Hutan Kosong

 Hutan kosong adalah istilah yang diciptakan oleh artikel Kent H. Redford "The Empty Forest" (1992), yang diterbitkan di BioScience. "Hutan kosong" mengacu pada ekosistem yang kosong dari mamalia besar. Hutan kosong dicirikan oleh habitat yang sangat baik, dan seringkali memiliki pohon besar yang sudah dewasa, meskipun tidak memiliki mamalia besar sebagai akibat dari pengaruh manusia. Hutan kosong menunjukkan bahwa pengaruh manusia dapat merusak ekosistem dari dalam maupun dari luar.[1]


Banyak mamalia besar yang menghilang, seperti rusa dan tapir,[2] penting untuk penyebaran benih. Banyak spesies pohon yang sangat terlokalisasi dalam penyebarannya bergantung pada mamalia daripada angin untuk menyebarkan benihnya.[3] Selanjutnya, ketika pemangsaan biji menurun, pohon dengan biji besar mulai sepenuhnya mendominasi pohon dengan biji kecil, mengubah keseimbangan kehidupan tumbuhan di suatu daerah.[4]

Mamalia besar predator penting untuk meningkatkan keanekaragaman hayati secara keseluruhan dengan memastikan bahwa predator dan herbivora yang lebih kecil tidak melimpah dan mendominasi. Tidak adanya predator besar tampaknya menghasilkan kepadatan spesies mangsa yang tidak merata.[5] Meskipun hewan-hewan tertentu mungkin belum sepenuhnya punah, jumlah mereka mungkin telah menurun sampai pada titik di mana mereka mengalami kepunahan ekologis. Hewan yang kemungkinan besar mengalami kepunahan ekologis di hutan neotropis adalah hewan yang merupakan predator terpenting, penyebar biji besar, dan predator biji.[6]

Defaunasi mamalia besar dapat dilakukan dengan cara langsung atau tidak langsung. Setiap jenis aktivitas manusia yang tidak ditujukan pada hewan yang bersangkutan yang mengakibatkan defaunasi pada hewan tersebut bersifat tidak langsung. Cara paling umum dari defaunasi tidak langsung adalah perusakan habitat. Namun, contoh lain dari defaunasi mamalia besar secara tidak langsung adalah pengumpulan buah-buahan dan kacang-kacangan secara berlebihan atau perburuan berlebihan yang dibutuhkan mamalia besar untuk makanan. Contoh lain dari cara tidak langsung defaunasi mamalia besar adalah melalui produk sampingan dari aktivitas manusia modern seperti merkuri dan asap, atau bahkan polusi suara.[1]

Ada dua kategori defaunasi langsung. Mereka termasuk perburuan subsisten dan perburuan komersial. Spesies hewan yang paling umum diburu biasanya adalah spesies terbesar di wilayahnya. Mamalia besar di suatu daerah seringkali hanya diwakili oleh beberapa spesies, tetapi merupakan bagian utama dari keseluruhan biomassa. Di daerah dengan perburuan sedang, biomassa spesies permainan mamalia berkurang hingga 80,7%. Di daerah dengan perburuan berat, biomassa spesies permainan mamalia dapat berkurang hingga 93,7%.[7]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi