HANZI SEDERHANA dan TRADISIONAL

 Awalnya memang adalah karakter tradisional. Semua wilayah yang menggunakan Bahasa Mandarin, mulai dari Tiongkok, Taiwan, Hong Kong semua menggunakan aksara tradisional, saat itu.

Tahun 1949, People's Republic of China (PRC) berdiri, memisahkan diri dari Republic of China (ROC). Secara pemerintahan, terpisah dari Taiwan yang masih tetap menggunakan nama Republic of China (ROC). Dengan kata lain, sebenarnya saat itu PRC yang memisahkan diri dari ROC. Namun kali ini sempalannya (pisahannya) jauh lebih besar daripada induknya. Induknya ya tersisa di Taiwan itu aja.

Ok, kita nggak membahas di sisi politik.

Sampai di titik itu, keduanya masih menggunakan aksara Mandarin yang sama. Hong Kong pun demikian (walaupun masih di bawah kekuasaan Inggris). Ini karena Hong Kong juga sudah menggunakan Bahasa Mandarin sejak sebelum 1842 (saat mulai dikuasai Inggris).

Artinya, Mandarin kuno (pra-1842) dengan yang modern (pasca 1949) sebenarnya masih menggunakan karakter yang sama.

Kemudian terjadilah Revolusi Kebudayaan yang berlangsung 1966–1976. Ada banyak hal yang direvolusi (diubah secara drastis). Salah satunya adalah penyederhanaan penulisan karakter Mandarin.

Penyederhanaan ini sebenarnya hanya meresmikan penyederhanaan tidak resmi yang sudah sehari-hari dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Karena karakter Mandarin yang cukup kompleks dengan banyak goresan, masyarakat kalau menulis seringkali menyederhanakan goresan supaya cepat. Akhirnya dipertegas dan dibuat menjadi baku, goresan yang terjadi banyak yang dikurangi (seperti 魚 menjadi 鱼), bahkan dibuatkan karakter-karakter baru yang lebih sederhana, bahkan beda total dengan karakter tradisionalnya, seperti karakter untuk ting (mendengar), sangat kontras antara versi tradisional 聽 dengan versi sederhana 听.

Nah, penyederhanaan ini tentu saja berlaku di wilayah yang memang diperintah oleh PRC, yaitu di wilayahnya sendiri. Penyederhanaan ini tidak melebar ke wilayah Taiwan yang secara administratif tidak di bawah kekuasaan Beijing. Juga tidak melebar ke Hong Kong yang masih di bawah kekuasaan Inggris. Maupun Macau yang masih di bawah kekuasaan Portugal. Penyederhanaan ini hanya diadopsi oleh Singapore yang memilih alasan pragmatis: ajarkan karakter dengan standar yang digunakan di Tiongkok, karena jumlah mereka besar, pengaruh mereka akan jadi besar dan karakternya toh lebih sederhana untuk dipelajari dan ditulis.

Saat Hong Kong dan Macau kembali ke Tiongkok Daratan, maka mereka pun mengadopsi karakter sederhana. Khusus untuk karakter Bahasa Cantonese, karakternya masih mengacu ke versi tradisional.

ROC (Taiwan) memilih untuk tetap menggunakan aksara tradisional sebagai identitas mereka. Mereka menganggap inilah karakter yang asli sejak zaman Dinasti Han dan ROC (Taiwan) berhasil mempertahankannya sampai sekarang secara apa adanya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi