Sejarah Kelahiran Nabi Isa Dalam Al Quran Ditinjau Dalam Ilmu Sejarah dan Ilmu Astronomi

Nabi Isa dalam pandangan Islam merupakan salah satu Nabi yang diyakini diantara nabi-nabi Allah lainnya. Beliau juga merupakan salah satu Nabi dalam ‘ulul azmi. Terkait dengan proses kelahiran Nabi Isa, Al Quran memiliki informasi tersendiri secara mandiri yang secara diametral sangat berbeda dengan keterangan dari Perjanjian Baru, kitab suci umat Kristen. Proses kelahiran yang tidak sama ini, harus disadari sejak awal, juga akan melahirkan konsepsi yang berbeda pula. Al Quran memberikan informasi bahwa Isa alaihi as salam dilahirkan oleh ibundanya, Maryam, dibawah pohon Kurma yang sedang masak buahnya. Informasi ini akan dapat digunakan untuk merekonstruksi waktu kelahiran berdasarkan versi Islam. Berdasarkan analisa sejarah dan ilmu astronomi ternyata kelahiran Yesus a5au nabi Isa tidak ada yang bisa memasulikan waktunya secara tepat. Berdasarkan kajian itu mustahil lahir pada bulan Desember tetapi lahir pada musim semi sekitar bulan April atau Mei.
Kelahiran Nabi Isa atau Yesus Berdasarkan Al Quran : 
  • (23). Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya Aku mati sebelum ini, dan Aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”
  • (24). Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, Sesungguhnya Tuhanmu Telah menjadikan anak sungai di bawahmu
  • (25). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu,
  • Dengan asumsi bahwa Nabi Isa lahir di wilayah Betlehem, Palestina, maka kelahiran tersebut telah terjadi pada musim kurma sedang masak. Pohon kurma termasuk pohon musiman dan kematangan buah kurma biasanya memang tidak bisa serentak pada waktu yang sama. Walaupun tidak masak bersamaan kurma di palestina, secara umum, telah mengalami puncak kematangan pada musim panas.
  • Keterangan yang lebih jelas adalah kurma tidak mungkin masak pada musim dingin atau penghujan. Berdasarkan hal ini maka telah jelas, Al Quran mengisyaratkan bahwa kelahiran Isa terjadi pada musim panas. Waktu tepat untuk kematangan kurma itu sendiri adalah antara bulan Maret sampai Juni. Jadi dalam interval kedua bulan itulah Nabi Isa telah dilahirkan oleh Maryam ke dunia. Penggunaan interval waktu dalam kedua bulan tersebut telah mempertimbangkan kematangan kurma yang tidak serempak. Namun masih berada dalam satu musim panas.
Berdasarkan Kepercayaan Nasrani
  • Sementara umat Kristen telah meyakini bahwa Yesus lahir pada tanggal 25 Desember dimana setiap tahunnya hari tersebut diperingati sebagi hari Natal. Pada bulan Desember tersebut, matahari berada pada titik balik musim dingin. Dengan kata lain Betlehem sedang mengalami musim dingin. Sedangkan kurma tidak mungkin masak pada musim dingin tersebut. Dengan demikian, semakin jelas sudah bahwa konsep kelahiran Nabi Isa dalam Al Quran dan keyakinan umat Kristiani tentang hari Natal adalah dua hal yang berbeda.
  • Edward Gibbon, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa perayaan tersebut diadopsi dari perayaan kelahiran Sol yang diselenggarakan oleh penganut paganisme di Romawi, sebagi berikut: “The Roman Christians, Ignorant of his (Christ’s) birth, fixed the solemn festival to 25 December, the Brumalia or winter solstice when the pagans annually the birth of Sol ” . (Orang Kristen Romawi yang tidak mengetahui kelahirannya (Kristus), menentukan perayaan Natal pada 25 Desember, saat Brumalia atau titik balik matahari di musim dingin, ketika kaum pagan setiap tahun merayakan kelahiran Sol). 
  • Tetapi kita dapat melakukan educated guess mengenai musim (season) ketika beliau lahir. Injil Lukas 2:8 mencatat suasana malam kelahiran Isa Al-Masih sebagai berikut: Et pastores erant in regione eadem vigilantes et custodientes vigilias noctis super gregem suum (“Dan para gembala di padang rumput pada daerah itu sedang menjaga dan mengawasi pada waktu malam kawanan ternak mereka”). Ketika berkunjung ke Jerusalem, saya pernah bertanya kepada orang pribumi di sana: kira-kira pada bulan apa para gembala tinggal di padang rumput sampai malam hari? Dia menjawab bulan April atau bulan Mei pada musim semi (spring season).

Berdasarkan Sejarah
  • TERNYATA tidak ada catatan sama sekali mengenai peringatan kelahiran Nabi Isa Al-Masih a.s. (Jesus = Isa, Kristus, Al-Masih) sampai abad ke-4 Masehi. Absennya perayaan Natal sebelum itu menunjukkan bahwa mungkin tidak ada yang tahu secara pasti kapan utusan Allah yang mulia itu lahir. Kitab-kitab Injil yang empat tidak menyebutkan tahun kelahiran beliau, apalagi tanggal dan bulan yang pasti. 
  • Clement (150-215), seorang uskup di Iskandariah, menetapkan tanggal 18 November. Sebuah dokumen dari Afrika Utara tahun 243, berjudul De Pascha Computus, menempatkan kelahiran Jesus Kristus pada tanggal 28 Maret di awal musim semi.
  • Umat Nasrani pada masa-masa awal tidak pernah tertarik untuk merayakan Natal, sebab mereka memandang suatu perayaan ulang tahun sebagai kebiasaan orang-orang kafir. Seorang tokoh gereja abad ke-3, Origenes, bahkan menyatakan bahwa adalah merupakan suatu dosa jika ada yang berusaha mencari-cari tanggal kelahiran Jesus, sebab hal itu berarti menyamakan Kristus dengan seorang Fir’aun! Injil yang paling tua, Injil Markus, yang ditulis sekitar tahun 50, memulai uraian dari kisah pembaptisan Jesus Kristus yang sudah dewasa oleh Johannes Sang Pemandi (Nabi Yahya bin Zakaria a.s.). Fakta ini merupakan indikasi bahwa umat Nasrani pada masa-masa awal memang tidak memiliki interes terhadap masalah kelahiran Jesus. Baru pada Injil Matius dan Injil Lukas, yang ditulis dua sampai empat dasawarsa kemudian, kita memperoleh kisah lahirnya Nabi agung yang merupakan putra suci Siti Maryam r.a. itu.
  • Informasi paling awal mengenai perayaan Natal tercantum dalam Philocalian calendar, suatu dokumen Romawi tahun 354, yang menyatakan 25 Desember sebagai hari kelahiran Jesus Kristus. Dijelaskan dalam dokumen tersebut bahwa tanggal itu ditetapkan oleh Uskup Liberius dari Roma, dan kemudian diresmikan oleh Gereja.
  • Pada mulanya banyak kalangan intern kepausan yang tidak setuju dengan tanggal itu, sebab 25 Desember jatuh pada musim dingin, di mana hampir mustahil ada penggembala di padang rumput Palestina pada malam hari seperti diberitakan Injil! Tetapi Gereja sangat berkepentingan dengan tanggal 25 Desember, sebab penetapan tanggal itu diharapkan efektif untuk memikat hati orang-orang kafir Romawi yang mulai tertarik kepada ajaran Nasrani setelah Kaisar Konstantinus (bertahta 306-337) memeluk agama tersebut. Tanggal 25 Desember adalah saat Natalis Solis Invicti (“Kelahiran Dewa Matahari Yang Tak Terkalahkan”), yang dirayakan oleh orang-orang Romawi dalam bentuk Festival Saturnalia, untuk menghormati kelahiran Mithra, dewa matahari mereka, yang identik dengan Helios, dewa matahari Yunani. Orang-orang Romawi memang berduyun-duyun memeluk agama Nasrani, tetapi Festival Saturnalia tanggal 25 Desember dilestarikan dalam bentuk perayaan Natal.
  • Ketika agama Nasrani tersebar di kawasan Eropa Barat, perayaan Natal dilengkapi dengan “pohon Natal” (Christmas tree) yang dipuja oleh bangsa-bangsa kafir Jerman dan Skandinavia. Bangsa Inggris baru mengenal pohon Natal ketika Ratu Victoria menikahi Pangeran Albert, yang membawa tradisi itu ke Inggris dari daerah asalnya Jerman pada tahun 1840. Bagaimanakah dengan Santa Claus? Sudah tentu dia tidak pernah tinggal di Kutub Utara dengan rusa-rusanya seperti mitos yang beredar di kalangan anak-anak umat Nasrani. Dia adalah Saint Nicholas, uskup abad ke-4 di Nicaea (sekarang Iznik, masuk wilayah Turki) yang gemar membagikan hadiah kepada anak-anak. Tradisi ini populer di Negeri Belanda dengan sebutan San Nicolaas. Ketika orang-orang Belanda berimigrasi ke Amerika—kota New York sekarang adalah bikinan Belanda, dulu namanya New Amsterdam—mereka memperkenalkan tradisi bagi-bagi hadiah dari San Nicolaas ini, yang oleh lidah anak-anak Amerika diucapkan Santa Claus. Akhirnya pada tahun 1863, kartunis terkenal Thomas Nast menggubah lukisan Santa Claus dengan berpakaian merah dan berjanggut putih, lengkap dengan ketawa ‘ho-ho-ho’nya, yang populer sampai hari ini.
Berdasarkan Ilmu Astronomi
  • Seorang astronom Australia, David Reneke memprediksi kelahiran Yesus Kristus bukan jatuh pada tanggal 25 Desember, seperti yang dirayakan umat Kristiani sedunia seperti sekarang ini. Sebagimana dilansir Telegraph, Reneke mengungkapkan jika ditilik dari peristiwa ‘bintang terang natal’ di Betlehem 2000 tahun silam, seharusnya Natal jatuh pada tanggal 17 Juni. Bintang terang natal itulah yang dikisahkan dalam Perjanjian Baru menuntun tiga orang majus pada bayi Yesus untuk mempersembahkan, mur emas, dan kemenyan. Penelitian yang dilakukan oleh astronom mengasumsikan, bintang terang tersebut merupakan kombinasi planet Venus dan Jupiter. Ketika itu, kedua planet berada pada posisi terdekat dan menjadikannya lebih bersinar terang dari biasanya.
  • Dengan demikian telah diketahui bersama bahwa tidak ada tanggal paling pasti tentang kelahiran Nabi Isa. Perayaan Natal per 25 Desember hanya merupakan tradisi Kristen selama berabad-abad yang diadopsi dari perayaan kaum penyembah berhala. Sendainya saja Nabi Isa menginginkan hari lahirnya dirayakan maka tentu salah satu ajaran yang disampaikannya adalah tentang fakta hari kelahirannya terkait waktu yang tepat. Kenyataannya hal itu tidak disampaikannya dan hal ini menjelaskan hakikat bahwa perayaan kelahiran Nabi Isa memang tidak berasal dari ajarannya. Namun merupakan produk dari perkembangan budaya selama berabad-abad dalam kekristenan. Pada bagian terakhir ini, sekaligus perlu ditegaskan bahwa terkait dengan masalah hubungan Islam dengan agama-agama lain beserta klaim-klaim kebenarannya, secara teologis, sudah selesai, settled, dan final. Allah sendiri yang telah menuntaskannnya sejak awal melalui Al Quran. Islam memandang perbedaan dan keragaman agama sebagai hakikat ontologis dan sunatullah dan oleh karenanya genuine. Oleh karenanyalah maka kaum muslimin hendaknya hanya berpegang kepada kitabullah dan sunah Nabiyang menjadi sumber-sumber hukum Islam.
Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah ﷻ. Berbeda dengan manusia lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah ﷻ menghendaki sesuatu terjadi, maka ia akan terjadi.
Adam, Allah ﷻ ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir tanpa campur tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.
Maryam Melahirkan Manusia Mulia
Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan kehormatan. Sudah kami tuliskan kisah Maryam menjaga kesucian dirinya dengan judul Maryam Teladan Bagi Muslimah.
Berita tentang kelahiran Nabi Isa ﷺ menyebar perlahan. Satu per satu orang tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki. Saat hendak melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-Aqsha.
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam | Ayat: 22).
Lahirlah Nabi Isa ﷺ di tempat tersebut.
Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya di masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di tanah yang mulia dan qudus.
Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa bin Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?” “Bisa. Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris. Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?” Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu”. Mereka pun diam.
Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka pun tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka katakan?
Manusia dalam keadaan Nabi Isa ﷺ ini terbagi menjadi tiga:
Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar.
Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah. Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.
Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai seorang nabi dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mengimaninya sebagai hamba Allah.
Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana ia berucap,
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (QS:Maryam | Ayat: 23).
Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah ﷻ menghibur Maryam dengan,
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا
“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam dalam ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah ﷻ. Maryam pun menjadi tenang.
Maryam Bertemu Kaumnya
Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya. Mereka berkata,
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. (QS:Maryam | Ayat: 27-28).
Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.
Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.
Isa, Bayi Yang Penuh Berkah
Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk mereka. Ia pun mengatakan,
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS:Maryam | Ayat: 29).
Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang dilemparkan pada ibunya.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (QS:Maryam | Ayat: 30).
Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah ﷻ, bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (QS:Maryam | Ayat: 31-33).
Kami tutup kisah ini dengan penjelasan Alquran tentang Nabi Isa ﷺ:
ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ ۖ سُبْحَانَهُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ.
“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (QS:Maryam | Ayat: 34-35).
Sumber:
– al-Khomis, Utsman bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf.
– http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura19-aya24.html#katheer


Read more https://kisahmuslim.com/5353-lahirnya-rasulullah-isa-bin-maryam.html
Nabi Isa adalah di antara nabi dan rasul Allah ﷻ. Berbeda dengan manusia lainnya, Nabi Isa terlahir tanpa seorang ayah. Dan ibunya adalah seorang wanita suci dan shalihah. Demikianlah jika Allah ﷻ menghendaki sesuatu terjadi, maka ia akan terjadi.
Adam, Allah ﷻ ciptakan tanpa perantara ayah dan ibu. Hawa lahir tanpa campur tangan wanita. Dan Isa hanya dari seorang ibu.
Maryam Melahirkan Manusia Mulia
Maryam adalah seorang wanita shalihah yang menjaga diri dan kehormatan. Sudah kami tuliskan kisah Maryam menjaga kesucian dirinya dengan judul Maryam Teladan Bagi Muslimah.
Berita tentang kelahiran Nabi Isa ﷺ menyebar perlahan. Satu per satu orang tahu, bahwa Maryam yang tak bersuami melahirkan anak laki-laki. Saat hendak melahirkan putranya, Maryam menyendiri di ujung timur Masjid al-Aqsha.
فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا
“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (QS:Maryam | Ayat: 22).
Lahirlah Nabi Isa ﷺ di tempat tersebut.
Maryam menyepi dan menyendiri. Ia takut beredar fitnah tentang dirinya di masyarakat. Tentu mereka akan bertanya dari mana ia peroleh anak itu? Mana suamimu? Apakah dari zina? Siapakah bapaknya? Dan tuduhan lainnya. Ia takut akan semua gunjingan itu. Peristiwa ini sangat berat baginya. Seorang wanita tak akan tahan jika kehormatannya dijadikan hina. Maryam adalah wanita shiddiqah. Ahli ibadah. Ia mengabdikan diri di tempat yang suci. Di tanah yang mulia dan qudus.
Disebutkan, keluarganya pun menanyakan tentang putranya. Tentang Isa bin Maryam. Mereka bertanya, “Apakah bisa tanaman tumbuh tanpa benih?” “Bisa. Siapakah yang pertama menciptakan tanaman? Jawab Maryam, retoris. Mereka kembali bertanya, “Bisakah pohon tumbuh tanpa air?” “Bisa. Siapakah yang menciptakan pohon pertama kali?” jawab Maryam. Mereka bertanya lagi untuk yang ketiga kali, “Bisakah seorang anak lahir tanpa seorang ayah?” Maryam menjawab, “Bisa. Sesungguhnya Allah menciptakan Adam tanpa ayah dan ibu”. Mereka pun diam.
Keluarga Maryam adalah orang yang mencintai dan mengenalnya Mereka pun tetap mempertanyakan. Timbul sebersit rasa di hati mereka. Lalu bagaimana pula dengan orang-orang yang jauh, orang-orang fasik, apa yang akan mereka katakan?
Manusia dalam keadaan Nabi Isa ﷺ ini terbagi menjadi tiga:
Pertama: Orang-orang Yahudi. Mereka menuduhnya sebagai anak zina, karena menurut mereka Maryam berzina dengan Yusuf an-Najjar.
Kedua: Orang-orang Nasrani. Mereka menganggap Isa sebagai anak Allah. Dan Maha Suci Allah dari yang demikian.
Ketiga: Orang-orang Islam. Mereka memuliakan Nabi Isa sebagai seorang nabi dan rasul. Namun tidak berlebih-lebihan terhadapnya, dengan mengimaninya sebagai hamba Allah.
Maryam pergi ke Betlehem. Saat sampai di sana ia berucap,
يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَٰذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا
“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (QS:Maryam | Ayat: 23).
Ia berharap seandainya mati, karena beratnya keadaan. Lalu Allah ﷻ menghibur Maryam dengan,
فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا. وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا. فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا
“Maka menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu.” (QS:Maryam | Ayat: 24-26).
Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menyeru Maryam dalam ayat ini. Said bin Jubair, adh-Dhahhak, Amr bin Maimun dll. menyatakan bahwa itu Jibril. Mujahid, al-Hasan, dll. menyatakan bahwa Nabi Isa berbicara kepada Maryam. Ia menghiburnya, ‘Wahai Ibu, janganlah bersedih’. Sang anak menunjukkan bahwa kelahirannya adalah mukjizat dan karunia dari Allah ﷻ. Maryam pun menjadi tenang.
Maryam Bertemu Kaumnya
Setelah merasakan ketenangan, Maryam pulang dan bertemu kaumnya. Mereka berkata,
فَأَتَتْ بِهِ قَوْمَهَا تَحْمِلُهُ ۖ قَالُوا يَا مَرْيَمُ لَقَدْ جِئْتِ شَيْئًا فَرِيًّا. يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. (QS:Maryam | Ayat: 27-28).
Berbeda dengan keluarganya yang mempertanyakan keadaannya, orang-orang fasik langsung menuduh Maryam. Mereka cerca Maryam dengan telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar, yakni perzinahan. Mereka bawa-bawa kedua orang tuanya yang baik-baik, agar Maryam semakin malu.
Mereka tuduh Nabi Zakariya lah yang menzinainya. Tanpa pengadilan, mereka hakimi Zakariya dengan membunuhnya. Di antara mereka juga ada yang menuduh Yusuf an-Najjar, sepupu Maryam, adalah bapaknya Isa.
Isa, Bayi Yang Penuh Berkah
Maryam mengetahui, anaknya mampu berbicara dan bersaksi untuk mereka. Ia pun mengatakan,
فَأَشَارَتْ إِلَيْهِ ۖ قَالُوا كَيْفَ نُكَلِّمُ مَنْ كَانَ فِي الْمَهْدِ صَبِيًّا
maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: “Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?” (QS:Maryam | Ayat: 29).
Isa memberikan jawaban dan persaksian, membantah tuduhan keji yang dilemparkan pada ibunya.
قَالَ إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,” (QS:Maryam | Ayat: 30).
Kalimat pertama dari lisan Isa menegaskan bahwa dia adalah hamba Allah ﷻ, bukan anak Tuhan. Sekaligus juga membantah tuduhan kaumnya terhadap ibunya. Ia membantah orang yang mengatakannya anak Allah atau anak zina.
وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا.
dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”. (QS:Maryam | Ayat: 31-33).
Kami tutup kisah ini dengan penjelasan Alquran tentang Nabi Isa ﷺ:
ذَٰلِكَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ الْحَقِّ الَّذِي فِيهِ يَمْتَرُونَ. مَا كَانَ لِلَّهِ أَنْ يَتَّخِذَ مِنْ وَلَدٍ ۖ سُبْحَانَهُ ۚ إِذَا قَضَىٰ أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ.
“Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: “Jadilah”, maka jadilah ia.” (QS:Maryam | Ayat: 34-35).
Sumber:
– al-Khomis, Utsman bin Muhammad. 2010. Fabihudahum Iqtadih. Kuwait: Dar al-Ilaf.
– http://quran.ksu.edu.sa/tafseer/katheer/sura19-aya24.html#katheer


Read more https://kisahmuslim.com/5353-lahirnya-rasulullah-isa-bin-maryam.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi