang menyakini Ophir berada di Sofala Mozambique. Namun ada pula
yang berteori wilayah Ophir berada di Gurun Danakil (Ethiopia, Eritrea)
antara Adulis dan Djibouti.
Juga ada yang
menduga wilayah Ophir berada di Carthaginians Afrika bagian utara yang
sekarang adalah Tunisia. Bahkan ada yang menduga berada di Laut Merah
dan kini sudah tenggelam, dan masih ada beberapa lokasi lagi di Afrika.
- India dan Sri Lanka
Negeri Ophir juga di teorikan berada di India, lebih tepatnya di wilayah India selatan dan juga di utara Sri Lanka. Di India, Ophir diteorikan di beberapa tempat, seperti di Tamilakkam, Tarshish, Mantai dan Kudiramalai.
Juga di sepanjang pantai Kerala Kernataka termasuk Poovar dan Beypore. Dalam tradisi Yahudi, Ophir sering dikaitkan dengan sebuah tempat di India, dinamai untuk salah satu putra Joktan.
Ahli
leksikristus abad ke-10, David ben Abraham al-Fasi, mengidentifikasi
Ophir dengan Serendip, nama Persia tua untuk Sri Lanka.
- Malaka (Malaysia)
Di semenanjung Malaysia tepatnya di perbatasan antara negara bagian Malaka dan Johor ada gunung tertinggi di kawasan itu yang bernama Gunung Ledang namun kadang disebut juga sebagai Gunung Ophir. Pada masa kini, gunung yang hanya setinggi 1276 meter (4186ft) itu, telah menjadi salah satu tempat pendakian yang populer. Namun
para arkeolog dan peneliti dibidangnya melemahkan lokasi ini sebagai
Negeri Ophir yang dimaksud, karena hanya nama alias dan penamaan
tersebut termasuk baru serta tak ada bukti pendukung lainnnya.
- Semenanjung Arabia
Di salah satu bagian dari Semenanjung Arabia (Arabic Peninsula) juga diteorikan sebagai salah satu kemungkinan lokasi Negeri Ophir.
Wilayah
bernama Ophir berada di bagian selatan-tenggara dari Semenanjung Arabia
atau berada di sebelah timur Laut Merah yang membelah antara Semenanjung
Arabia dan benua Afrika, yang pada masa kini bisa menjuju ke Terusan
Suez.
Penemuan kota
Ubar (atau biasa disebut Aram, Irum, Irem, Erum, Iram of the Pillars,
City of the tent poles, atau the lost city of Ubar), yang hilang di
semenanjung Arab selatan dipercaya sebagai pemicu daerah ini dimasukkan,
karena bisa jadi disanalah Ophir yang dimaksud.
- Benua Amerika
Hubungan
ketika di masa pra-Columbus antara Eurasia dan Amerika, telah diusulkan
oleh beberapa peneliti lokasi Ophir yang lebih jauh, berada di benua
Amerika, seperti Peru atau Brazil modern.
Teolog
Benito Arias Montano (1571) mengusulkan untuk memasukkan teori bahwa
Ophir berada di Peru, dengan alasan bahwa penduduk asli Peru adalah
keturunan Ophir and Shem.
Selain itu, ia juga mengklaim bahwa provinsi Yucatan di Meksiko memiliki nama yang sama dengan Ioktan, ayah dari Ophir.
- Australia
Seorang
penulis topik sejarah alternatif bernama David Hatcher Childress,
berpendapat bahwa Negeri Ophir berada di benua Australia. Ia menyatakan bahwa muatan emas, perak dan batu mulia diperoleh dari tambang di bagian barat-laut benua itu.
Sementara gading, cendana dan burung merak, diperoleh di Asia Selatan ketika dalam perjalanan kembali ke Kana’an.
Namun
begitu besarnya Australia sebagai sebuah benua, bahkan walau bagian
barat-laut benua itu, ia tetap tak dapat memastikan di Australia
barat-laut bagian mana Negeri Ophir berada.
- Filipina
Tak
ketinggalan, negeri Ophir juga diteorikan berada di wilayah Filipina,
namun hal ini lebih dipercaya peneliti karena sempat tertulis dalam
sebuah buku kuno.
Dalam sebuah buku yang ditemukan di Spanyol yang berjudul “Colección General de Documentos Relativos a las Islas Filipinas” atau “Koleksi Umum Dokumen Terkait Kepulauan Filipina” (General Collection of Philippine Islands related Documents), nama wilayah Ophir disebutkan.
Penulis telah menjelaskan bagaimana menemukan Ophir. Menurut bagian “Dokumen No. 98”, tertanggal 1519-1522, Ophir dapat ditemukan dengan bepergian dari Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, ke India, ke Burma, ke Sumatra, ke Maluku, ke Kalimantan, ke Sulu, ke Cina, lalu akhirnya ke Ophir.
Ophir
dikatakan berada di lepas lautan dekat China, dari banyak pulau di mana
orang-orang Maluku, Cina, dan Lequios bertemu untuk berdagang.
Dari
catatan Jes Tirol menegaskan bahwa kelompok pulau ini penduduknya bukan
orang Jepang dan juga bukan orang-orang Maluku atau Taiwan, karena
pulau ini tidak terdiri dari “banyak pulau”. Hanya orang-orang Filipina pada masa sekarang (pada saat buku itu ditulis pada masa lalu) sesuai dengan deskripsi.
Catatan
Spanyol juga menyebutkan adanya “Lequios”, yaitu pria kulit putih yang
berjanggut besar, mungkin keturunan Fenisia (Phoenician), yang
kapal-kapalnya selalu sarat dengan emas dan perak, berada di kepulauan
itu untuk mengumpulkan emas dan perak.
- Tempat lainnya
Masih ada beberapa tempat lainnya sebagai lokasi yang diduga sebagai Negeri Ophir. Asumsi lain ini berbeda-beda secara luas, bahkan hingga lokasi bertema Atlantis. Mitologi
Portugis menempatkannya di Ofir, sebuah tempat di Fão, Esposende.
Bavarian antagonis Aventinus (1530) menyiratkan bahwa itu adalah Epirus,
pada pantai Adriatik Balkan.
Pada
tahun 1568, Alvaro Mendaña orang Eropa pertama yang menemukan Kepulauan
Solomon, menamai mereka seperti itu karena dia percaya bahwa kepulauan
itu sebagai Ophir.
Negeri Ophir di Pulau Sumatera?
Di
Pulau Sumatra, tepatnya di wilayah yang sekarang menjadi provinsi
Sumatera Barat, ada sebuah gunung yang dulunya bernama “Gunung Ophir”. Oleh karenanya, ada ahli yang berpendapat bahwa negeri Ophir terletak di Sumatera, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda.
Lebih tepatnya berada di deratan Pegunungan Barisan, di wilayah Sumatera Barat terdapat sebuah gunung yang bernama Gunung Talakmau atau Talamau. Apa yang menarik dari gunung ini? Yang menarik adalah gunung ini pada masa lampau atau pada masa sebelumnya, bernama Gunung Ophir. Mengenai dari mana asal-usul nama Ophir yang diberikan pada gunung tersebut, juga belum di dapat data sejarah yang pasti.
Gunung Talamau atau juga disebut Gunung Ophir adalah gunung yang berada di garis khatulistiwa (equator)
dan sekaligus yang tertinggi di wilayah Sumatera Barat. Gunung ini
terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman
yang berada di sisi barat daya.
Perlu juga untuk diketahui bahwa Pulau Sumatera pada zaman dulu kala disebut dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa, (swarna=emas, dwipa=pulau) yang berarti “Pulau Emas” (Island of Gold), seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi. Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, (swarna=emas, bhumi=tanah) yang berarti “Tanah Emas” (Land of Gold).
Jadi sangat jelas dalam bukti sejarah tersebut, bahwa kedua nama
Sumatera pada masa lalu itu terkait dengan kamdungan dan hasil alam yang
kaya akan emas.
Emas di Pulau Sumatera (Gold in Sumatra Island)
Sebelum
Belanda, Jepang dan Inggris datang, bahkan jauh sebelum Portugis, dan
Spanyol datang, Nusantara sudah terkenal akan kekayaan emasnya. Emas
sebagai salah satu komoditas yang bernilai sudah dikenal dan ditambang
di Nusantara sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.
Selain situs
tambang, banyak artefak yang ditemukan para arkeolog yang terbuat dari
emas, baik berupa mahkota, perlengkapan peribadatan, perhiasan, hingga
peralatan sehari-hari. Mitos atau
legenda dengan emas menjadi bagian dari kisahnya, masih dituturkan
hingga kini. Secara empiris hal tersebut membuktikan bahwa sejak dahulu,
beberapa daerah di negeri ini pernah menjadi pusat penambangan emas,
pengrajin emas, hingga perdagangan emas.
Pusat tambang
emas tertua Nusantara diantaranya berada di Sumatra. Menurut M.J. Crow
dan T.M. van Leeuwen, jalur emas Sumatra berhimpitan dengan garis
patahan karena adanya peristiwa geologi.
Proses
mineralisasi emas ini terjadi berbarengan dengan munculnya basur magma
sepanjang Bukit Barisan. Interaksi magma dengan batuan dasar pada
tekanan tertentu membentuk zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa
yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral (host rock),
termasuk emas.
Logam mulia
tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan Bukit Barisan seperti
Martabe, Rawas, Bangko, Lebong dan Mandailing. Hal ini menjadikan pulau
Sumatra terkenal dengan sebutan SWARNADWIPA. Yang dalam bahasa Sanskerta
berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun
860 Masehi.
Perdagangan
emas di pulau ini telah berlangsung lama. Berita mengenai Pulau Emas
sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair
Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis sebuah
puisi epik “Os Lusiadas” (1572), tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing.
Melalui
catatan Tome Pirse, seorang petualang di awal abad 16 telah diketahui
bahwa emas telah diperdagangkan di seluruh kota pelabuhan di Sumatera
terutama Barus.
Bahkan jauh sebelum itu, melalui tulisan Ptolomeus dalam Geographia
pada awal abad ke-2, disebutkan bahwa pelabuhan tua di pantai barat
Sumatra Utara tersebut, emas telah menjadi salah satu komoditas utama
yang diperdagangkan selain kapur barus. Emas yang diperdagangkan
tersebut diperkirakan berasal dari sungai-sungai yang berhulu di sekitar
Bukit Barisan. Sebuah batu
bertuliskan huruf Hindi yang berasal dari peradaban Hindu-Budha dari
kerajaan Sriwijaya dan Melayu menceritakan bahwa “Sultan Sungai Emas”
mengekspor emasnya ke hilir melalui sungai Indragiri dan Siak yang
mengalir dari tanah tinggi Sumatera Barat ke pantai barat Sumatera.
Disebut pula
bahwa orang Minang adalah yang pertama kali menempati jantung kerajaan
Sriwijaya di sekitar Palembang. Kerajaan Minangkabau yang kaya dengan
emas merupakan pendukung dari Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 pada masa
kejayaan agama Buddha. Hingga awal
abad ke-17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang
paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu. Emas ditambang dari
sungai-sungai di sebelah timur dan ditambang-tambang bukit Minangkabau.
Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1200 tambang emas di sana (Marsden 1783: 168; cf. Eredia 1600: 238-239).
Melalui
perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang
di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas di
Tambang Salida pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga
untuk pos Padang (Jacob Joriszoon Pit; 1667-23 Mei 1678). Dua ahli
tambang pertama yang didatangkan ke Salida bernama Nicolaas Frederich
Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria. Selama 150 tahun
beroperasinya Tambang Salida tidak banyak yang diketahui orang, sampai
kemudian Verbeek menerbitkan bukunya: “Nota over de verrichtingen der
Oost-Indische Compagnie bij de ontginning der goud- en zilveraders te
Salida op Sumatras Westkust” (Catatan tentang tindakan VOC mulai menggarap sumber emas dan perak di Salida, Sumatra Barat; 1886).
Peta
pada abad 16 sampai abad ke-17 menyebutkan Mount Ophir, yang merupakan
Gunung Talamau sekarang, terletak sekitar 100 kilometer barat daya
Tanjungemas yang terkenal pada zaman kuno untuk tambang emasnya. Ini adalah bukti lain bahwa Ophir terletak di Sumatera, kemungkinan besar sebuah wilayah bernama “Tanjungemas”.
Kesamaan Barang Kargo Ekspedisi Ophir era Nabi Sulaiman A.S.
Nabi
Sulaiman AS atau Raja Salomon dikatakan menerima kargo berupa emas,
perak, “kayu algum”, batu mulia, gading, kera dan burung merak. Mari
kita telusuri semua barang tersebut.
- Emas
Para raja-raja
di Sumatera memiliki emas yang sangat banyak dan juga menjadi perhiasan
para bangsawan di pulau ini pada masa lampau. Apalagi pada dahulu kala pulau ini sudah terkenal dengan sebutan dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa yang berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda tahun 860 Masehi.
Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai
Swarnabhūmi, yang berarti “Tanah Emas”. Oleh karenanya terdapat banyak
tambang-tambang emas, baik yang sudah ditinggalkan karena tak
berproduksi lagi, hingga yang masih sedang ditambang hingga masa kini.
Hingga saat ini tembang emas masih dapat dijumpai di daerah Bengkalis, Martabe Tapanuli di Sumatera Utara, Meuleaboh di Aceh; Rejang Lebong di Bengkulu, Logos di Riau dan beberapa lainnya, jadi tak perlu diragukan lagi.
- Perak
Di Sumatera
tambang perak juga sudah dipastikan ada di beberapa tempat, terutama di
Lampung dan Jambi. Namun di kota-kota penghasil emas di Pulau Sumatera
seperti yang telah disebutkan diatas, juga terdapat tambang peraknya. Keberadaan
tambang perak yang dapat dijadikan perhiasan sejak masa lampau juga
masih dapat dilihat di Pulau Sumatera, terutama di Sumatera Barat.
Artinya tak jauh dari Gumung Ophir.
Disana ada
wilayah yang mana pengrajinnya mahir membuat perhiasan dari perak yang
diwariskan secara turun-temurun, yaitu di Koto Gadang, Kabupaten Agam,
Provinsi Sumatera Barat. Di Koto
Gadang, perajin adalah individu dan tak mau jadi anak buah orang. Hasil
kerajinan perak Koto Gadang sudah diekspor ke mancanegara dahulu
kala. Kerajinan perak adalah keahlian yang diturunkan turun temurun oleh
kaum laki-laki di Koto Gadang yang terletak diantara Gunung Singgalang
dan Ngarai Sianok ini. Sedangkan kaum perempuan punya keahlian lain yang
diturunkan, yakni menyulam.
- Mutiara
Kepulauan
Indonesia termasuk Pulau Sumatera yang berada di khatulistiwa terdapat
“gudangnya laut” yang di dalamnya memiliki spesies flora dan fauna yang
melimpah kekayaan, termasuk mutiara.
Bahkan di
kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, ada sebuah kecamatan di pesisir
pantai yang bernama Kecamatan Tanjung Mutiara.Di pantainya terdapat objek wisata yang bernama Pantai Bandar Mutiara yang berpasir putih dengan ombak yang cukup besar.
Jadi tak perlu
dibahas panjang-lebar untuk masalah pulau yang dikelilingi lautan yang
jernih, berada di katulistiwa dengan sinar mataharinya yang bersinar
sepanjang tahun dan membuat lautan ini hangat.
Sinar matahari
yang cukup, laut yang jernih dan tak terlalu dingin dangat cocok bagi
kelangsungan hidup satwa bawah laut, termasuk mutiara. Dan yang jelas,
mutiara dari kepulauan Indonesia terkenal kualitasnya yang tiinggi dan
memiliki bentuk serta warna yang beraneka ragam, sangat menarik
dibanding daerah lain di luar Indonesia pada masa itu, bahkan hingga
saat ini.
- Kayu Algum
Sebutan lain dari kayu Algum yang lebih akrab di telinga Indonesia adalah “Kayu Cendana” atau cendana wangi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Sandalwood” (Santalum album) yang biasa dipakai sebagai wangi-wangian dan juga parfum. Selain di Indonesia termasuk di Pulau Sumatera, Kayu Cendana dari genus Santalum ini juga tumbuh di India, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Australia, Hawaii dan di negara-negara kepulauan Pasifik.
Berbagai jenis
kayu lainnya dari Sumatera juga sudah terkenal di mancanegara sejak
dulu seperti Barus, terbukti pada saat ini akhirnya menjadi nama kota,
yang bernama Kota Barus adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten
Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Barus
dijadikan “kapur barus” atau kamper adalah zat padat berupa lilin
berwarna putih (zat terpenoid) dan agak transparan dengan aroma yang
khas dan kuat, ditemukan dalam kayu tanaman jenis pohon Laurel Kamper (Cinnamomum camphora). Pohon besar ini paling banyak di Pulau Sumatera selain ditemukan juga di Kalimantan, Taiwan dai beberapa negara Asia. Jadi sudah
dapat dipastikan bahwa di Pulau Sumatera terdapat Kayu Algum atau Kayu
Cendana dan juga Barus sebagai wangi-wangian yang sangat terkenal di
dunia sejak masa lalu.
- Batu mulia
Tak usah
diragukan lagi untuk yang satu ini, apalagi pada beberapa tahun lalu
demam batu akik mewabah di Indonesia Jika Anda termasuk yang meggemari
batu mulia, tentunya tahu batu mulia apa saja yang ada di tanah
Sumatera.
Di Sumatera
terdapat berbagai macam batu mulia dari jenis batuan calcedony, silika,
kuarsa, zircon, dan berbagai jenis Agathe (Akik), berbagai Giok (Jade)
seperti Giok Aceh dan Sungai Dareh yang sempat terkenal, dan juga masih
banyak mineral lainnya.
Pulau Sumatera
merupakan salah-satu pulau yang memiliki mineral, batu alam dan batu
mulia dari banyak jenis dan beraneka ragam. Hal ini terjadi karena dari
struktur geologinya memang demikian, yaitu terdapat patahan dan lipatan
tanah yang menyebabkan pulau itu memiliki pegunungan yang berbaris dan
berderat dari Lampung hingga Aceh, yang disebut sebagai Pegunungan Bukit
Barisan.
Jadi tak perlu
dipungkiri bahwa di pulau Sumaetra terdapat batu-batu mulia dari
alamnya yang banyak terdapat sedimen, mulai dari lembah, sungai, ngarai,
dataran tinggi, hingga ke pegunungannya yang membentang ribuan
kilometer.
- Gading
Seperti kita
ketahui, Pulau Sumatera adalah salah satu habitat bagi gajah paling
kecil di dunia dan sekaligus sebagai ciri-khas pulau ini, yaitu Gajah
Sumatera atau Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus).
Gajah Sumatera
adalah subspesies dari Gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau
Sumatera dan memiliki postur lebih kecil daripada subspesies gajah
India. Jadi tak perlu diragukan lagi, bahwa di pulau Sumatera dapat
ditemukan barang berharga berupa gading gajah Sumatera.
Dalam beberapa
kasus, gading Gajah Sumatra bisa lebih mahal dan lebih dicari karena
ukurannya yang relatif kecil dibanding gading lainnya, yang membuatnya
lebih cocok untuk berbagai macam perhiasan dan peralatan yang juga
butuh ukuran gading yang jauh lebih kecil. Jadi terbukti lagi, bahwa di
Sumatera juga terdapat gading gajah.
- Kera
Tak perlu diragukan lagi, Pulau Sumatera memiliki beberapa spesies primata dari kera kecil hingga kera besar (great apes) yang memesaona, salah satunya adalah yang sudah terkenal di dunia, Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii).
Bahkan
beberapa waktu lalu ada juga subspesies Orangutan yang baru ditemukan di
Provinsi Sumatera Utara, yaitu Orangutan Tapanuli atau Tapanuli
orangutan (Pongo tapanuliensis). Sedangkan kera-kera kecil seperti Monyet Beruk (Macaca fascicularis)
terkadang oleh penduduk setempat sejak dulu, sudah merupakan tradisi
untuk melatih nereka agar dapat membantu memetik buah kelapa. Jadi
terbukti bahwa di Pulau Sumatera memang terdapat beberapa spesies
primata yang unik dan menakjubkan. Untuk kesekian kalinya, terbukti
bahwa Pulau Sumatera memang terdapat berbagai jenis primata.
- Burung Merak
Burung Merak juga dimiliki oleh Sumatera, walau lebih banyak di Pulau Jawa yang dikenal sebagai Merak Hijau. Walau sama-sama Burung Merak, namun burung ini dalam bahasa Inggris bukan disebut sebagai Peacock seperti yang biasa digunakan secara umum, tapi dari jenis yang disebut sebagai Peafowl, atau biasa dikenal sebagai Merak Hijau atau “Green Peafowl” (Pavo muticus).
Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae,
Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau
keemasan. Selain itu ada juga jenis merak lainnya dari jenis Pheasant, yaitu “the bronze-tailed peacock-pheasant” (Polyplectron chalcurum)
yang dikenal sebagai Merak Sumatera (the Sumatran peacock-pheasant).
Untuk bukti yang terakhir ini, lagi-lagi cocok, bahwa Burung Merak juga
ada di Pulau Sumatera.
Misteri Gunung Ophir yang puncaknya kadang terlihat kilatan cahaya
Masih mengenai
Gunung Ophir atau Gunung Talamau yang memiliki ketinggian 2,919 meter
(9,577 ft) dan masuk dalam jenis gunung “ultra ribu” ini, juga memiliki
cerita misteri.
Gunung yang
memiliki puncak gunung bernama “Puncak Tri Martha” ini, termasuk dalam
tipe “gunung api tidak aktif” dan masuk “kategori C” atau gunung diam
ini, terkadang terjadi fenomena unik.Pada arah
barat-daya dari puncak, terdapat tanah lapang dimana pohon-pohonnya tak
terlalu rapat dan tidak tinggi, yang bernama Padang Siranjano.
Di wilayah
puncaknya ada beberapa telaga, orang lokal menyatakan jumlah telaga
memiliki angka yang mistis, ada 13 buah telaga, yang salah satunya
bernama Telaga Puti Sangka Bulan.
Pada beberapa
waktu lalu di bulan Januari 2017, warga sekitar gunung melihat kilatan
cahaya terang pada puncaknya, dan hal ini sudah terlihat sejak Rabu
(18/1/2017) malam, terjadi dalam beberapa hari. Sebagian warga di
Pasaman dan Pasaman Barat sempat dibuat panik, karena melihat kilatan di
puncak Gunung Talamau ini.
Kilatan yang
berulang itu terlihat jelas dari ibukota Simpang Empat. Warga sempat
menduga Gunung Talamau yang berdampingan dengan Gunung Pasaman, bakal
meletus! Namun, hal tersebut dibantah oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasaman Barat, (Pasbar).
BPBD
mengimbau warga di sekitar Gunung Talamau untuk tidak panik dengan
adanya kilatan-kilatan berulang yang terjadi di puncak gunung tersebut.
BPBD juga
sudah berkordinasi dengan Vulkanologi Padang Panjang dan BMKG. Kilatan
yang menimbulkan cahaya terang itu hanya fenomena alam.
Sesuai
keterangan yang diperoleh dari Vulkanologi dan BMKG tidak terasa ada
gempa dan tanda lainnya, kilatan terang itu tidak menandakan gunung itu
aktif. Kilatan-kilatan cahaya yang terlihat berhari-hari diatas puncak
Gunung Ophir ini masih misterius.
Tapi bisa saja kilatan di puncak gunung itu memang fenomena alami yang disebut Blue Jets (Semburan Biru) atau Gigantic Jets (Semburan Raksasa). Atau bisa saja itu fenomena alam yang disebut kilatan ELVES (Emissions of Light and Very low frequency perturbations due to Electromagnetic pulse Sources), yaitu kilatan emisi dan gangguan frekuensi sangat rendah akibat sumber pulsa elektromagnetik.
Jadi, dimana
pastinya letak Negeri Ophir yang diberkati Tuhan itu masih belum bisa
dipastikan, apalagi untuk dipecahkan oleh banyak ahli sejarah dan juga
para ahli yang terkait dibidangnya.
Hingga kini,
lokasi negeri yang kaya emas itu masih merupakan sebuah misteri besar
bagi ilmuwan dunia. Mungkinkah negeri yang dikisahkan pada zaman Nabi
Sulaiman itu sejatinya memang di Pulau Sumatera?
Bisa iya dan
bisa juga tidak. Tapi yang pasti, bukti-bukti barang berharga, hasil
alam, dan binatang yang dibawa untuk Nabi Sulaiman AS, semuanya ada di
Pulau Sumatera. Wallahu a’lam bish-shawabi, hanya Allah Mahatahu yang
sebenar-benarnya. (©IndoCropCircles.com)
Komentar
Posting Komentar