PERISTIWA 1963 yang membagi Borneo
Indonesia, negara yang penuh warna dan keberagaman di Asia Tenggara, pada tahun 1963 penuh dengan kegembiraan. Tapi di balik keindahan surga tropis ini, ketegangan meradang kayak semangkuk sambal yang pedes. Semuanya dimulai dengan konflik militer yang dikenal dengan Konfrontasi Indonesia-Malaysia.
Seperti dua petinju kelas berat masuk ring, siap beradu tinju. Di satu sudut, ada Indonesia yang pamerin ototnya dan dengan keras menentang pembentukan Malaysia. Ini kayak pertarungan antar saudara, dengan Indonesia bilang, "Hei, kami kakaknya di sini!" Tapi Malaysia punya rencana lain, berubah dari Federasi Malaya menjadi negara baru.
Konfliknya berlangsung kayak gunung berapi yang meletus, kedua belah pihak saling berdebat dan memamerkan kekuatannya. Indonesia bertekad mempertahankan kepentingannya, sementara Malaysia bertahan dengan tegar, nggak mau mundur. Ini bentrokan ideologi dan kebanggaan nasional, dengan kedua pihak nggak mau menyerah.
Kalimantan setelah penghentian permusuhan; dibagi antara Brunei, Indonesia dan Malaysia. Penguasaan pulau adalah masalah utama di balik konflik saat itu.
Di tengah keributan Konfrontasi, ada hal lain yang lagi disiapin di dalam hati Indonesia. Denger nggak suaranya? Itu suara demokrasi yang mengetuk pintu. Iya, pada tahun 1963, Indonesia mengadakan pemilihan presiden yang kedua, momen bersejarah bagi negara muda yang mencari pijakan politiknya. Rakyat menunggu hasil, ketegangannya terasa banget.
Tapi, di sinilah yang jadi seru. Bayangin balapan di mana cuma ada satu pelari. Iya, kamu denger bener. Hanya satu kandidat yang maju, dan itu nggak lain adalah Sukarno yang tercinta. Kayak maraton dengan hanya satu peserta, semua orang jadi bingung dan bilang, "Yah, sepertinya dia bakal menang!"
Dan benar, dia menang! Sukarno keluar sebagai pemenang, mengamankan posisinya sebagai Presiden Indonesia periode 1963-1968. Karisma dan kepemimpinan Sukarno berhasil menaklukkan hati (wakil) rakyat Indonesia, dan dia resmi dinyatakan sebagai Presiden Seumur Hidup. Jangan tanya lagi soal langkah berkuasa yang mantap!
Komentar
Posting Komentar