Karavanserai

 

Karavanserai atau Karavansari (bahasa Persia: کاروانسرا kārvānsarāy, bahasa Arab: فندق funduq) adalah penginapan di tepi jalur perdagangan tempat para musafir (biasanya kafilah dagang) dapat beristirahat dan memulihkan tenaga dari perjalanan panjang.[1] Karavanserai menyediakan makanan dan minuman untuk pengunjung beserta hewan-hewan mereka, juga tempat untuk mencuci dan ritual penyucian seperti wudhu dan ghusl. Sebagiannya juga menyediakan pemandian dan toko yang membeli beberapa barang dari kafilah dagang yang datang.

Saat jalur sutra masih sangat aktif menjadi jalur perdagangan internasional pada masanya, keberadaan karavanserai menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai bagian dari kelancaran arus dagang, dengan memberikan para kafilah dagang kenyamanan dan keamanan. Di dunia Muslim, pembangunan karavanserai juga kerap menjadi pilihan bagi keluarga istana dan petinggi negara yang hendak melakukan proyek amal besar, selain membangun masjid dan dapur umum.

Etimologi

Istilah karavanserai berasal dari bahasa Persia کاروانسرای kārvānsarāy. Kata ini terdiri dari dua bagian: kārvān dan sarāy. Kārvān adalah istilah yang ditujukan untuk sekelompok orang yang melakukan perjalanan jauh bersama, seringnya untuk keperluan dagang. Dalam bahasa Indonesia, kata ini diserap menjadi karavan.[1] Istilah lain dalam bahasa Indonesia yang dapat merujuk kepada kārvān adalah kafilah.[2] Kata kedua, sarāy, dapat diterjemahkan sebagai 'istana'.

Khan

Dalam bahasa Persia, karavanserai mengacu pada penginapan yang berada di tepi jalan besar di bagian luar kota. Untuk penginapan di dalam kota dengan ukuran yang lebih kecil[2] disebut dengan khan (خان), dari bahasa Persia Tengah hʾn' (xān, “rumah”). Di Timur Tengah, istilah khan digunakan untuk merujuk baik penginapan di tepi jalan besar dan yang berada di tengah kota. Dalam bahasa Turki, kata ini dieja han. Kata yang sama juga digunakan dalam bahasa Bosnia, digunakan sejak masa kekuasaan Kesultanan Utsmani.

Arsitektur

Contoh denah karavanserai pada masa Dinasti Safawiyah

Kebanyakan karavanserai berbentuk bangunan berbentuk persegi atau persegi panjang, mengungkung bagian tengahnya yang dibiarkan tanpa atap. Karavanserai dibangun sedemikian rupa untuk melindungi para penghuninya dari serangan pihak luar. Karavanserai biasanya memiliki satu jalur masuk-keluar, sebuah gerbang besar yang memungkinkan binatang berukuran besar atau membawa banyak beban seperti unta untuk masuk. Bagian dalam karavanserai dilengkapi kandang binatang, juga kamar untuk menampung pedagang beserta pelayan dan barang dagangan mereka.[3]

Karavanserai juga menyediakan air untuk keperluan minum manusia dan binatang, mencuci, dan ritual penyucian seperti wudhu dan ghusl. Di sana juga tersedia pakan untuk binatang dan toko tempat para pedagang dapat memperbarui persediaan mereka. Sebagian toko juga membeli barang yang dibawa kafilah dagang yang singgah.[4]

Proyek amal

Pembangunan karavanserai kerap menjadi pilihan bagi keluarga istana dan petinggi negara yang hendak melakukan proyek amal besar, selain membangun masjid dan dapur umum. Kaisar Mughal Jahangir membangun sebuah karavanserai di kawasan Punjab. Cucunya, Jahanara Begum, membangun sebuah karavanserai megah di Delhi Lama.[5] Sultan Utsmani Süleyman al-Qanuni memerintahkan pembangunan karavanserai di Marmaris, kawasan barat daya Anatolia. Bangunan ini dinamakan Karavanserai Hafsa Sultan, dinamakan dengan nama ibunda Sultan Süleyman, Hafsa.[6] Menantu Sultan Süleyman, Rüstem Pasya, membangun beberapa karavanserai, salah satunya di Edirne.[7]

Galeri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

mengenal kota aleppo