HIKAYAT BASEMAH

 KERAJAAN JAGAT BESEMAH

Sejarah kerajaan Jagat Besemah, abad ke-14

Kerajaan Sriwijaya mengalami kehancuran akibat serangan kerajaan Majapahit tahun 1337. Kerajaan Majapahit pada masa itu dipimpin oleh putera dari raja Majapahit terakhir, Aryo Damar atau lebih dikenal sebagai Aryo Dillah.
Pasca runtuhnya kerajaan Sriwijaya, berbagai kerajaan kecil mulai bermunculan dari wilayah-wilayah bekas kekuasaan Sriwijaya. Salah satu kerajaan yang berhasil mencapai puncak kejayaannya pada masa itu bernama Jagat Besemah, kerajaan yang pusat pemerintahannya berada di lereng Gunung Dempo, Pagaralam.

Sebagian sejarawan percaya bahwa kemunculan kerajaan Jagat Besemah berawal dari keruntuhan kerajaan Sriwijaya di abad ke-14. Jagat Besemah didirikan oleh seorang keturunan Majapahit yang dijuluki Ratu Atung Bungsu. Sebutan ‘ratu’ sendiri tidak mengindikasikan bahwa Atung Bungsu adalah seorang perempuan.
Sebaliknya, pada masa itu, ratu adalah gelar yang disematkan pada seorang penguasa laki-laki, atau laki-laki keturunan bangsawan. Dengan demikian ditariklah sebuah kesimpulan bahwa Atung Bungsu adalah masih keturunan dari raja-raja Majapahit.

Gelar ‘ratu’ adalah gelar yang diwariskan secara hierarkis di antara penguasa Jagat Besemah. Pada generasi kesepuluhnya, Jagat Besemah dipimpin oleh Ratu Singa Bekurung. Setelah bertetangga untuk waktu yang sangat lama dengan kerajaan Palembang, Jagat Besemah akhirnya menyatukan diri dengan Kerajaan Palembang pada masa kepemimpinan Singa Bekurung. Ia mengutus depatinya untuk menghadap Ratu Sinuhun, istri Pangeran Sido Ing Kenayan yang pada masa itu merupakan Raja Palembang.
Dengan demikian, Jagat Besemah menggabungkan dirinya ke dalam kerajaan Palenbang atas kehendak rajanya, bukan karena ditaklukkan. Hal tersebut tampak dari pewarisan gelar ‘ratu’ yang terus berlangsung hingga masa raja Jagat Besemah yang ke-12, meski Jagat Besemah sudah berada di bawah kekuasaan Palembang.

Bersatunya Jagat Besemah dan Palembang tentu berpengaruh terhadap kondisi geopolitik di tanah warisan kerajaan Sriwijaya tersebut. Ketika Belanda menduduki Palembang pada tahun 1821, Jagat Besemah tidak ikut tunduk pada Belanda.
Bahkan jeme besemah, sebutan untuk masyarakat penghuni Bumi Besemah, melakukan perlawanan yang keras saat Belanda hendak menginvasi Bumi Besemah. Perlawanan tersebut bahkan tercatat sebagai perlawanan terhadap Belanda yang berlangsung paling lama pada abad ke-19 di Sumatera Selatan, yaitu selama 50 tahun. Belanda kewalahan dalam menaklukkan Besemah karena topografi Bumi Besemah sama sekali berbeda dengan Palembang yang berupa rawa-rawa. Selain itu, Bukit Barisan dan Gunung Dempo turut menjadi benteng alami jeme besemah dalam menghalau Belanda.

Sebelum pendudukan Belanda terhadap Palembang, jeme besemah sempat pula tercatat dalam berbagai peristiwa sejarah di sekitar sepak-terjang bangsa penjajah.
Pada tahun 1818, Inggris yang menguasai wilayah Bengkulu menghadapi dua malapetaka, yaitu kematian pasukan koloninya yang disebabkan wabah cacar dan peperangan dengan orang-orang ‘Passumah’. Sebutan Passumah sendiri disinyalir berasal dari orang Belanda yang keliru melafalkan “besemah”. Jeme besemah juga tercatat pernah menyerang Manna, sebuah kota kecil di Bengkulu yang dikuasai Inggris.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi