pseudoscience
Pseudoscience
adalah seperangkat kepercayaan atau mitos yang dipercayai atau dianggap
berbasis pada data atau fakta sains, tapi sebenarnya bukan. Para
penyebar cerita pseudoscience biasanya menggunakan jargon-jargon sains,
tapi secara salah.
Pernah
lihat gambar organ dalam manusia ditumpuk pada gambar telapak kaki di
kedai pijat refleksi? Itu salah satu bentuk pseudoscience. Gambar itu
memberi kesan seolah titik-titik di telapak kaki itu berhubungan dengan
gambar-gambar organ tadi. Padahal tidak. Tidak ada hubungan secara otot
atau saraf.
Para
peramal astrologi juga memakai gambar-gambar rasi bintang. Tapi ramalan
mereka sama sekali tidak ada hubungannya dengan planet-planet maupun
galaksi. Kemudian ada berbagai cerita spekulatif tentang Segitiga
Bermuda, itupun termasuk bagian dari pseudoscience.
Tidak
jarang para penulis pseudoscience ini mengutip hasil riset dari jurnal
untuk membenarkan bualan mereka. Hasil risetnya benar ada, tapi
pemaknaannya serampangan. Bahkan ada di antara mereka yang melakukan
“riset” sendiri, tapi ngawur.
Salah
seorang pseudoscientist yang terkenal adalah orang Jepang bernama
Masaru Emoto. Ia memiliki gelar doktor, sehingga cukup untuk meyakinkan
banyak orang. Padahal gelar doktornya itu sama sekali tidak terkait
dengan tema “riset” yang ia promosikan.
Emoto
menyebarkan informasi soal keajaiban air dari kristal-kristal air yang
ia buat dan ia foto. Menurut Emoto, kristal-kristal air akan tumbuh
dengan cantik bila dibuat dalam lingkungan tertentu, yaitu bila
diperdengarkan doa-doa dan pujian.
Sudah
banyak kritik atas cara-cara eksperimen Emoto. Yang dia lakukan adalah
pencocok-cocokan. Bahkan berupa rekayasa pembodohan.Tapi buku-buku dan
seminarnya laris. Ia juga pernah datang ke Indonesia.
Termasuk
dalam kategori pseudoscience ini adalah pencocokan ayat-ayat suci
dengan sains, dalam hal Quran dilakukan oleh Maurice Bucaille. Tidak
hanya orang Islam yang suka begini, orang Kristen pun melakukannya. Ada
fakta sains yang dipaksakan cocok, atau ayat yang dipelintir maknanya
agar cocok dengan sains. Ada pula fakta sains palsu yang diciptakan
mengikuti ayat-ayat yang ada. Jumlahnya sangat banyak. Buku-buku
pseudoscience jenis ini banyak diterbitkan, dengan penulis dari kelas
kaki lima sampai seorang ilmuwan asli.
Mengapa
orang menyukai pseudoscience? Sains yang sebenarnya sering kali terlalu
rumit untuk dipahami. Pseudoscience lebih menggairahkan. Mungkin ini
terkait dengan imajinasi mistis masa kecil kita. Kita umumnya dibesarkan
dengan kepercayaan-kepercayaan mistis, dan hasilnya membuat kita sulit
melepaskan diri darinya. Maka cerita soal mistisnya Segitiga Bermuda
sangat mudah kita teria tanpa periksa.
Agama
berpengaruh mirip dengan mistisme pada kebanyakan orang. Saya menemukan
begitu banyak orang mengklaim bahwa ayat-ayat Quran sudah terbukti
cocok dengan sains, padahal ia sama sekali tidak paham dengan apa yang
ia bicarakan. Ia beriman seperti orang yang percaya pada demit,
lelembut, dan sejenisnya.
Hal
lain, khusus menyangkut tubuh dan kehidupan manusia, termasuk soal
kesadaran dan pikiran, memang masih banyak sisi yang menjadi misteri.
Walau sebenarnya banyak juga yang sudah berhasil dikuak misterinya. Cuma
sekali lagi, the real science is much too complicated. Maka orang lebih
suka mencari sesuatu yang mudah, dan membuat mereka nyaman. Kalau
“terbukti” kitab suci yang kita imani sesuai sains, tentu membahagiakan,
bukan?
Nah,
bagaimana mendeteksi pseudoscience dalam suatu topik? Ini agak rumit,
karena banyak tulisan pseudoscience yang sangat meyakinkan. Ya itu tadi,
ditulis oleh ilmuwan beneran. Cara termudahnya adalah dengan mencari
sumber informasi dari situs-situs terpercaya seperti majalah sains,
website universitas, atau lembaga riset. Atau, untuk deteksi awal, tulis
saja kata kunci topik tersebut ditambah kata pseudoscience. Nanti akan
keluar artikel-artikel yang sifatnya membongkar pseudoscience itu.
sumber: abdurakhman.com
Komentar
Posting Komentar