MENGAPA SELAMA MENJAJAH INDONESIA, BELANDA TIDAK MENDIRIKAN KINCIR ANGIN DI INDONESIA

 

Ini adalah foto sebuah kincir angin yang dibangun di Yerusalem, Palestina pada tahun 1857 oleh Moses Montefiore, seorang proto-Zionis dari Britania Raya. Namun kincir angin ini tidak bisa difungsikan dengan baik, karena dalam waktu setahun di Palestina hanya ada 20 hari ketika angin cukup kencang dan bisa memutarkan baling-baling kincir angin ini.

Sekarang kincir angin ini hanya menjadi museum saja di Yerusalem, Israel.

Nah sekarang mari kita melihat peta kecepatan angin di dunia di bawah ini.

Peta kecepatan angin di dunia

Kita bisa melihat bahwa Belanda, yang terletak di kiri atas, termasuk daerah dengan kecepatan angin yang sangat tinggi. Selain itu dalam waktu setahun hari-hari berangin sangat banyak. Misalnya dalam bulan Februari tahun 2020 ini, hari berangin kencang di Belanda ada 28 hari.

Kembali ke peta di atas ini, kalau kita melihat ke Israel dan juga Indonesia, kita akan melihat bahwa kedua daerah ini termasuk daerah dengan kecepatan angin yang rendah. Maka tidaklah rendabel untuk membangun kincir angin di Indonesia.

Itulah alasannya mengapa Belanda tidak membangun kincir angin di Hindia Belanda.

Semoga ini menjawab pertanyaan Anda.

Lihat pula

Revi Soekatno, 3 Mei 2020


EDIT: ada yang menyatakan kepada saya bahwa di Pulau Onrust pernah dibangun kincir angin yang sisa fondasinya masih ada sekarang. Mungkin hal ini memang betul, tetapi hal ini justru mengkonfirmasi tulisan saya di atas ini, mengapa kincir angin tidak dibangun secara luas di Nusantara. Alasannya karena kurangnya angin kencang di wilayah Nusantara.

Catatan Kaki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi