Dari manakah asal orang Indonesia

 Dua-duanya benar. Malah sebenarnya lebih dari dua.

Setidaknya terdapat 4 kelompok manusia yang pernah mendiami wilayah Indonesia. Pertama, kelompok australasia (moyang melanesia), kedua negrito, ketiga austroasiatik, dan keempat austronesia. Silahkan perhatikan gambar di atas.

  1. Garis hitam adalah rute migrasi moyang melanesia
  2. Garis merah adalah rute migrasi negrito
  3. Garis hijau adalah rute migrasi orang austroasiatik
  4. dan, garis pink adalah rute migrasi orang austronesia

Saya tidak akan menjelaskan terlalu detil. Saya akan menulis yang general saja tapi nanti akan saya berikan referensi yang penjelasannya lebih mendalam :)

1. Orang Australasia

Orang australasia tiba di daratan Sahul (Papua + benua Australia) kurang lebih 40 ribu tahun lalu. Mereka berkulit hitam, berhidung relatif besar (prominent), berambut ikal-gelombang, dan beberapa hadir dengan fitur blonde.

Australasia terpecah menjadi grup melanesia, aborigin australia, dan negrito Filipina (bukan negrito andaman/onge). Di Indonesia, orang melanesia banyak ditemukan di bagian timur (Papua, Maluku, dan NTT).

Meski secara fisik orang australasia sangat berbeda dengan orang mongoloid, namun dibanding kelompok lainnya di dunia, mereka memiliki kekerabatan lebih tinggi dengan warga asia tenggara + asia timur.

Silahkan baca: Saito Takashi's answer to Are Melanesians and Africans related?

Orang Negrito

Kelompok negrito sudah tidak ditemukan sebagai suatu suku bangsa tersendiri di Indonesia. Mereka telah terserap sepenuhnya dalam grup austronesia.

Kelompok ini memiliki kulit hitam namun fitur wajahnya menampakkan ciri oriental. Di semenanjung Malaysia, masih terdapat beberapa kelompok negrito yang berbahasa austroasiatik. Sementara di Indonesia, "peninggalan negrito" hanya bisa dilihat di level genetik (perhatikan warna ungu di Indonesia barat).

Orang Austroasiatik

Orang Austroasiatik datang lebih dulu ke maritim Asia Tenggara dibanding orang Austronesia. Mereka berasal dari China selatan-mainland asia tenggara dan kemudian menyebar lewat jalur darat semenanjung malaya.

New Perspectives in Southeast Asian and Pacific Prehistory
11 The Western Route Migration: A Second Probable Neolithic Diffusion to Indonesia Truman Simanjuntak The emergence of the Neolithic is considered to be a pivotal event in the history of human occupation of the Indonesian archipelago as it brought significant changes in numerous aspects of livelihood. Indonesia’s Neolithic was characterised by sedentary living, plant and animal domestication, polished stone tools, pottery, jewellery, bark cloth and ancestor worship. The Neolithic in Indonesia is generally traced to the culture of Austronesian-speaking people who migrated from Taiwan and entered the archipelago at ca . 4000 BP. However, new data from various disciplines reveal another probable Neolithic diffusion from Mainland Southeast Asia, probably by Austroasiatic-speaking people. Current dating results indicate this westerly migration route reached western Indonesia earlier than the eastern route migration from Taiwan, thus before 4000 BP. The subsequent dispersal of Austronesian-speaking people into the western parts of Indonesia influenced the Neolithic cultures there and resulted in the replacement of the local Austroasiatic languages. Introduction One of Peter Bellwood’s great archaeological interests is in the emergence and expansion of food production and the Neolithic, which he initially investigated across the Pacific and Southeast Asia (Bellwood 1978) before focusing on Island Southeast Asia (Bellwood 1984–1985, 1985) and then moving onto a worldwide perspective (Bellwood 2005). In Island Southeast Asia (ISEA) Peter’s research has focused on the relationship between the migration of early farming communities and the origins of the Austronesian language families spoken ethnographically by large numbers of people across the region. He wavered on the question of whether or not there may have been some involvement of early Austoasiatic speakers from Mainland Southeast Asia (MSEA) in the Neolithic foundations of ISEA (Bellwood 1997, 2006). For example, Bellwood (1997: 237) noted that the material culture recovered from the site of Gua Sireh in Sarawak, Malaysian Borneo, had more in common with the Peninsular Malaysian and southern Thai Neolithic than it did with eastern Indonesia, and that the archaeological record correlated neatly with Adelaar’s (1995) argument for a substratum of Austroasiatic in the Land Dayak languages of western Sarawak. The possible migration of Neolithic Austroasiatic populations from MSEA into western Indonesia is the topic that this contribution explores. Neolithic and Austronesian The development of Neolithic culture brought immense changes to people’s daily life across numerous aspects of technology, economy and social organisation, and is considered to be a major event in the pathways to civilisation (Simanjuntak 1992). The main factor that triggered this development is sedentary lifeways. By establishing permanent settlements, people were able to dedicate time to experimenting with new ideas and enriching th

Kelompok austroasiatik banyak ditemukan di Indonesia barat khususnya Jawa dan hanya sedikit ditemukan di Indonesia tengah dan timur. Genetik orang pulau Jawa (Sunda + Jawa) bahkan didominasi komponen austroasiatik.

Meski demikian, hampir tak ada satupun bahasa austroasiatik yang bertahan di Indonesia kecuali sedikit ekspresi pada bahasa Latala Punan. Bahasa ini dituturkan oleh suatu grup dari kelompok Dayak Punan Batu di Kalimantan. Itupun hanya ketika mereka menyanyi. Secara tradisional, punan batu hidup dengan cara berburu-meramu.

Orang Austronesia

Terakhir… bangsa Austronesia. Kelompok inilah yang dirujuk ketika kita membicarakan teori out of Taiwan.

Orang Austronesia tersebar menyeluruh dari barat sampai timur kecuali pedalaman Papua. Kelompok ini berhasil membuat orang-orang Austroasiatik dan Melanesia Maluku + NTT menggunakan bahasa mereka. Bahkan Bahasa Indonesia yang tergolong sebagai bahasa Austronesia pun kini dituturkan di wilayah pedalaman Papua.

Ekspansi Austronesia sempat dijelaskan dengan kemampuan agrikultural mereka. Argumennya, orang Austronesia lebih canggih bertani sehingga mudah mengalahkan orang Austroasiatik dan Melanesia yang berburu meramu. Namun, hipotesis ini mulai dipertanyakan.

Ide lain menyatakan bahwa orang Austronesia melakukan ekspansi dengan kemampuan maritim mereka. Orang Austronesia melakukan perdagangan antar pulau, mencari ikan-ikan, dan pada akhirnya melakukan ekspansi kultural yang lebih hierarkis sehingga mampu mempertahankan dominasinya.

The Austronesians: an agricultural revolution that failed
Although the Austronesian expansion was one of the most rapid and widespread in history, a convincing analysis of the forces that underlie it remains elusive. The most persuasive narrative, has highlighted the role of agriculture in driving

Referensi lainnya:

Prehistoric human migration between Sundaland and South Asia was driven by sea-level rise - Communications Biology

Carriers of mitochondrial DNA macrohaplogroup R colonized Eurasia and Australasia from a southeast Asia core area - BMC Ecology and Evolution

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi