KINCIR ANGIN DI INDONESIA

 Kincir angin (Windmolen) di Nusantara mulai ada ketika Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) berkuasa. Tercatat orang-orang Belanda pernah membuat kincir angin sejak abad ke-17 Masehi. Kincir Angin pertama di Nusantara yang dibuat oleh kompeni berada di Pulau Onrust. Kincir angin tersebut mulai dibangun oleh Kompeni pada tahun 1674 untuk menunjang kedudukan pulau sebagai pusat galangan kapal. Kompeni kemudian membangun pula kincir angin kedua di Pulau Onrust sekitar tahun 1691. Tujuan pembangunan kedua kincir angin itu untuk menunjang keperluan penggergajian kayu di galangan kapal.

Litografi dua kincir angin (Windmolens) di Pulau Onrust sekitar tahun 1739 yang digambarkan oleh Johann Wolfgang Heydt.

Kompeni tentu memiliki alasan membangun kincir angin di Pulau Onrust. Alasan paling utama adalah karena angin di Pulau Onrust kecepatannya 7–20 knot atau setara 3,6–10,2 m/s pada segala angin monsoon. Orang kompeni ini karena cara berpikirnya logis dan efektif lantas membuat dua kincir angin untuk mempercepat proses pemotongan kayu. Letak dari kincir angin itu ditempatkan di luar bagian benteng berbentuk lima bastion atau bastion fort yang disebut juga trace italienne yang melindungi pemukiman orang-orang kompeni dari serangan musuh. Jadi posisi kincir angin ini berada di luar benteng karena berhubungan langsung dengan pekerjaan pemotongan kayu yang dapat mendukung efektivitas galangan kapal.

Peta Pulau Onrust oleh Johann Cristoph Berndt, Johann Wolfgang Heydt, dan Johann Carl Tetschner yang dibuat tahun 1744 di mana Kincir angin yang disebut Windmühlen dalam bahasa Jerman pada peta ditunjukkan oleh nomor 18.

Kincir angin di Pulau Onrust itu sendiri akhirnya hancur saat armada laut Kerajaan Inggris menyerang pusat galangan kapal Hindia-Belanda. Armada laut Inggris mulai menyerang Onrust pada tahun 1800 ketika bermaksud memblokade Batavia. Inggris saat itu menghancurkan banyak infrastruktur untuk galangan kapal, termasuk kincir angin. Armada laut Inggris tercatat melakukan tiga penyerangan di Onrust, yaitu pada tahun 1800, 1806–1807, dan 1810. Penyerangan armada laut Inggris pada tahun 1806–1807 sendiri merupakan bagian dari kampanye Penaklukkan Pulau Jawa sebagai bagian Teater Perang Napoleon di Asia. Armada Inggris saat itu dipimpin oleh Laksamana Muda Edward Pellew.

Penyerangan Inggris yang bertubi-tubi telah menyebabkan hancurnya banyak bangunan, termasuk kincir angin. Inggris yang menguasai Onrust dan sekitarnya sampai tahun 1816 juga tidak berminat mengembalikan kedudukan dan fungsi kincir angin. Ketika Onrust dikembalikan ke Hindia-Belanda, pulau itu baru benar-benar kembali dipulihkan untuk menjadi galangan kapal ketika masa kekuasaan Gubernur Jenderal Baron van der Capellen pada tahun 1828. Meski demikian, posisi Onrust sebagai galangan kapal akhirnya semakin pudar sebagai akibat terjadinya bencana letusan Krakatau 1883 yang menyebabkan tsunami menerjang pulau itu dan menghancurkan banyak bangunan. Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda memutuskan mulai membangun dan memindahkan galangan ke Tanjung Priok pada tahun 1883 sehingga fungsi Onrust sebagai galangan kapal benar-benar tamat.

Jadi orang-orang Belanda memang pernah membangun kincir angin seperti di negeri asalnya hanya ketika zaman kompeni. Tidak ada bukti yang menyebutkan orang-orang Belanda membangun kincir angin pada masa Hindia-Belanda. Bukti tertulis maupun litografi juga menyebut bahwa kincir angin hanya dibangun oleh kompeni di Onrust saja karena pertimbangan kecepatan angin di kawasan Kepulauan Seribu yang mendukung pemotongan kayu galangan kapal. Pada masa kini kincir angin buatan kompeni di Onrust hanya tinggal pondasinya yang mana ditemukan oleh para arkeolog pada dekade 1980-an. Sebagai bukti pernah adanya kincir angin, pemerintah DKI Jakarta membuat replika kincir angin yang lebih menyerupai penanda Holland Bakery di Onrust.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi