LAISSEZ FAIRE?

 Pertama-tama kita harus mengetahui apa itu sistem ekonomi Laissez-Faire atau yang lebih dikenal dengan nama Liberalisme Ortodox (Orthodox Liberalism).

Menurut Theodore Cohn di bukunya Global Political Economy: Theory and Practice:

Despite Smith’s criticism of the mercantilists, he recognized that some government involvement was necessary, but only in three areas: to protect society from violence and invasion; to promote the administration of justice; and to erect public works and institutions that individuals would not establish on their own. Although Smith strongly supported free trade, he did not view it as an unconditional policy. For example, a state should be able to retaliate against unfair trade restrictions, and it might implement free trade gradually to give domestic industry and labor time to adjust to international competition. Despite Smith’s support for some government involvement, he believed “that the system of natural liberty was in general the best practical guide to policy, especially because government was often incompetent and more often subject to special interest pressures." Smith argued that free trade encourages a division of labor and greater productivity; enables people to buy a broader range of goods at the cheapest source; and enables each state to specialize in goods it produces most efficiently(pp.116–117)

Jadi, Liberalisme ortodox itu adalah sebuah sistem ekonomi liberalisme dimana pemerintah berintervensi kedalam ekonomi secara seminimal mungkin dan hanya melakukan tugas di 3 area: melindungi masyarakat dari kekerasan, menegakkan keadilan hukum, dan membuat institusi dan pekerjaan umum yang tidak akan didirikan sendirinya oleh masyarakat.

Disamping itu, pemerintah seminimal mungkin intervensi di perekonomian.

Ini adalah definisi lain dari Encyclopedia Brittanica:

Laissez-faire, (French: “allow to do”) policy of minimum governmental interference in the economic affairs of individuals and society.

Nah versi lain dari liberalisme ortodox ini adalah prinsip ekonomi neo-liberalisme yang muncul di tahun 80an. Prinsip ini didorong oleh ekonom seperti Milton Friedman dan paham neo-liberalisme sangat populer di tahun 80an. Paham ini juga diadopsi oleh Ronald Reagan dan Margaret Thatcher

In contrast to Adam Smith’s liberalism, the return to orthodox liberalism was global in extent for several reasons:

  1. Advances in technology, communications, and transportation enabled MNCs and international banks to shift their activities and funds around the world.
  2. The conditions on IMF and World Bank loans have included privatization, deregulation, and liberalization of indebted LDC economies.
  3. With the breakup of the Soviet bloc, orthodox liberal pressures also spread to transition economies. (p.121)

Nah paham neo-liberalisme inilah yang dicoba untuk diterapkan di Indonesia setelah Indonesia menandatangani Letter of Intent IMF pada tahun 1998 yang mengharuskan Indonesia melakukan restrukturisasi ekonomi.

Jadi, bisa dibilang Liberalisme Ortodox, neo-liberalisme, dan Laissez-Faire itu bagaikan saudara kembar.


Lalu saya juga ingin membantah bahwa Singapura itu mengikuti sistem ekonomi Laissez-Faire.

Singapura dan Hong Kong itu tidak memiliki sistem ekonomi yang sama. Dalam sebuah jurnal yang berjudul Government Intervention in the Economy: A Comparative Analysis of Singapore and Hong Kongyang ditulis oleh Newman M. K. Lam, ini dijelaskan dengan sangat jelas:

Singapore and Hong Kong are very different and yet very similar in many respects. A study of their current profiles and historical development indicates that the two have achieved comparable economic successes through different development strategies. After World War II, Singapore gained political independence while Hong Kong achieved economic restructuring. The Singapore government adopted an interventionist approach to develop its economy, while the Hong Kong government followed the laissez-faire principle. However, as the two were maturing socially and economically in the last few decades, both governments found the necessity to adopt a hybrid strategy of mixing economic interventions with the free-market approach. An examination of public finance and economic policies since the onset of the Asian economic turmoil shows that the two have become increasingly similar in their economic approaches, with heavy emphasis on stabilizing the economy and stimulating business activities through government initiatives. Based on their projected economic, social and political development, the Hong Kong government is expected to become more interventionist while its Singapore counterpart is expected to go in the opposite direction. The economic development strategies of the two governments, coming from two extremes, will become more alike in the foreseeable future, for reasons of political feasibility in the former.

Jelas tidak? Di Singapura itu ada rumah susun bersubsidi sehingga hampir semua rakyat Singapura dapat tinggal di tempat tinggal yang layak. Sedangkan di Hong Kong semua perumahan dikuasai oleh developer swasta yang hanya mementingkan keuntungan sehingga rakyat kecil terpaksa tinggal di petak yang sangat-sangat kecil

Terus Panama juga bukan negara maju.


Jangankan pakai sistem ekonomi Laissez-Faire, itu kemaren waktu pengesahan Omnibus Law yang mengambil prinsip neolib dikit aja langsung didemo abis-abisan. Apalagi ini mau mengadopsi Laissez-faire seutuhnya.

Sebenarnya sistem ekonomi ini semakin lama akan hanya membuat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Bayangkan, apabila dengan mengadopsi laissez-faire, maka perusahaan dapat dengan mudah mengeksploitasi lingkungan, memberikan gaji kecil ke karyawan dan buruh, dan menaikkan harga pendidikan sehingga yang miskin tidak bisa sekolah.

Sedangkan yang kaya? Ya makin kaya karena sekarang mereka dapat leluasa berbisnis tanpa intervensi pemerintah tentang UMR, pajak, perlindungan lingkungan, dll.

Sebenarnya tidak ada negara di dunia yang betul-betul mengadopsi Laissez-Faire secara resmi. Di AS saja sudah ada upah minimum dan perumahan disubsidi.


Terus apakah kamu pernah dengar tentang Internal Contradictions of Capital Accumulation?

Jadi begini. Misal nih kamu mengeksploitasi buruh dan kamu membayar buruh dengan sangat murah. Nah, buruh itu tidak akan dapat membeli banyak barang. Karena itu, untung yang kamu dapatkan akan sedikit juga karena barang yang kamu produksi tidak terjual banyak karena orang tidak mempunyai banyak uang.


Jadi sudah jelas ya kenapa Indonesia tidak mengadopsi sistem laissez-faire?

Sistem ekonomi Indonesia (seharusnya) dapat menyediakan barang-barang yang dibutuhkan rakyat secara terjangkau. Kasian nanti kalau didorong mencari untung, rakyat miskin tidak bisa dapat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi