Kenapa Portugal gagal menguasai Indonesia sedangkan Belanda berhasil

Portugis dan Spanyol, datang ke Nusantara saat perbedaan kekuatan persenjataan mereka dengan kerajaan di Nusantara tidak jauh.

Mereka memiliki senapan sundut, kita juga memilikinya. Bahkan kita lebih paham cara dan taktik memakai senapan sundut di iklim tropis terutama mengkombinasikannya dengan senjata lain.
Meriam Portugis lebih kuat dan mampu menembakkan canon lebih jauh karena memakai laras besi, sedangkan meriam kita masih meriam Cetbang dengan laras perunggu untuk anti personel. Tapi kapal-kapal Jong kita tidak mempan ditembak meriam Portugis (untuk teknologi saat itu). Catatan Tome Pires menyebutkan bahwa 1 kapal Jong milik Samudera Pasai dikeroyok kapal-kapal Portugis tapi masih kokoh. Kapal Jong itu baru menyerah setelah kemudinya rusak
Portugis (dan Spanyol) baru saja dimabuk kemenangan setelah berhasil mengalahkan kerajaan Islam di semenanjung Iberia (Reconquista). Dan mereka juga baru saja menemukan dunia baru (Amerika) dan apalagi Spanyol, berhasil menaklukkan Aztec dan Inca di dunia baru.

Portugis tidak mau kalah tenar, dan mereka memilih untuk berkonfrontasi langsung dengan kerajan-kerajaan di Nusantara, karena mereka beranggapan bahwa kekuatan dan teknologi persenjataan kerajaan-kerajaan di Nusantara masih inferior dibanding milik mereka (seperti halnya Spanyol melawan Aztec dan Inca).

Ulah Portugis dimulai dengan mereka yg menyerang dan menaklukkan Bandar Malaka. Namun efeknya malah mengakibatkan aliansi anti Portugis di kerajaan-kerajaan Nusantara misalnya aliansi Demak dan Aceh. Portugis pun tidak mengira kalau teknologi warfare kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak jauh berbeda dengan milik mereka.

Sampai abad ke akhir abad 16 dan awal abad 17, Portugis hanya mampu berkutat di Bandar Malaka dan Timor Leste (sisa-sisa dari pelarian Portugis dari Kepulauan Maluku yg ditendang oleh Sultan Baabulah dari Ternate). Saat aliansi VOC dan Kesultanan Johor merebut kembali Malaka dari Portugis, kondisi kota Malaka sangat jauh di bawah masa keemasannya.

Saat Belanda datang, kondisi geopolitik di Nusantara berubah, misalnya Demak mengalami perang saudara, bahkan sampai runtuh dan digantikan Pajang.

Belanda memilih untuk memakai metode devide and conquer untuk mengekalkan kekuasaannya.

Misalnya Mataram yang tadinya merupakan lawan berat Belanda, begitu terlibat perang saudara, langsung Belanda memberikan bantuan dengan embel-embel biaya dan wilayah.
Di Kesultanan Banten, Belanda memihak Sultan Haji melawan Sultan Ageng Tirtayasa
Di Sulawesi, Belanda memihak Arung Palaka yg merupakan musuh Gowa-Talo
Semua bantuan Belanda itu memiliki pamrih dan bayaran yang sering memberatkan pihak yang dibantu. Tapi bagi pihak yg dibantu, mereka tidak ada pilihan, karena mereka terlalu fokus pada kekuasaan jangka pendek (yang penting berkuasa) serta keterbatasan wawasan politik global sehingga tidak peka dengan ancaman-ancaman pemecah belahan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

mengenal kota aleppo