Syarif Mekkah
Syarif Mekkah adalah gelar yang diberikan pada Gubernur yang memerintah tanah suci Mekah, Madinah dan daerah Hijaz di sekitarnya.[1] Nama gelar Syarif ini sebenarnya diambil dari nama gelar kehormatan keturunan Nabi Muhammad dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib.[2][3] Ini sesuai dengan tradisi umat Islam, yaitu memberikan gelar Syarif dan Maulay pada keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari jalur Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra, dan memberikan gelar Sayyid atau Habib dan semua variannya pada keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari jalur Hussain bin Ali bin Abi Thalib.
Sejak zaman Abbasiyah, jabatan Gubernur Mekah ini tidak lagi dipilih oleh Khalifah, tapi menjadi hak turun temurun keturunan Nabi Muhammad.[4] Apapun khilafahnya, siapapun khalifahnya, semua sepakat untuk memberikan kehormatan ini pada keturunan Nabi Muhammad, dan semua ini berakhir pada tahun 1925 ketika keluarga Saud menganeksasi Hijaz dan mengusir Bani Hasyim dari tanah Hijaz. Sejak saat itu, Bani Saud menguasai Mekkah dan Madinah dan penerus Bani Hasyim memulai sejarahnya yang bergejolak di Syiria, Irak dan Yordania.
Daftar nama Syarif Mekah
Di bawah Khilafah Fatimiyyah
Klan Ja'fari
- Syarif Abu Muhammad Ja'far bin Abu Ja'far Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Musa bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan (967-980)
- Syarif 'Isa bin Ja'far (980-994)
- Syarif Abul Futuh Hasan bin Ja'far (994-1010)
- Syarif Muhammad Syukr bin Hasan bin Ja'far (1010-1012), wafat tanpa punya keturunan.
Klan Sulaimani
- Syarif Abu Thoyyib Dawud bin Abdurrahman bin Abul Fatik Abdullah bin Dawud bin Sulaiman bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan (1012-1039)
- Syarif Muhammad bin Abdurrahman (1039-1048)
- Syarif Wahhas bin Abu Thoyyib Daud bin Abdurrahman (1048-1058)
- Syarif Hamzah bin Wahhas (1058-1062), wafat dalam pengasingan di rumahnya setelah dikalahkan Abu Hasyim Muhammad dari Klan Hawasyim atas bantuan Ali bin Muhammad as-Sulaihi. Ia menurunkan Klan al-Hasyim, al-Isa dan al-Ghanim (cabang Klan Sulaimani)
Klan Hawasyim (Hasyimi)
- Syarif Abu Hasyim Muhammad bin Ja'far bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Hasyim Muhammad bin Husain bin Muhammad bin Musa bin Abdullah bin Musa bin Abdullah bin Hasan bin Hasan(1063-1094), bangkit atas bantuan Ali bin Muhammad as-Sulaihi dari Sulaihi Yaman.
- Syarif Abu Fulaitha Qasim bin Abu Hasyim (1094-1101). Wafat bertepatan dengan wafatnya al-Musta'li dari Dinasti Fatimiyah. Ia digantikan putranya Fulaitha.
- Syarif Fulaitha bin Qasim (1101-1133), ia digantikan putranya Hasyim.
- Syarif Hasyim bin Fulaitha (1133-1155), ia digantikan putranya Qasim.
- Syarif Qasim bin Hasyim (1155-1161), ia digantikan pamannya Isa.
- Syarif Isa bin Fulaitha (1161-1175), ia digantikan putranya Dawud.
- Syarif Dawud bin Isa (1175-1176), berseteru dengan saudaranya Muktsir.
- Syarif Muktsir bin Isa (1176-1177) (-1201), dijatuhkan oleh Qatadah.
Di bawah Ayyubiyah dan Abbasiyah Pertama (Baghdad)
Klan Qatadah
- Syarif Qatadah Abu 'Aziz bin Idris al-Hasani (1201-1220)
- Syarif Hasan Abu Jammaz bin Qatadah bin Idris al-Hasani (1220-1241)
- Syarif Hasan Abu Sa'ad bin Ali bin Qatadah (1241-1254)
Di bawah Kekuasaan Mamluk dan Abbasiyah Kedua (Mesir)
- Syarif Muhammad Abu Numay I Najmuddin (1254-1301)
- Syarif Rumaitsah Abu Ridha Asaduddin (1301-1346)
- Syarif 'Ajlan Abu Sarjah (1346-1375)
- Syarif Ali bin 'Ajlan (1375–1394), kemudian diketahui menjadi menantu dan naik tahta di Kerajaan Brunei.
- Syarif Hasan II (1394-1425)
- Syarif Barakat I (1425-1455)
- Syarif Malikul 'Adil Muhammad bin Barakat (1455-1497)
- Syarif Barakat II (Barakat bin Muhammad) (1497-1525)
Pada masa Khilafah Utsmaniyah
- Syarif Barakat II (Barakat bin Muhammad) (1497-1525) (tiga belas tahun terakhir kepemimpinannya)
- Syarif Muhammad Abu Numay II Nazimuddin (Muhammad Abu Numay bin Barakat) (1525-1583)
- Syarif Hasan III[5] bin Muhammad Abu Numay (1583-1601)
- Syarif Idris II Abu 'Awn bin Hasan (1601-1610)
- Syarif Muhsin[6] bin Hasan (1610-1628)
- Syarif Ahmad bin Abu Tholib bin Hasan (1628-1629)
- Syarif Mas'ud bin Idris (1629-1630)
- Syarif 'Abdullah[7] bin Hasan, leluhur Dhawu Awn al-Abdali (1630-1631).
- Syarif Zaid[8][9] bin Muhsin,[6] leluhur Dhawu Zaid[8] (1631-1666).
- Syarif Sa'ad[9] bin Zaid[8] (1666-1667)
- Syarif Muhsin[9] bin Ahmad (1667-1668)
- Syarif Sa'ad bin Zaid[8] (1668-1670)
- Syarif Hammud[9] bin Abdullah bin Hasan (1670-1670)
- Syarif Sa'ad bin Zaid[8] (1670-1671)
- Syarif Barakat bin Muhammad (1672-1682)
- Syarif Sa'id bin Barakat (1682-1683)
- Syarif Ibrahim bin Muhammad (1683-1684)
- Syarif Ahmad bin Zaid[8] (1684-1688)
- Syarif Ahmad bin Ghalib (1688-1689)
- Syarif Muhsin II bin Ahmad (1689-1691)
- Syarif Sa'id bin Saad (1691-1693)
- Syarif Sa'ad bin Zaid[8] (1693-1694)
- Syarif Abdullah bin Hasyim (1694-1694)
- Syarif Sa'ad bin Zaid[8] (1694-1702)
- Syarif Sa'id bin Sa'ad (1702-1704)
- Syarif Abdul Muhsin bin Ahmad (1704-1704)
- Syarif Abdul Karim bin Muhammad (1704-1705)
- Syarif Sa'id bin Sa'ad (1705-1705)
- Syarif 'Abdul Karim bin Muhammad (1705-1711)
- Syarif Sa'id bin Sa'ad (1711-1717)
- Syarif 'Abdullah bin Sa'id (1717-1718)
- Syarif 'Ali bin Sa'id (1718-1718)
- Syarif Yahya bin Barakat (1718-1719)
- Syarif Muhammad bin Ahmad (1719-1722)
- Syarif Barakat bin Yahya (1722-1723)
- Syarif Mubarak bin Ahmad (1723-1724)
- Syarif 'Abdullah bin Sa'id (1724-1731)
- Syarif Muhammad bin 'Abdullah (1731-1732)
- Syarif Mas'ud bin Sa'id (1732-1733)
- Syarif Muhammad bin 'Abdullah (1733-1734)
- Syarif Mas'ud bin Sa'id (1734-1759)
- Syarif Ja'far bin Sa'id (1759-1760)
- Syarif Musa'id bin Sa'id (1760-1770)
- Syarif Ahmad bin Sa'id (1770-1770)
- Syarif 'Abdullah bin Husain (1770-1773)
- Syarif Surur[10] bin Musa'id (1773-1788)
- Syarif Abdul Mu'in[10] bin Musa'id (1788-1788)
- Syarif Ghalib bin Musa'id (1788-1803)
- Syarif Yahya bin Surur (1803-1813)
- Syarif Ghalib bin Musa'id (1813-1827)
- Syarif 'Abdul Muthollib[10] bin Ghalib (1827-1827)
- Syarif Muhammad[11][10] bin 'Abdul Mu'in (1827-1851). Dengan dibantu Khedive Muhammad Ali Pasha beliau bisa naik menggantikan saudara sepupunya dari Klan senior Dhawu Zaid meski kemudian mereka kembali bergantian menjabat Syarif. Keturunan mereka saling berebut kuasa Mekkah sampai Syarif Husain memutuskan merdeka dari Turki Usmani.
- Syarif 'Abdul Muthollib[12] bin Ghalib (1851-1856)
- Syarif Muhammad[11][10] bin 'Abdul Mu'in[13] (1856-1858)
- Syarif 'Abdulah Kamil Pasha[14][10] ('Abdullah bin Muhammad) (1858-1877)
- Syarif Husain[15] bin Muhammad[11] (1877-1880)
- Syarif 'Abdul Muthollib[12] bin Ghalib (1880-1882)
- Syarif 'Aunur Rofiq[16][17] bin Muhammad[11] (1882-1905)
- Syarif Ali Pasha[18] bin 'Abdullah Kamil Pasha[14][10] (1905-1908)
- Syarif Husain[19] bin 'Ali[20] bin Muhammad bin 'Abdul Mu'in al-Hasyimi (1908-1916), kemudian memulai revolusi Arab menurut mereka[21] dan pemberontakan Arab menurut Usmani.[22]
- Syarif 'Ali Haidar Pasha bin 'Ali Jabir bin 'Abdul Muthalib bin Ghalib dari Dhawu Zaid (1916-1917), berkuasa sebatas gelar karena Syarif Husain telah dianggap memberontak terhadap Usmani dan beliau tak mampu mengambil alih Makkah.
Pada masa Kerajaan Hijaz
- Syarif Husain[19] bin 'Ali[20] bin Muhammad bin 'Abdul Mu'in al-Hasyimi (1916-1924)
- Syarif 'Ali[23] bin Husain (1924-1925). Putra sulung Husain yang menolak memperjuangkan gelar Khalifah Islam. Itu termasuk saudara-saudaranya, baik Faishal (Penguasa Irak dan Syria), 'Abdullah (penguasa Transyordan) maupun Zaid tidak ada yang tertarik menyandang gelar Khalifah meski memiliki legitimasi berupa silsilah nasab dan lembaga berbentuk negara.
Masa berakhirnya Syarif Mekah
Pada tahun 1924, Raja Abdul Aziz bin Saud dari Najd menyerang Mekah dan mengambil alih kota Mekkah dengan bantuan kerabat Syarif Husein yakni Khalid bin Luay,[24] dan mengambil alih kota Jeddah pada tahun 1925. Ini semua mengakibatkan jatuhnnya kerajaan Hijaz, dengan Ali bin Husain sebagai raja terakhirnya.
Jatuhnya Kerajaan Hijaz sudah bisa diprediksikan, karena Raja Husain bin Ali menolak deklarasi Balfour yang dilakukan oleh Inggris. Pada deklarasi itu, Inggris menyatakan bahwa Palestina adalah tanah yang akan diberikan pada kelompok Zionis. Pihak Inggris menawarkan banyak subsidi pada Raja Husain agar mau menerima deklarasi Balfour itu, tapi Raja Husain tetap menolaknya sampai tahun 1924. Setelah itu, Inggris menghentikan tawaran subsidi itu. Tidak lama kemudian, Raja Abdul Aziz bin Saud dari Najd mulai menyerang kerajaan Hijaz dengan bantuan pihak Inggris, dan serangan ini menyebabkan jatuhnya kerajaan Hijaz.
Komentar
Posting Komentar