Hubungan Turki dan Yunani

 

Hubungan Turki dengan Yunani harus diakui lekat dengan kebencian, baik secara sejarah maupun kompetisi keduanya di kawasan regional. Kepercayaan antara Ankara dan Athena terlalu lemah untuk diperbaiki.

Sejarah membentuk kebencian hubungan bilateral Turki-Yunani. Yunani modern didirikan setelah perang intensif dengan Kekhalifahan Utsmani pada awal abad ke-19. Perang kemerdekaan Yunani yang didorong oleh meningkatnya nasionalisme melawan Kekhalifahan Utsmani dan antusiasme Kristen terhadap Islam secara signifikan memengaruhi perspektif Athena tentang Turki saat ini.

Sementara itu, Turki modern didirikan dari kemenangan militer melawan invasi militer Yunani di wilayah pesisir barat Turki setelah Perang Dunia Pertama. Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk pasukan militer Turki berhasil mengusir pasukan Yunani pada tahun 1923 dan mendirikan Turki modern.

Perang antara Turki dan Yunani disertai dengan pembersihan etnis satu sama lain di wilayah yang didominasi Turki dan Yunani mendominasi wilayah tersebut, dan kebencian etnis antara Turki dan Yunani dikenang hingga saat ini. Kebencian antara Turki dan Yunani semakin kuat dalam edisi Siprus pada 1960-an dan 1970-an. Dua kelompok etnis di Siprus, Turki dan Yunani, didorong oleh meningkatnya nasionalisme, akhirnya melakukan konfrontasi total. Turki dan Yunani saling menyalahkan tanggung jawab dalam konflik Siprus, dan akhirnya, Siprus terpecah menjadi Siprus utara yang dikuasai Turki dan masyarakat internasional mengakui Republik Siprus di selatan.

Perang Turki-Yunani setelah Perang Dunia Pertama dan persaingan Turki-Yunani di Siprus menyebabkan konflik maritim di Mediterania Timur antara Ankara dan Athena. Meskipun sebagian besar pulau di Laut Aegea hingga Turki barat dibawah Yunani dalam Perjanjian Lausanne pada tahun 1923, beberapa pulau kecil diklaim oleh Yunani dan Turki. Pulau-pulau ini menjadi bahan konflik saat ini.

Mengenai eksplorasi sumber daya perairan pesisir Siprus, Turki menyatakan bahwa eksplorasi sumber daya harus didasarkan pada kesepakatan baik dari Siprus utara maupun pemerintah Siprus selatan. Sementara Siprus dan Yunani menolak untuk mengakui keabsahan rezim Siprus utara dan memandang keterlibatan rezim Turki dalam masalah Siprus sebagai pelanggaran integritas nasional Siprus.

Di satu sisi, eksplorasi sumber daya alam Turki dipahami sebagai langkah penting menuju kemandirian energi dan meningkatkan klaim maritim atas pulau dan pulau kecil yang disengketakan melawan Yunani. Namun, kekuatan politik Islam Turki yang meningkat dibawah kepemimpiunan Partai Keadilan dan Pembangunan dianggap oleh Yunani sebagai tekad dan minat Turki untuk memulihkan Kekaisaran Ottoman lama di Balkan dan Mediterania Timur.

Di sisi lain, sikap tegas Yunani di Mediterania Timur dan Siprus dapat dipahami oleh orang Yunani sebagai pengamanan perairan teritorial, tetapi penolakan Yunani untuk mengakui klaim Turki di Laut Aegea dan penolakan untuk menerima Turki sebagai mitra hukum dalam masalah Siprus dianggap oleh Turki sebagai penghinaan yang sombong dari Eropa. Hal ini karena pengalaman Turki yang dipermalukan karena berulang kali ditolak menjadi anggota resmi Uni Eropa dan justru menerima keanggotaan Yunani serta Siprus.

Dengan latar belakang ini, bentrokan dan konflik apa pun antara Turki dan Yunani dapat dengan mudah menyebabkan antagonisme total kedua negara. Hubungan bilateral antara Turki dan Yunani terbelenggu oleh kebencian historis dan persaingan, dan persaingan Ankara-Athena di Mediterania Timur mungkin berlangsung lama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi