PENURUNAN POPULASI DI TIONGKOK

 Pertama. Penurunan populasi tidaklah unik hanya terjadi di Tiongkok. Namun sebuah trend global yang terjadi disemua masyarakat industri di dunia ini. Mari kita perhatikan headline news dari berbagai media dan jurnal dibawah ini.

Inggris mengalaminya

Demikian juga AS dan Perancis

Korea Selatan Juga Mengalami

Demikian Juga Swedia

Juga Jerman

Italia Juga Tidak Ketinggalan

Dengan demikian cukup jelas bahwa turunnya populasi adalah sebuah trend global. Terjadi diberbagai negara; bukan hanya dialami oleh Tiongkok. Lalu mengapa hal seperti ini terjadi?

Oleh karena masyarakat industri modern memberikan dis-insentif terhadap kepemilikan anak. Dalam bentuk biaya perawatan serta pendidikan anak itu sangat mahal. Mulai dari biaya popok dan susu hingga ongkos pendidikan dan kesehatan anak merupakan beban yang berat bagi ekonomi keluarga.

Bagi pasangan muda, sekalipun suami & istri sudah bekerja mati-matian dari pagi hingga malam. Penghasilan mereka berdua setelah dikurangi biaya susu dan popok serta pendidikan dan kesehatan anak. Sisanya belum tentu mencukupi untuk bayar angsuran rumah, mobil dan kebutuhan harian.

Masih ditambah lagi, begitu sang istri melahirkan dan tinggal dirumah untuk merawat bayi. Karirnya berhenti demikian juga penghasilan istri. Masa depan karir sang istripun menjadi tidak jelas. Padahal penghasilan istri signifikan dalam menopang ekonomi keluarga. Jadi pada saat keluarga sedang butuh uang banyak untuk membiayai anaknya; justru penghasilan keluarga turun drastis karena sang istri tidak lagi produktif secara ekonomi. Dengan demikian memiliki anak menjadi langkah irasional. Ini adalah dis-insentif yang terjadi untuk memiliki anak. Dengan demikian dapat dipahami jika pada saat ini di negara-negara industri banyak pasangan muda yang tidak tertarik memiliki anak. Oleh karena memiliki anak berarti bencana bagi ekonomi keluarga.

Oleh karena itu seperti yang banyak terjadi di negara kita ini. Tanpa terlebih dahulu membereskan problema dis-insentif ini dan hanya memberi kuliah moral keagamaan ataupun konsultasi psikologi untuk meyakinkan pasangan muda yang tidak bersedia punya anak. Bahwa Tuhan akan memberikan berkat atau adalah tugas mulia dari Tuhan untuk memenuhi bumi ini. Hanya akan menjadi bahan dagelan belaka. Mereka akan melihat sosok anda sebagai barang antik yang sudah saatnya masuk museum. Dunia sudah berubah demikian juga tatanan masyarakat sehingga problema struktural dalam tatanan itulah yang perlu dibenahi, bukannya kesadaran individual atas moral keagamaan belaka.

Kedua. Apakah 'turunnya populasi' ini adalah bencana bagi Tiongkok? Oleh karena turunnya populasi adalah trend global. Tentu menjadi bencana atau tidak sangat tergantung pada efektifitas respons masing-masing pemerintah untuk mengatasi turunnya populasi ini.

Respons Pemerintah Tiongkok

Oleh karena pertanyaan ini mengenai Tiongkok; jadi mari kita lihat apa respons pemerintah Tiongkok untuk mengatasi penurunan populasi ini.

Ada banyak kebijakan pemerintah Tiongkok dalam merespons penurunan populasi ini. Misalnya saja, melonggarkan kebijakan 1 anak menjadi 2 anak, memberikan insentif bagi mereka yang memiliki 2 anak, memundurkan usia pensiun hingga 80 tahun sehingga orang tua yang sehat dan aktif tetap dapat bekerja, dsb.

Secara implisit pertanyaan diatas mengasumsikan bahwa turunnya populasi akan menurunkan produktivitas ekonomi sehingga menjadi bencana bagi Tiongkok. Untuk resiko ini, jawaban pemerintah Tiongkok adalah Otomatisasi (automation).

Sejak tahun 2005 yl pemerintah Tiongkok telah membuat kebijakan yang mengharuskan semua industri untuk melakukan otomatisasi dengan memberikan dukungan dana bagi peralihan mesin-mesin industri menuju otomatisasi.

Otomatisasi Industri Tiongkok




Memang benar otomatisasi tidaklah unik dan spesifik hanya terjadi di Tiongkok. Namun terjadi diberbagai negara di dunia ini, baik di Jerman, Perancis, Korea Selatan, Jepang, AS dsb. Namun hanya di Tiongkoklah otomatisasi berjalan cepat, masif dan menyeluruh menyentuh semua bidang kehidupan. Mulai dari industri, pelabuhan hingga rumah tangga, Smart Home menjamur di kota-kota di Tiongkok daratan.


Demikian juga otomatisasi tranportasi dimana bus tanpa pengemudi mulai beroperasi di jalan-jalan di kota-kota besar Tiongkok.

Self-driving Bus



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi