Mengapa jarang ditemukan Sawah di Malaysia
Mengapa Malaysia jarang terdapat sawah padi seperti yang ada di Indonesia dan Thailand?
Karena berbagai faktor. Pertama, selama ribuan tahun orang semenanjung Melaya itu hidup dari perdagangan. Kedua, wilayah dataran banyak yang merupakan lahan gambut, susah ditanami beras, dan petani banyak andalkan padi gogo (beras ditanam di ladang, bukan sawah) yang hasilnya lebih sedikit. Ketiga, mereka dekat dengan Thailand dan Myanmar, dua negeri yang jadi penghasil beras.
Jadi, pertama, kalau Anda lihat, kota-kota besar di semenanjung Melayu itu berada di pesisir. Kerajaan lama di sana, ibu kota juga di pesisir. Ini menunjukkan orientasi mereka pada perdagangan, bukan pertanian.
Di Indonesia, banyak kerajaan yang berpusat di pedalaman seperti di Jawa, Sunda, atau Minangkabau. Hal serupa terjadi di Thailand, yang beribu kota di Bangkok dan dahulu di Ayyuthaya. Dua kota ini berada dipedalaman, bukan pinggir laut.
Hal ini menunjukkan orientasi penduduknya. Kerajaan di pinggir laut itu biasanya mengandalkan pada perdagangan dan jasa. Mereka bersaing memberi pelayanan bagi kapal atau pedagang yang singgah dan mendapat pajak dari sana. Kalau kerajaan agraris, pajaknya ya beras.
Jepang misalnya, itu bahkan gaji di jaman dulu juga dihitung dalam satuan beras. Dan Jepang itu, seperti kita tahu, ribuan tahun beribukota di Kyoto, kota pedalaman.
Kedua, kondisi tanah di Malaysia banyak yang lahan gambut dan tidak cocok untuk beras. Selain itu, petani di semenanjung Malaya itu mengandalkan padi gogo (padi untuk lahan kering, bukan sawah).
Padi sawah itu hasilnya jauh lebih banyak daripada padi kering, namun butuh beberapa prasyarat yang tidak mudah. Pertama, butuh sistem sosial yang baik karena saat tanam dan panen, mesti dibantu tetangga.
Selain itu, sawah butuh iritasi dan sistem pembagian air yang njelimet. Di Bali ada sistem pembagian air namanya subak. Kalau di Jawa, dulu ada jabatan ulu-ulu yang urusi pembagian air. Artinya, harus ada peran pemerintah di sana, yang membuat irigasi dan mengatur airnya. Padahal orientasi kerajaan di sana adalah perdagangan.
Mereka baru kenal irigasi dan padi sawah, di kerajaan-kerajaan yang dibawah pengaruh/proteksi Thailand seperti Perlis atau Kedah. Irigasi juga diperkenalkan orang Minang yang ratusan tahun lalu pindah ke sana dan kemudian membuat kerajaan bernama Negeri Sembilan.
Anda lihat di peta, pusat produksi beras di Malaysia itu ada di wilayah berbatasan Thailand.
Ketiga, mereka dekat dengan Thailand dan Myanmar, dua negara penghasil beras. Kerajaan dan penduduk Malaysia jarang mendapat masalah beras. Thailand dan Myanmar selalu menyediakan beras murah bagi orang Malaysia.
Saat Inggris mulai kuat menancapkan kaki, sebenarnya mereka sudah berpikir tentang ketahanan pangan. Tapi sebelum sempat bertindak, muncul komoditas baru yang lebih menguntungkan: karet. Jadi, lahan yang ada diubah jadi karet saja, bukan lahan padi.
Soal beras? Inggris berpikir akan aman, karena Myanmar juga mereka kuasai.
Saat ini sekitar 40% kebutuhan beras mereka diimpor. Di masa lalu sebelum Perang Dunia II, malah 2/3 kebutuhan beras itu impor.
Komentar
Posting Komentar