Apakah bahasa Jawa dialek Timur an dipengaruhi bahasa Madura
Yang benar justru orang Jawa Tengah dan sebagian dari Jawa Timur serta sebagian Jawa Barat sudah kena pengaruh budaya Jawa Modern yang "diwartakan" oleh Kesultanan Mataram dan pecahan-pecahannya.
Di Kepulauan Sunda Besar, bisa dikatakan budaya Jawa itu yang paling hierarkis, paling mengenal unggah-ungguh, paling tersegregasi antara atas-bawah, paling punya jarak terjauh antara bangsawan dan non-bangsawan, dan sebagainya. Pertanyaannya: kok bisa?
Jawabannya adalah budaya Jawa sebagai salah satu turunan dari budaya Proto Sunda Besar atau Proto Malayo-Polinesia Barat, adalah budaya yang egaliter dan kurang mengenal hierarki. Budaya ini tak begitu paham sama unggah-ungguh.
Unggah-ungguh baru mulai eksis dan populer ketika budaya Jawa Mataraman yang berasal dari suatu tanah tak terkenal—yang nantinya jadi terkenal—bernama Mataram, bangkit dan menyebar lewat berbagai metode.
Awal mula kisah adalah Kyai Gedhe Pamanahan dikasih hadiah berupa sebidang tanah untuk diperintah oleh Sultan Hadiwijaya, sultan-nya Kesultanan Pajang. Hadiah ini adalah sebuah tanda terimakasih dan penghargaan atas bantuan sang Kyai dalam perjuangan Sultan Hadiwijaya mengalahkan musuhnya, Arya Panangsang.
Setelah Sultan Hadiwijaya mangkat, Pajang malah jatuh dalam perebutan tahta, dan singkat kata singkat cerita akhirnya Mataram melepaskan diri sebagai vassal Pajang dan justru menyerap wilayah Pajang itu sendiri. Ini adalah langkah besar pertama dari ekspansi Mataram.
Ekspansi militer terbesar Mataram tentunya berada di masa Sultan Agung Hanyakrakusuma. Orang ini disebut-sebut pahlawan nasional, saya lebih setuju kalau beliau disebut pahlawan Jawa Mataram saja.
Saya bilang begitu, sebab oleh karena ekspansi militer sultan yang satu ini, ada kepercayaan bahwa ratusan ribu warga sipil di Jawa Timur di daerah berikut: Surabaya, Pasuruan, Gresik, Malang, Kediri, Tuban, dan sekitarnya, menderita akibat kelaparan dan keracunan. Banyak yang meninggal juga.
Kok bisa salahnya Sultan Agung? Lha wong beliau sendiri yang membendung serta meracuni Kali Brantas, sumber air bersih bagi orang Jawa Timur.
Orang Jawa Timur itu kemungkinan besar masih bicara bahasa Jawa Pertengahan yang dialeknya agak sedikit ngapak, tapi tentunya dengan kosakata khas Jawa Timur seperti arek. Contoh bagaimana orang Jawa Timur di masa Mataram bicara, mungkin mirip dengan orang Jawa Tengger. Orang Jawa Tengger itu terisolir di bilangan dataran tinggi Tengger, makanya tak kena inkursi Mataram.
Orang Jawa Timur tak terpengaruh budaya Madura. Harusnya justru orang Sunda, Jawa, Madura, dan Bali, aslinya mengenal budaya yang egaliter. Yang ada justru budaya Jawa berevolusi dan kini berkiblat ke arah Mataram. Padahal kalau kita bicara budaya Jawa—budaya kuno dan pertengahannya, sudah barang tentu kiblatnya di Trowulan, bukan Mataram.
Komentar
Posting Komentar