BELAJAR DARI PERPECAHAN SUDAN

 Sudan Utara dipimpin oleh orang Arab sejak masuknya Islam dan abad ke-12 ketika penduduk asli Nubia masuk Islam dan kawin campur. Sudan bagian selatan kebanyakan dihuni oleh suku-suku Afrika berkulit hitam yang memeluk Agama Kristen, kepercayaan asli atau campuran keduanya. Mesir menguasai daerah ini pada awal 1800an sampai Inggris mengambil ahli daerah ini dan menggabungkan Sudan Utara dan Sudan Selatan menjadi satu.

Perdagangan budak masih sangat kuat di Sudan Utara sebagaimana orang kaya Arab akan menjual orang Sudan Selatan yang berkulit hitam. Jadi ada pandangan orang Selatan oleh orang Utara bahwa orang Selatan itu manusia rendahan.

Anak kecil Sudan Utara dan Sudan Selatan berpose di Juba

Utara menjadi pusat perekonomian dan Inggris juga mendirikan pusat kekuasaanya di tempat yang sama. Lewati seratus tahun menuju tahun 1950an dan 60an dimana negara-negara Afrika mulai menjadi nasionalistis dan melepaskan diri dari genggaman penjajah. Sudan juga tidak berbeda dengan lainnya dan mengadakan referendum damai untuk merdeka yang nantinya mendirikan parlemen yang dipilih secara demokratis dengna perdana menteri. Pada tahun 1969, sistem tersebut dihapuskan oleh kudeta militer yang menyebabkan beberapa rezim junta militer, rezim komunis, dan akhirnya Omar al-Bashir naik ke tampuk kekuasaan di akhir 1980an dan menetapkan dirinya sebagai presiden seumur hidup.

Di sinilah ia juga memulai untuk menggaet radikal Islamis Arab untuk mendukung dia dan bersimpati pada perjuangan mereka (Bin laden disambut dengan tangan terbuka).

Hanya fokus terhadap orang Arab dan radikal Islamis menghina suku-suku di Sudan Selatan yang bukan Arab atau Muslim. Lalu kelompok pemeberontak yang menentang pemerintahan Bashir dibentuk. Sudan tidak rela kehilangan minyak dan kekayaan sumber daya alam di Selatan sehingga mulai menekan pemberontak. Pada waktu itu, Sudan merupakan negara terbesar di Afrika. Luasnya Sangat besar yang pemerintahnya sendiri tidak bisa melawan pemberontak dengan pasukanya sendiri. Jadi mereka mulai mengontrak pekerjaan kotor kepada kelompok seperti Janjaweed dan milisi Arab/Islamis lainnya untuk berperang dan meneror penduduk Sudan Selatan.

Tahun 2005 ada semacam perjanjian damai antara pemerintah Sudan dan Sudan Selatan. Sudan Selatan memperoleh otnomi. Tentu saja masih ada kantong-kantong perlawanan dan kekejaman mengerikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, tapi secara umum masih lebih baik kalau dibandingakan beberpa tahun sebelumnya. Roda pemerintahan Sudan Selatan bermulai dan kemerdekaan diberikan pada tahun 2011. Kelihatanya baik-baik saja. Tetapi, kebiasaan buruk susah untuk dimatikan dan kelompok-kelompok pemberontakan yang dulunya bersatu untuk melawan utara sekarang malah berperang antar sesama dan pemerintah untuk menguasai Sudan Selatan.

Catatan Penerjemah: Masih ada alasan-alasan yang tidak disebutkan oleh penulis asli. Sudan Selatan memulai pemberontakan sejak merdekanya Sudan. Lalu pada tahun 1972, Sudan Selatan diberikan otonomi. Nah pas tahun 1983, otonomi dicabut oleh Gaafar Nimeiry yang mau menerapkan hukum islam diseluruh Sudan. Ya, si selatan tidak terima dong dan memberontak lagi. Sumber daya alam juga menjadi masalah terbesar. Bayangkan kekayaan alam, minyak, yang berada di selatan dijadikan sapi perah oleh Utara sedangakan Selatan ditinggalkan begitu saja dalam kemelaratan. Utara mengalami pembangunan hebat-hebatan sedangakn Selatan minim.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi