MENGAPA JEPANG TIDAK MEREBUT SAKHLIN dan KURIL SETELAH UNI SOVIET RUNTUH

 Dikarenakan doktrin militer Jepang yang sifatnya defensif. Sedikit informasi, Pulau Kuril dan Shakalin merupakan gugusan pulau di utara Jepang. Gugusan pulau-pulau tersebut terbentang dari pulau Hokkaido hingga sisi selatan semenanjung Kamchatka di Siberia. Kedua area tersebut diambil alih oleh Uni Soviet dalam invasi mereka di penghujung Perang Dunia II.

Peta Kepulauan Kuril dan Shakalin.

Kejatuhan Uni Soviet tahun 1991 memang membawa instabilitas politik di Rusia sebagai negara terbesar bekas Uni Soviet, akan tetapi sangat salah jika mengira Rusia tidak mampu mempertahankan wilayahnya. Terdapat dua alasan utama mengapa upaya Jepang mengambil alih Kepulauan Kuril dan Shakalin dengan kekerasan kala itu (maupun sekarang) adalah ide yang tidak bagus.

  • Keberadaan Pacific Fleet Rusia: Sejak tahun 1731, Kekaisaran Rusia kala itu telah membangun Angkatan Laut yang cukup besar di wilayah Pasifik yang bermarkas di Fokino (kini menjadi Vladivostok). Dengan jumlah 46 unit dari berbagai lini kapal perang dan 22 kapal selam, Armada Pasifik Rusia bisa menjadi lawan yang handal bagi siapapun, dan membuka potensi konflik terbuka dengan mereka jelas bukan opsi yang baik untuk Jepang.

Aangkatan Laut Rusia di Vladivostok.

  • Doktrin Militer: Seperti jawaban di awal, doktrin defensif yang dianut Jepang membuat mereka tidak akan terlibat ke dalam 'serangan' apapun. Pasalnya semenjak akhir Perang Dunia II, pihak Sekutu memberi izin bagi Angkatan Bersenjata Jepang untuk tetap eksis, akan tetapi dengan tujuan mempertahankan diri. Itu mengapa seluruh lini AB Jepang disebut dengan Defense Force (Japanese Self Defense Force, Japan Maritime Self Defense Force, Japan Air Self Defense Force). Meskipun memiliki persenjataan yang mumpuni, doktrin mereka bukanlah menyerang. Oleh karena itu merebut kembali Kuril dan Shakalin lewat kekerasan jelas bukan pilihan. Opsi itu pun tidak akan populer di kalangan masyarakat Jepang.

Kendati demikian, bukan berarti Jepang tidak menginginkan kedua wilayah mereka tersebut untuk kembali. Semenjak tahun 1956 baik Jepang maupun Uni Soviet sudah terlibat sejumlag negosiasi diplomatik untuk membahas perpindahan tangan dari kedua wilayah terkait. Negosiasi terakhir terjadi tahun 2019 kala almarhum Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe dan Perdana Menteri Rusia, Vladimir Putin membahas masalah teritorial ini. Sayangnya, tekanan dalam negeri Rusia membuat Kremlin tidak bisa berbuat banyak.

Pertemuan antara Shinzo Abe dan Vladimir Putin tahun 2019.

Dikabarkan jika kubu sayap kanan Rusia menyatakan jika pelepasan wilayah Rusia sekecil apapun akan dianggap menunjukkan kelemahan Rusia. Menilik dari kontelasi Politik antara Rusia dan Ukraina saat ini, saya rasa keinginan Jepang untuk mengambil kembali Kuril dan Shakalin masih harus dikubur, setidaknya untuk saat ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi