MENGAPA MONARKI KOREA TIDAK DIPULIHKAN SEBAGAIMANA JEPANG?

 Alasan mengapa keluarga kerajaan tidak pernah dipulihkan cukup sederhana; karena tidak ada pemerintah Korea yang menginginkan mereka kembali.

Setelah Perang Dunia II berakhir, terjadi banjir besar sehingga banyak penduduk Korea di Jepang yang mencoba kembali ke tanah air mereka di semenanjung Korea. Tapi ada masalah, tanah air mereka telah terbelah dua dan dua kekuatan asing membentuk rezim saingan di bagian utara dan selatan semenanjung. Ini menjadi masalah besar bagi orang Korea yang akan kembali, bukan hanya karena mereka harus memilih di bawah rezim mana mereka akan hidup, tetapi karena dinamika politik yang terjadi pada saat itu (terutama, karena baik Korea Utara maupun Selatan belum diklasifikasikan sebagai negara) membuat kedua rezim cukup selektif, tentang siapa saja yang boleh kembali masuk ke wilayah mereka. Dimana mereka yang dianggap musuh politik (orang-orang yang memiliki opini politik yang bertentangan dengan rezim atau bekerja sama dengan pemerintah Jepang) jelas kurang diinginkan dimana keluarga kerjaan dianggap masuk dalam kelompok ini.

Terdapat kondisi ketika Korea dijajah Jepang, banyak anggota keluarga kerajaan yang menonjol dipindahkan ke Jepang dan menikah dengan bangsawan Jepang untuk digunakan sebagai pion Korea oleh kekaisaran Jepang. Sehinhgga ketika Jepang menyerah dalam Perang Dunia II dan Korea dibebaskan, tidak mengherankan jika sebagian besar pernikahan mereka dengan bangsawan Jepang berakhir dengan cepat dan mereka sangat ingin kembali ke tanah air mereka. Namun, sayangnya sebagai anggota keluarga kerajaan, keberadaan mereka menjadi ancaman politik bagi para pemimpin kedua rezim.

Putri Deokhye, berfoto bersama suaminya yang merupakan bangsawan kelas menengah dari Tsushima. Pernikahan mereka secara efektif berakhir setelah penyerahan Jepang, dengan perceraian mereka di 1953.

Putra Mahkota Yi Eun, yang menikah dengan Putri Masako Nashimoto. Pernikahan mereka berlangsung hingga akhir hayatnya. Lebih khusus lagi, meskipun orang Korea sangat memusuhi orang Jepang setelah pembebasan, Putri Masako memiliki reputasi positif ketika pasangan itu diizinkan kembali ke Korea (pada tahun 1963) dan lebih dikenal di sana sebagai Putri Bangja.

Kita tidak akan membahas mengenai Korea Utara karena anggota keluarga kerajaan secara eksklusif mencoba untuk kembali ke Korea Selatan karena di sanalah tempat tinggal dan properti mereka berada.

Karena status mereka sebagai musuh politik, anggota keluarga kerajaan di Jepang tidak diperbolehkan kembali ke Korea. Tidak hanya itu, kepemimpinan kedua rezim Korea banyak menggunakan keluarga kerajaan sebagai kambing hitam atas penaklukan Korea oleh Jepang. Tetapi Jepang melakukan hal yang sama tidak ramahnya karena semua etnis Korea dicabut kewarganegaraannya di sana dan tidak memiliki jalan untuk memperolehnya kembali meskipun mereka menginginkannya. Dengan demikian, mereka secara efektif dibuat tanpa kewarganegaraan. Beberapa tetap tinggal di Jepang dalam kemiskinan dan kesehatan yang semakin buruk. Yang lain melarikan diri ke Amerika Serikat untuk mencari peluang hidup yang lebih baik.

Terdapat beberapa anggota keluarga kerajaan yang kurang menonjol yang tetap tinggal di Korea selama pemerintahan Jepang. Nasib mereka tidak lebih baik. Disalahkan atas kesengsaraan bangsa, mereka dilucuti status hukum dan properti mereka, menjadikan mereka paria sosial sebagian menjadi tunawisma. Mirip dengan kerabat mereka di Jepang, banyak yang melarikan diri ke Amerika Serikat. Baru pada tahun 1960-an Korea Selatan mencabut larangan kembalinya keluarga kerajaan ke luar Korea, tetapi pada saat itu, kerusakan telah terjadi. Sebagian besar dari mereka di AS sudah menetap di sana sebagai warga negara biasa dan sebagian lagi menetap di Jepang, dimana banyak dari mereka hidup dalam keadaan yang tidak bermartabat (menderita kesehatan yang buruk dan bahkan kondisi kesehatan mental) sehingga mereka bahkan tidak dapat mengambil peran sebagai simbol Monarki Korea. Mereka dapat kembali ke Korea dengan syarat, status mereka adalah warga negara biasa dan hanya sebagian kecil dari harta kerajaan yang dikembalikan ke beberapa anggota kerajaan tertentu.

Saat ini, ada beberapa upaya oleh anggota keluarga kerajaan yang masih hidup untuk bertindak sebagai monarki simbolis; mengembalikan gelar kerajaan mereka, mengadakan upacara sakral dan sebagainya. Namun tindakan ini tidak diakui oleh pemerintah dan sebagian besar diabaikan oleh masyarakat umum. Cukuplah untuk mengatakan, mayoritas orang Korea tidak tertarik pada pemulihan monarki, bahkan yang simbolis.

“Putra Mahkota” Yi Seok (kedua dari kiri) di Los Angeles di dalam upacara informal untuk menunjuk Andrew Lee (ketiga dari kiri) sebagai penggantinya. tahun 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi