Misteri Lokasi Negeri Ophir

Negeri Ophir (baca: Opir) atau kadang disebut juga Ofir, adalah suatu negeri atau wilayah yang dikatakan kaya emas, alam dan barang berharga lainnya, yang merupakan negeri asal dari emas dan perhiasan yang diterima Nabi Sulaiman AS (Raja Salomo / King Solomon) dari Raja Hiram (Hirom atau Huram) yang bekuasa antara 980–947 SM, yaitu seorang Raja dari Kerajaaan Fenisia (Phoenician) dari Tirus (Tyre) sebuah wilayah yang sekarang berada di selatan Libanon.

Keterampilan maritim yang terkenal dari bangsa Fenisia (Phoenician) mengejutkan Raja Salomon (973 – 33 SM), kemudian dia meminta Raja Hiram dari Tirus untuk mengiriminya tukang kayu Fenisia dan pelaut veteran untuk bergabung dengan armadanya ke tanah Ophir pada tahun 945 SM.
Tidak ada kepastian pasti mengenai lokasi tanah Ophir. Lokasi geografis Ophir digambarkan dengan cara yang persis sama dengan Tanah Punt (The Land of Punt), namun menurut penelitian Tanah Punt berada di Pulau Enggano, di lepas pantai Bengkulu.

Kedua negara itu, Punt dan Ophir, berada “jauh, ke tenggara”, dimana kapal mulai berlayar dari pelabuhan di Laut Merah, menuju ke timur dan pelayaran berlangsung selama tiga tahun dalam kedua misi tersebut.
Barang-barang yang dibawa orang-orang Mesir dari Ophir kurang lebih sama dengan yang dibawa dari Punt dan pelabuhan lainnya. Raja Salomon menerima kargo emas, perak, “kayu algum”, batu mulia, mutiara, gading, kera dan burung merak setiap tiga tahun. Dimana tepatnya letak atau keberadaan negeri yang bernama Ophir ini, masih merupakan kontroversi dan misteri di kalangan para ilmuwan dunia hingga detik kini.

Sejauh ini para ahli arkeolog, teolog, sejarawan dan para ahli dan peneliti lainnya memiliki beberapa teori tentang dimana letak, lokasi, posisi serta keberadaan Negeri Ophir yang kaya emas dan masih misterius ini. Nabi Sulaiman AS atau Raja Solomon (990-931 SM), mulai berkuasa menjadi raja sekitar 970 – 931 SM.
Negeri Ophir dikisahkan dalam Kitab Suci
Negeri Ophir disebutkan dalam beberapa kitab wahyu.
  • Yahudi
Dalam dalam kitab Yahudi, Kitab-1 Raja-raja pasal 9, diterangkan bahwa Raja Salomon (Nabi Sulaiman AS), menerima 420 talenta emas dari raja Tirus yang bernama Hiram. Raja Hiram dari Tirus memberikan harta tersebut karena Raja Hiram merupakan raja bawahan Raja Solomon.
Diceritakan bahwa emas upeti tersebut didapatkan dari negeri yang disebut sebagai Ophir atau Ofir yang hingga kini masih misterius letaknya, yaitu suatu negeri yang diberkati Tuhan dengan kekayaan emas dan kesuburan tanahnya.

Sebuah bagian dapat dikutip dari Yosefus (Josephus) di zaman purba orang-orang Yahudi / Antiquity of the Jews (93/94 M) dalam berbicara tentang kepemimpinan yang diserahkan kepada Raja Salomon oleh Hiram dari Tirus.Raja Salomon memberikan perintahnya agar mereka harus pergi bersama dengan pelayannya ke negeri yang sebelumnya bernama Ophir, tapi kemudian bernama “Aurea Chersonesus”, untuk mengambil emas. Dari sini dia membuat pernyataan yang pasti, bahwa Ophir dan Aurea Chersonesus adalah satu atau sama.
  • Nasrani
Ophir juga disebutkan dalam Alkitab Nasrani, pada 1. King 9:28; 10:11; 22:48;1 Chronicles 1:23; 29:4;  2. Chronicles 8:18; 9:10; 22:24; 28:16 danIsaias 13:12; adalah pelabuhan atau wilayah yang terkenal dengan kekayaannya. Raja Salomon (Nabi Sulaiman AS) menerima kargo emas, perak, kayu cendana, mutiara, gading, kera, dan burung merak dari Ophir setiap tiga tahun. Keberadaan Biblical Eldorado of the Land of Ophir (Penatua Biblika dari Tanah Ophir) (I Kings 10:11, II Chronicles 9:21) diyakini sebagai tujuan akhir suku-suku yang hilang Israel.

Dalam Genesis 10 / Kejadian 10 (Table of Nations) dikatakan sebagai nama salah satu putra Joktan. Joktan atau Yoktan adalah anak kedua dari kedua putra Eber, cucu besar Sem, anak Nabi Nuh AS.
Dalam literatur pra-Islam, Ophir disebutkan dalam tiga sumber Arab dan Ethiopia pra-islam: Kitab-al-Magall (The Kitab-al-Magall), Gua Harta Karun (The Cave of Treasure), dan Konflik Adam dan 

Hawa dengan Setan (the Conflict of Adam and Eve with Satan).
Kitab al-Magall menyatakan bahwa pada zaman Reu, seorang raja Saba (Sheba) bernama “Pharoah” atau Firaun, menganeksasi Ophir dan Havilah ke dalam kerajaannya, dan “membangun Ophir dengan batu-batu emas, karena batu-batu pegunungannya adalah emas murni “.
  • Islam
Di dalam Al-Qur’an, walau Negeri Ophir tak disebut, namun dalam Al-Quran pada surat 21 yaitu Surah Al-Anbiyaa’ (Nabi-Nabi) pada ayat 81 disebutkan:
walisulaymaana alrriiha ‘aasifatan tajrii bi-amrihi ilaa al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa wakunnaa bikulli syay-in ‘aalimiina.
“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.  Al-Anbiyaa’ 21: 81)

Memang tak disebutkan negeri Ophir dalam ayat Al-Quran diatas, namun ayat itu menerangkan keterkaitan antara kapal-kapal armada Nabi Sulaiman AS dengan sebuah wilayah atau negeri yang diberkati, dan bahwa kapal-kapal Nabi Sulaiman A.S. berlayar ke “tanah yang Kami berkati atasnya” (al-ardhi allatii baaraknaa fiihaa).

Pada masa kini diperkirakan nilai upeti emas yang diberikan kepada Nabi Sulaiman A.S., atau Raja Solomon tersebut senilai lebih dari US$60 trilyun dollar Amerika atau US$60 trillion. Misal jika di rupiahkan dengan kurs US$ 1 dollar AS = Rp. 13.000, maka sebesar Rp. 780.000 trilyun, atau Rp.780 kuadriliun!

Nah, pusing khan? Pada waktu itu, mungkin saja dari seluruh negeri dan kerajaan di seantero planet Bumi ini, mungkin hanya Negeri Ophir yang mampu menghasilkan kekayaan sebesar itu. Tapi, dimanakah letaknya Negeri Ophir?

Lokasi Negeri Ophir yang masih misterius
Lokasi misteriusnya negeri Ophir masih menuai kontroversi hingga kini. Ada beberapa kemungkinan lokasi di seluruh dunia, misalnya di beberapa wilayah di Afrika, India, Sri Langka dan Filipina serta di beberapa belahan dunia lainnya.
  • Benua Afrika
 
Di Afrika, wilayah Ophir kemungkinan berada di daerah yang disebut sebagai Great Zimbabwe di Zimbabwe. Selain itu ada pula yang menyakini Ophir berada di Sofala Mozambique. Namun ada pula yang berteori wilayah Ophir berada di Gurun Danakil (Ethiopia, Eritrea) antara Adulis dan Djibouti.
Juga ada yang menduga wilayah Ophir berada di Carthaginians Afrika bagian utara yang sekarang adalah Tunisia. Bahkan ada yang menduga berada di Laut Merah dan kini sudah tenggelam, dan masih ada beberapa lokasi lagi di Afrika.
  • India dan Sri Lanka
 
Negeri Ophir juga di teorikan berada di India, lebih tepatnya di wilayah India selatan dan juga di utara Sri Lanka. Di India, Ophir diteorikan di beberapa tempat, seperti di Tamilakkam, Tarshish, Mantai dan Kudiramalai.
Juga di sepanjang pantai Kerala Kernataka termasuk Poovar dan Beypore. Dalam tradisi Yahudi, Ophir sering dikaitkan dengan sebuah tempat di India, dinamai untuk salah satu putra Joktan.
Ahli leksikristus abad ke-10, David ben Abraham al-Fasi, mengidentifikasi Ophir dengan Serendip, nama Persia tua untuk Sri Lanka.
  • Malaka (Malaysia)
 
Di semenanjung Malaysia tepatnya di perbatasan antara negara bagian Malaka dan Johor ada gunung tertinggi di kawasan itu yang bernama Gunung Ledang namun kadang disebut juga sebagai Gunung Ophir. Pada masa kini, gunung yang hanya setinggi 1276 meter (4186ft) itu, telah menjadi salah satu tempat pendakian yang populer. Namun para arkeolog dan peneliti dibidangnya melemahkan lokasi ini sebagai Negeri Ophir yang dimaksud, karena hanya nama alias dan penamaan tersebut termasuk baru serta tak ada bukti pendukung lainnnya.
  • Semenanjung Arabia
Di salah satu bagian dari Semenanjung Arabia (Arabic Peninsula) juga diteorikan sebagai salah satu kemungkinan lokasi Negeri Ophir.
Wilayah bernama Ophir berada di bagian selatan-tenggara dari Semenanjung Arabia atau berada di sebelah timur Laut Merah yang membelah antara Semenanjung Arabia dan benua Afrika, yang pada masa kini bisa menjuju ke Terusan Suez.
Penemuan kota Ubar (atau biasa disebut Aram, Irum, Irem, Erum, Iram of the Pillars, City of the tent poles, atau the lost city of Ubar), yang hilang di semenanjung Arab selatan dipercaya sebagai pemicu daerah ini dimasukkan, karena bisa jadi disanalah Ophir yang dimaksud.
  • Benua Amerika
 
Hubungan ketika di masa pra-Columbus antara Eurasia dan Amerika, telah diusulkan oleh beberapa peneliti lokasi Ophir yang lebih jauh, berada di benua Amerika, seperti Peru atau Brazil modern.
Teolog Benito Arias Montano (1571) mengusulkan untuk memasukkan teori bahwa Ophir berada di Peru, dengan alasan bahwa penduduk asli Peru adalah keturunan Ophir and Shem. 
Selain itu, ia juga mengklaim bahwa provinsi Yucatan di Meksiko memiliki nama yang sama dengan Ioktan, ayah dari Ophir.
  • Australia
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/0/05/Reliefmap_of_Australia.png/262px-Reliefmap_of_Australia.png 
Seorang penulis topik sejarah alternatif bernama David Hatcher Childress, berpendapat bahwa Negeri Ophir berada di benua Australia. Ia menyatakan bahwa muatan emas, perak dan batu mulia diperoleh dari tambang di bagian barat-laut benua itu.
Sementara gading, cendana dan burung merak, diperoleh di Asia Selatan ketika dalam perjalanan kembali ke Kana’an.
Namun begitu besarnya Australia sebagai sebuah benua, bahkan walau bagian barat-laut benua itu, ia tetap tak dapat memastikan di Australia barat-laut bagian mana Negeri Ophir berada.
  • Filipina
Tak ketinggalan, negeri Ophir juga diteorikan berada di wilayah Filipina, namun hal ini lebih dipercaya peneliti karena sempat tertulis dalam sebuah buku kuno.
Dalam sebuah buku yang ditemukan di Spanyol yang berjudul Colección General de Documentos Relativos a las Islas Filipinas” atau “Koleksi Umum Dokumen Terkait Kepulauan Filipina” (General Collection of Philippine Islands related Documents), nama wilayah Ophir disebutkan.
Penulis telah menjelaskan bagaimana menemukan Ophir. Menurut bagian “Dokumen No. 98”, tertanggal 1519-1522, Ophir dapat ditemukan dengan bepergian dari Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) di ujung selatan Afrika, ke India, ke Burma, ke Sumatra, ke Maluku, ke Kalimantan, ke Sulu, ke Cina, lalu akhirnya ke Ophir.
Ophir di Filipina?
Ophir dikatakan berada di lepas lautan dekat China, dari banyak pulau di mana orang-orang Maluku, Cina, dan Lequios bertemu untuk berdagang.
Dari catatan Jes Tirol menegaskan bahwa kelompok pulau ini penduduknya bukan orang Jepang dan juga bukan orang-orang Maluku atau Taiwan, karena pulau ini tidak terdiri dari “banyak pulau”. Hanya orang-orang Filipina pada masa sekarang (pada saat buku itu ditulis pada masa lalu) sesuai dengan deskripsi.
Catatan Spanyol juga menyebutkan adanya “Lequios”, yaitu pria kulit putih yang berjanggut besar, mungkin keturunan Fenisia (Phoenician), yang kapal-kapalnya selalu sarat dengan emas dan perak, berada di kepulauan itu untuk mengumpulkan emas dan perak.
  • Tempat lainnya
Masih ada beberapa tempat lainnya sebagai lokasi yang diduga sebagai Negeri Ophir. Asumsi lain ini berbeda-beda secara luas, bahkan hingga lokasi bertema Atlantis. Mitologi Portugis menempatkannya di Ofir, sebuah tempat di Fão, Esposende. Bavarian antagonis Aventinus (1530) menyiratkan bahwa itu adalah Epirus, pada pantai Adriatik Balkan.

Pada tahun 1568, Alvaro Mendaña orang Eropa pertama yang menemukan Kepulauan Solomon, menamai mereka seperti itu karena dia percaya bahwa kepulauan itu sebagai Ophir.
Negeri Ophir di Pulau Sumatera?
 
Di Pulau Sumatra, tepatnya di wilayah yang sekarang menjadi provinsi Sumatera Barat, ada sebuah gunung yang dulunya bernama “Gunung Ophir”. Oleh karenanya, ada ahli yang berpendapat bahwa negeri Ophir terletak di Sumatera, tetapi ada juga yang berpendapat berbeda.

Lebih tepatnya berada di deratan Pegunungan Barisan, di wilayah Sumatera Barat terdapat sebuah gunung yang bernama Gunung Talakmau atau Talamau. Apa yang menarik dari gunung ini? Yang menarik adalah gunung ini pada masa lampau atau pada masa sebelumnya, bernama Gunung Ophir. Mengenai dari mana asal-usul nama Ophir yang diberikan pada gunung tersebut, juga belum di dapat data sejarah yang pasti.

Gunung Talamau atau juga disebut Gunung Ophir adalah gunung yang berada di garis khatulistiwa (equator) dan sekaligus yang tertinggi di wilayah Sumatera Barat. Gunung ini terletak di Kabupaten Pasaman Barat, berdampingan dengan Gunung Pasaman yang berada di sisi barat daya.
Gunung Ophir / Talamau dan Gunung Pasaman Sumatra. (pict: kakisinggalang.blogspot)
Perlu juga untuk diketahui bahwa Pulau Sumatera pada zaman dulu kala disebut dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa, (swarna=emas, dwipa=pulau) yang berarti “Pulau Emas” (Island of Gold), seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi. Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, (swarna=emas, bhumi=tanah) yang berarti “Tanah Emas” (Land of Gold). Jadi sangat jelas dalam bukti sejarah tersebut, bahwa kedua nama Sumatera pada masa lalu itu terkait dengan kamdungan dan hasil alam yang kaya akan emas.
Emas di Pulau Sumatera (Gold in Sumatra Island)

Sebelum Belanda, Jepang dan Inggris datang, bahkan jauh sebelum Portugis, dan Spanyol datang, Nusantara sudah terkenal akan kekayaan emasnya. Emas sebagai salah satu komoditas yang bernilai  sudah dikenal dan ditambang di Nusantara sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.

Selain situs tambang, banyak artefak yang ditemukan para arkeolog yang terbuat dari emas, baik berupa mahkota, perlengkapan peribadatan, perhiasan, hingga peralatan sehari-hari. Mitos atau legenda dengan emas menjadi bagian dari kisahnya, masih dituturkan hingga kini. Secara empiris hal tersebut membuktikan bahwa sejak dahulu, beberapa daerah di negeri ini pernah menjadi pusat penambangan emas, pengrajin emas, hingga perdagangan emas.

Pusat tambang emas tertua Nusantara diantaranya berada di Sumatra. Menurut M.J. Crow dan T.M. van Leeuwen, jalur emas Sumatra berhimpitan dengan garis patahan karena adanya peristiwa geologi.
Proses mineralisasi emas ini terjadi berbarengan dengan munculnya basur magma sepanjang Bukit Barisan. Interaksi magma dengan batuan dasar pada tekanan tertentu membentuk zona ubahan pada batuan induk lava dan tufa yang kemudian berperan sebagai batuan induk kaya mineral (host rock), termasuk emas.

Logam mulia tersebut banyak ditemukan disekitar kawasan Bukit Barisan seperti Martabe, Rawas, Bangko, Lebong dan Mandailing. Hal ini menjadikan pulau Sumatra terkenal dengan sebutan SWARNADWIPA. Yang dalam bahasa Sanskerta berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda, tahun 860 Masehi.

Perdagangan emas di pulau ini telah berlangsung lama. Berita mengenai Pulau Emas sudah sampai ke Eropa melalui cerita-cerita para pelaut Arab. Penyair Portugis yang terkenal, Luiz de Camoens (1524-1580), menulis sebuah puisi epik “Os Lusiadas” (1572), tentang Gunung Ophir di Pasaman yang kaya emas, yang diperdagangkan oleh penduduk lokal dengan orang asing.
Peta mineral di Indonesia.
Melalui catatan Tome Pirse, seorang petualang di awal abad 16 telah diketahui bahwa emas telah diperdagangkan di seluruh kota pelabuhan di Sumatera terutama Barus.

Bahkan jauh sebelum itu, melalui tulisan Ptolomeus dalam Geographia pada awal abad ke-2, disebutkan bahwa pelabuhan tua di pantai barat Sumatra Utara tersebut, emas telah menjadi salah satu komoditas utama yang diperdagangkan selain kapur barus. Emas yang diperdagangkan tersebut diperkirakan berasal dari sungai-sungai yang berhulu di sekitar Bukit Barisan. Sebuah batu bertuliskan huruf Hindi yang berasal dari peradaban Hindu-Budha dari kerajaan Sriwijaya dan Melayu menceritakan bahwa “Sultan Sungai Emas” mengekspor emasnya ke hilir melalui sungai Indragiri dan Siak yang mengalir dari tanah tinggi Sumatera Barat ke pantai barat Sumatera.

Disebut pula bahwa orang Minang adalah yang pertama kali menempati jantung kerajaan Sriwijaya di sekitar Palembang. Kerajaan Minangkabau yang kaya dengan emas merupakan pendukung dari Kerajaan Sriwijaya abad ke-7 pada masa kejayaan agama Buddha. Hingga awal abad ke-17 tambang-tambang di daerah Minangkabau merupakan daerah yang paling kaya akan emas di seluruh kawasan itu. Emas ditambang dari sungai-sungai di sebelah timur dan ditambang-tambang bukit Minangkabau. Dikabarkan bahwa pernah terdapat 1200 tambang emas di sana (Marsden 1783: 168; cf. Eredia 1600: 238-239).

Melalui perjanjian Painan, pada tahun 1662 VOC mendapat konsesi untuk berdagang di pantai barat Sumatra. VOC mulai mengeksploitasi kandungan emas di Tambang Salida pada tahun 1669 semasa jabatan commandeur VOC ketiga untuk pos Padang (Jacob Joriszoon Pit; 1667-23 Mei 1678). Dua ahli tambang pertama yang didatangkan ke Salida bernama Nicolaas Frederich Fisher dan Johan de Graf yang berasal dari Hongaria. Selama 150 tahun beroperasinya Tambang Salida tidak banyak yang diketahui orang, sampai kemudian Verbeek menerbitkan bukunya: “Nota over de verrichtingen der Oost-Indische Compagnie bij de ontginning der goud- en zilveraders te Salida op Sumatras Westkust” (Catatan tentang tindakan VOC mulai menggarap sumber emas dan perak di Salida, Sumatra Barat; 1886).

Peta pada abad 16 sampai abad ke-17 menyebutkan Mount Ophir, yang merupakan Gunung Talamau sekarang, terletak sekitar 100 kilometer barat daya Tanjungemas yang terkenal pada zaman kuno untuk tambang emasnya. Ini adalah bukti lain bahwa Ophir terletak di Sumatera, kemungkinan besar sebuah wilayah bernama “Tanjungemas”.

Kesamaan Barang Kargo Ekspedisi Ophir era Nabi Sulaiman A.S.
Nabi Sulaiman AS atau Raja Salomon dikatakan menerima kargo berupa emas, perak, “kayu algum”, batu mulia, gading, kera dan burung merak. Mari kita telusuri semua barang tersebut.
  • Emas
Pulau Sumatera dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) dikenal sebagai pulau Swarnadwīpa yang berarti “Pulau Emas” dan juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, yang berarti “Tanah Emas”. Sudah jelas seperti diterangkan sebelumnya secara panjang-lebar diatas, bahwa Pulau Sumatera sejak masa lampau jauh sebelum kolonisasi dari dunia barat datang di pulau ini, memang terdapat banyak deposit emas.

Para raja-raja di Sumatera memiliki emas yang sangat banyak dan juga menjadi perhiasan para bangsawan di pulau ini pada masa lampau. Apalagi pada dahulu kala pulau ini sudah terkenal dengan sebutan dalam bahasa Sansekerta (Sanskrit) sebagai pulau Swarnadwīpa yang berarti “Pulau Emas” seperti yang tertera pada prasasti Nalanda tahun 860 Masehi.

Selain itu, Pulau Sumatera juga dikenal sebagai Swarnabhūmi, yang berarti “Tanah Emas”. Oleh karenanya terdapat banyak tambang-tambang emas, baik yang sudah ditinggalkan karena tak berproduksi lagi, hingga yang masih sedang ditambang hingga masa kini.
Hingga saat ini tembang emas masih dapat dijumpai di daerah Bengkalis, Martabe Tapanuli di Sumatera Utara, Meuleaboh di Aceh; Rejang Lebong di Bengkulu, Logos di Riau dan beberapa lainnya, jadi tak perlu diragukan lagi.
  • Perak
Hasil kerajinan perak yang diwariskan secara turun-temurun di Sumatera.

Di Sumatera tambang perak juga sudah dipastikan ada di beberapa tempat, terutama di Lampung dan Jambi. Namun di kota-kota penghasil emas di Pulau Sumatera seperti yang telah disebutkan diatas, juga terdapat tambang peraknya. Keberadaan tambang perak yang dapat dijadikan perhiasan sejak masa lampau juga masih dapat dilihat di Pulau Sumatera, terutama di Sumatera Barat. Artinya tak jauh dari Gumung Ophir.

Disana ada wilayah yang mana pengrajinnya mahir membuat perhiasan dari perak yang diwariskan secara turun-temurun, yaitu di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Di Koto Gadang, perajin adalah individu dan tak mau jadi anak buah orang. Hasil kerajinan perak Koto Gadang sudah diekspor ke mancanegara dahulu kala. Kerajinan perak adalah keahlian yang diturunkan turun temurun oleh kaum laki-laki di Koto Gadang yang terletak diantara Gunung Singgalang dan Ngarai Sianok ini. Sedangkan kaum perempuan punya keahlian lain yang diturunkan, yakni menyulam.
  • Mutiara
Sumatera juga banyak terdapat hasil alam berupa mutiara dan menghasilkan kerajinan mutiara. Bahkan ada kecamatan yang bernama Tanjung Mutiara (Pearl Peninsula).

Kepulauan Indonesia termasuk Pulau Sumatera yang berada di khatulistiwa terdapat “gudangnya laut” yang di dalamnya memiliki spesies flora dan fauna yang melimpah kekayaan, termasuk mutiara.
Bahkan di kabupaten Agam, provinsi Sumatera Barat, ada sebuah kecamatan di pesisir pantai yang bernama Kecamatan Tanjung Mutiara.Di pantainya terdapat objek wisata yang bernama Pantai Bandar Mutiara yang berpasir putih dengan ombak yang cukup besar.

Jadi tak perlu dibahas panjang-lebar untuk masalah pulau yang dikelilingi lautan yang jernih, berada di katulistiwa dengan sinar mataharinya yang bersinar sepanjang tahun dan membuat lautan ini hangat.

Sinar matahari yang cukup, laut yang jernih dan tak terlalu dingin dangat cocok bagi kelangsungan hidup satwa bawah laut, termasuk mutiara. Dan yang jelas, mutiara dari kepulauan Indonesia terkenal kualitasnya yang tiinggi dan memiliki bentuk serta warna yang beraneka ragam, sangat menarik  dibanding daerah lain di luar Indonesia pada masa itu, bahkan hingga saat ini.
  • Kayu Algum
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/85/Santalum_paniculatum_1326.jpg/200px-Santalum_paniculatum_1326.jpg
Kayu Cendana atau “cendana wangi” atau Sandalwood (Santalum album) juga tumbuh di Pulau Sumatera

Sebutan lain dari kayu Algum yang lebih akrab di telinga Indonesia adalah “Kayu Cendana” atau cendana wangi atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Sandalwood” (Santalum album) yang biasa dipakai sebagai wangi-wangian dan juga parfum. Selain di Indonesia termasuk di Pulau Sumatera, Kayu Cendana dari genus Santalum ini juga tumbuh di India, Nepal, Bangladesh, Pakistan, Sri Lanka, Australia, Hawaii dan di negara-negara kepulauan Pasifik.

Berbagai jenis kayu lainnya dari Sumatera juga sudah terkenal di mancanegara sejak dulu seperti Barus, terbukti pada saat ini akhirnya menjadi nama kota, yang bernama Kota Barus adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Barus dijadikan “kapur barus” atau kamper adalah zat padat berupa lilin berwarna putih (zat terpenoid) dan agak transparan dengan aroma yang khas dan kuat, ditemukan dalam kayu tanaman jenis pohon Laurel Kamper (Cinnamomum camphora). Pohon besar ini paling banyak di Pulau Sumatera selain ditemukan juga di Kalimantan, Taiwan dai beberapa negara Asia. Jadi sudah dapat dipastikan bahwa di Pulau Sumatera terdapat Kayu Algum atau Kayu Cendana dan juga Barus sebagai wangi-wangian yang sangat terkenal di dunia sejak masa lalu.
  • Batu mulia
Jade / Giok Sumatera. Jadeite cabochons are very classical. Some high quality cabochons are worth a fortune.

Tak usah diragukan lagi untuk yang satu ini, apalagi pada beberapa tahun lalu demam batu akik mewabah di Indonesia Jika Anda termasuk yang meggemari batu mulia, tentunya tahu batu mulia apa saja yang ada di tanah Sumatera.

Di Sumatera terdapat berbagai macam batu mulia dari jenis batuan calcedony, silika, kuarsa, zircon, dan berbagai jenis Agathe (Akik), berbagai Giok (Jade) seperti Giok Aceh dan Sungai Dareh yang sempat terkenal, dan juga masih banyak mineral lainnya.

Pulau Sumatera merupakan salah-satu pulau yang memiliki mineral, batu alam dan batu mulia dari banyak jenis dan beraneka ragam. Hal ini terjadi karena dari struktur geologinya memang demikian, yaitu terdapat patahan dan lipatan tanah yang menyebabkan pulau itu memiliki pegunungan yang berbaris dan berderat dari Lampung hingga Aceh, yang disebut sebagai Pegunungan Bukit Barisan.
Jadi tak perlu dipungkiri bahwa di pulau Sumaetra terdapat batu-batu mulia dari alamnya yang banyak terdapat sedimen, mulai dari lembah, sungai, ngarai, dataran tinggi, hingga ke pegunungannya yang membentang ribuan kilometer.
  • Gading
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/2/2a/Sumatra_elephant_Ragunan_Zoo_3.JPG/320px-Sumatra_elephant_Ragunan_Zoo_3.JPG
Gajah Sumatera atau Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus).

Seperti kita ketahui, Pulau Sumatera adalah salah satu habitat bagi gajah paling kecil di dunia dan sekaligus sebagai ciri-khas pulau ini, yaitu Gajah Sumatera atau Sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus).

Gajah Sumatera adalah subspesies dari Gajah Asia yang hanya berhabitat di pulau Sumatera dan memiliki postur lebih kecil daripada subspesies gajah India. Jadi tak perlu diragukan lagi, bahwa di pulau Sumatera dapat ditemukan barang berharga berupa gading gajah Sumatera.

Dalam beberapa kasus, gading Gajah Sumatra bisa lebih mahal dan lebih dicari karena ukurannya yang relatif kecil dibanding gading lainnya, yang membuatnya lebih cocok untuk  berbagai macam perhiasan dan peralatan yang juga butuh ukuran gading yang jauh lebih kecil. Jadi terbukti lagi, bahwa di Sumatera juga terdapat gading gajah.
  • Kera
Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii)

Tak perlu diragukan lagi, Pulau Sumatera memiliki beberapa spesies primata dari kera kecil hingga kera besar (great apes) yang memesaona, salah satunya adalah yang sudah terkenal di dunia, Orangutan Sumatera atau Sumatran orangutan (Pongo abelii).

Bahkan beberapa waktu lalu ada juga subspesies Orangutan yang baru ditemukan di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Orangutan Tapanuli atau Tapanuli orangutan (Pongo tapanuliensis). Sedangkan kera-kera kecil seperti Monyet Beruk (Macaca fascicularis) terkadang oleh penduduk setempat sejak dulu, sudah merupakan tradisi untuk melatih nereka agar dapat membantu memetik buah kelapa. Jadi terbukti bahwa di Pulau Sumatera memang terdapat beberapa spesies primata yang unik dan menakjubkan. Untuk kesekian kalinya, terbukti bahwa Pulau Sumatera memang terdapat berbagai jenis primata.
  • Burung Merak
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/9/9a/Green_Peafowl%2C_Hanoi.jpg
Merak Hijau atau The Green Peafowl (Pavo muticus)
Burung Merak juga dimiliki oleh Sumatera, walau lebih banyak di Pulau Jawa yang dikenal sebagai Merak Hijau. Walau sama-sama Burung Merak, namun burung ini dalam bahasa Inggris bukan disebut sebagai Peacock seperti yang biasa digunakan secara umum, tapi dari jenis yang disebut sebagai Peafowl, atau biasa dikenal sebagai Merak Hijau atau “Green Peafowl” (Pavo muticus).

Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan.  Selain itu ada juga jenis merak lainnya dari jenis Pheasant, yaitu “the bronze-tailed peacock-pheasant” (Polyplectron chalcurum) yang dikenal sebagai Merak Sumatera (the Sumatran peacock-pheasant). Untuk bukti yang terakhir ini, lagi-lagi cocok, bahwa Burung Merak juga ada di Pulau Sumatera.
Misteri Gunung Ophir yang puncaknya kadang terlihat kilatan cahaya
Puncak Gunung Talamau / Gunung Ophir (kanan atas) bernama Puncak Tri Martha. Tampak beberapa telaga di puncak gunung ini.

Masih mengenai Gunung Ophir atau Gunung Talamau yang memiliki ketinggian 2,919 meter (9,577 ft) dan masuk dalam jenis gunung “ultra ribu” ini, juga memiliki cerita misteri.
Gunung yang memiliki puncak gunung bernama “Puncak Tri Martha” ini, termasuk dalam tipe “gunung api tidak aktif” dan masuk “kategori C” atau gunung diam ini, terkadang terjadi fenomena unik.Pada arah barat-daya dari puncak, terdapat tanah lapang dimana pohon-pohonnya tak terlalu rapat dan tidak tinggi, yang bernama Padang Siranjano.

Di wilayah puncaknya ada beberapa telaga, orang lokal menyatakan jumlah telaga memiliki angka yang mistis, ada 13 buah telaga, yang salah satunya bernama Telaga Puti Sangka Bulan.
Pada beberapa waktu lalu di bulan Januari 2017, warga sekitar gunung melihat kilatan cahaya terang pada puncaknya, dan hal ini sudah terlihat sejak Rabu (18/1/2017) malam, terjadi dalam beberapa hari. Sebagian warga di Pasaman dan Pasaman Barat sempat dibuat panik, karena melihat kilatan di puncak Gunung Talamau ini.

Kilatan yang berulang itu terlihat jelas dari ibukota Simpang Empat. Warga sempat menduga Gunung Talamau yang berdampingan dengan Gunung Pasaman, bakal meletus! Namun, hal tersebut dibantah oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasaman Barat, (Pasbar).
 
BPBD mengimbau warga di sekitar Gunung Talamau untuk tidak panik dengan adanya kilatan-kilatan berulang yang terjadi di puncak gunung tersebut.
BPBD juga sudah berkordinasi dengan Vulkanologi Padang Panjang dan BMKG. Kilatan yang menimbulkan cahaya terang itu hanya fenomena alam.

Sesuai keterangan yang diperoleh dari Vulkanologi dan BMKG tidak terasa ada gempa dan tanda lainnya, kilatan terang itu tidak menandakan gunung itu aktif. Kilatan-kilatan cahaya yang terlihat berhari-hari diatas puncak Gunung Ophir ini masih misterius.

Tapi bisa saja kilatan di puncak gunung itu memang fenomena alami yang disebut Blue Jets (Semburan Biru) atau Gigantic Jets (Semburan Raksasa). Atau bisa saja itu fenomena alam yang disebut kilatan ELVES (Emissions of Light and Very low frequency perturbations due to Electromagnetic pulse Sources), yaitu kilatan emisi dan gangguan frekuensi sangat rendah akibat sumber pulsa elektromagnetik. 

Jadi, dimana pastinya letak Negeri Ophir yang diberkati Tuhan itu masih belum bisa dipastikan, apalagi untuk dipecahkan oleh banyak ahli sejarah dan juga para ahli yang terkait dibidangnya.
Hingga kini, lokasi negeri yang kaya emas itu masih merupakan sebuah misteri besar bagi ilmuwan dunia. Mungkinkah negeri yang dikisahkan pada zaman Nabi Sulaiman itu sejatinya memang di Pulau Sumatera?

Bisa iya dan bisa juga tidak. Tapi yang pasti, bukti-bukti barang berharga, hasil alam, dan binatang yang dibawa untuk Nabi Sulaiman AS, semuanya ada di Pulau Sumatera. Wallahu a’lam bish-shawabi, hanya Allah Mahatahu yang sebenar-benarnya. IndoCropCircles.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

mengenal kota aleppo