Kenapa bahasa Batak tidak diklasifikasikan dalam rumpun Melayu?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah karena hubungan antara rumpun bahasa Batak dengan bahasa Melayu sebenarnya tidak begitu dekat. Keduanya sama-sama diturunkan dari bahasa Melayu-Polinesia, namun nenek moyang rumpun bahasa Batak dengan nenek moyang rumpun bahasa Melayu berpisah dan menempuh jalur migrasi yang berbeda dan pola evolusi bahasa yang berbeda.
Coba perhatikan klasifikasi atau pembagian berikut antara rumpun bahasa Batak dengan bahasa Melayu
Bisa dilihat pada gambar bahwa kekerabatan antara keduanya sudah agak jauh, meski tidak jauh amat. Sebetulnya ada kemiripan antara beberapa kosakata bahasa-bahasa Batak Toba (saya ambil bahasa Batak Toba sebagai salah satu pembanding) dengan bahasa Melayu :
Batak Toba VS Melayu (dan bahasa lainnya)
Hamonangan : Kemenangan
Sibueya : Si buaya
Rea : Raya (dalam bahasa Madura : raja)
Huta : Kota
Hutajulu : Kota di hulu sungai / bukit
Borngi (artinya “malam”) : bengi (bahasa Jawa)
Batu : Batu
Marlapas : Berlepas (pergi)
Marpaung : Berpayung
Ipos-ipos : lipas (kecoa)
Gabe (artinya “menjadi”) : gawe (bahasa Jawa, artinya “berbuat” atau “hajatan”)
Horbo : Kerbau
Aha : apa
Deak (artinya “banyak”) : ndayak (bahasa Jawa, artinya “teramat banyak”)
Hasian : kasih-an / yang terkasih
Torus : Terus,
dan sebagainya.
Saudara Adithya Ekananda pernah menulis mengenai evolusi bahasa Melayu yang ternyata bermula di pulau Kalimantan dan mengapa bahasa Melayu diucapkan secara luas di Sumatra bagian timur dan Semenanjung Melayu di Malaysia pada tulisan ini :
Komentar
Posting Komentar