Mengapa partai korup masih bisa memiliki jaringan akar rumput?
Karena suka tidak suka, rakyat Indonesia secara esensial masih bodoh.
Ini bukan karangan saya lho, tapi angka BPS.
Sekali lagi ini bukan maksud merendahkan mereka2 yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah, tapi kenyataannya nya memang capaian pendidikan negeri ini masih amat menyedihkan, bahkan di tahun 2023 ini.
Kita pakai data BPS Sakernas Agustus 2022. Tersedia di publik kok.
Waduh ruwet iki, baca-ne piye Pak de?
Wokeh:
- Ini data penduduk diatas 15 tahun. Jadi valid dong, anak ingusan ora dihitung.
- Yang maksimal tamat SD (termasuk yang tidak selesai SD dan tidak/belum sekolah) masih di angka 37,75 pesen. Alias sepertiga penduduk ngendonesia.
- Yang beneran tamat SMP/SMA itu 30.9 pesen. Kalo main bodoh2an, 7 persen anak Indonesia berhenti sekolah sampai SD atau tidak pernah sekolah sama sekali.
- Yang bisa nyengir foto wisuda alias elite of the elites, ya cuma 10.16 persen. Itupun campur2 antara ITB, UI, UGM dan kampus2 ngga jelas. Ini jauh dibawah angka OECD. Ngga usah bandingin sama angka Singapura. Yang kelompok lulus univertasnya malah yang terbesar.
Artinya apa? Ya mayoritas pilihan politik di Indonesia tidak dibuat oleh mereka yang lulus kuliah, tapi oleh mereka Yang sekedar lulus pendidikan dasar 12 tahun (90 persen) dan sepetiganya maksimal cuma lulus SD.
Makanya kampanye wajib dangdut koplo, bukan debat kebijakan.
Jadi jangan sedih, kalau kamu lulus kuliah walaupun dari kampus ngga jelas, kamu sudah termasuk elit di negeri ini.
Tapi kenyataan sedihnya, orang2 yang level nalarnya seperiti kamu adalah minoritas.
Paham Kan kenapa partai korup berkuasa? Agak sulit bagi lulusan SMA memahami pentingnya memberantas korupsi.
Komentar
Posting Komentar