TENTANG LANGGE

 KERAJAAN PEA LANGGE

Sejarah kerajaan Pea Langge, abad ke-14

Asal-usul dari kerajaan Pea Langge ini adalah sisa-sisa dari kerajaan Barus yang masih setia kepada Raja Malim yang bernama Mutya Raja. Raja Malim pada masa itu bersama para pengikutnya pergi jauh menyingkir dari wilayah Barus dan menyusuri hutan belantaran hingga sampai kedaerah Salak (Sumbul salam sekarang) setelah tiba disana, lalu mereka membuat perkampungan yang disebut dengan Pea Langge (sekitar tahun 1360 M). Kampung ini di bangun dengan bahan-bahan yang ada ditemukan di daerah Langge seperti; kayu, bambu, ijukdan rotan. Mereka tidak membangun candi-candi karena tidak begitu banyak batu-batuan ditemukan disana tapi mereka tetap membuat patung-patung, seperti patung gajah, kuda, harimau.

Kerajaan Pea Langge juga meganut sistem pemerintahan yang turun temurun (Dinasti) karena Raja Malim, Mutya Raja ( Raja Uti I) digantikan oleh:
Raja Malim (Raja Uti II), Raja Uti II digantikan oleh:
Raja Malim (Raja Uti) III, Raja Malim III digantikan oleh:
Raja Malim (Raja Uti IV) dan pada masa pemerintahan Raja Malim (Raja Uti IV) ini, kerajaan Pea Langge diserang kembali oleh kerajaan Negeri Fansur dari Barus dan tidak tau apa alasan, mungkin karena perbedaan kepercayaan. Karena sesuai dengan sejarah masuknya Islam ke Negeri Batak adalah pada abad ke-13 (tahun 1345 M). Perang ini banyak sekali memakan korban dan dalam waktu yang sangat lama.

Maka dari itu rakyat dari kerajaan Pea Langge beranjak pergi dari daerah itu ke:

* Raja Uti IV selaku pemimpin kerajaan Pea Langge dan para pengikutnya pergi menyingkir ke Pulau Mussung Babi (kecamatan pulau banyak sekarang) di tengah-tengah samudra Hindia sebelah barat Sibolga. Dan di sana kepemimpinan Raja Uti IV. V, VI, dan VII dilanjutkan. Dan mereka membuat jurang-jurang pantai menjadi tembok pertahanan dari seragan musuh.

* Sekelompok dari pemimpin Pea Langge dari keturunan Kalingga (Kholing) membawa para pengikutnya pergi menyingkir kesebebelah utara yang melewati sungai (Aek Ranuan). Disana mereka membuat perkampungan yang dinamakan kerajaan Lingga (Lingga Raja). Kerajaan Lingga menjadikan jurang-jurang dari Aek Ranuan itu menjadi tembok pertahanan dari serangan musuh. Dan existensi dari generasi berikutnya/ keturunannya berbaur dengan keturunan Siraja Bahar (Karo) kerajaan Lingga ini diduga berdiri di akhir abad ke-13, sekitar tahun 1390 M dan kerajaan ini merupakan pecahan dari Pea Langge. Peninggalan dari kerajaan Lingga ini adalah Desa Lingga Raja (di wilayah Sumbul pegagan hilir, Sumatra utara) dan suku batak yang bermarga Lingga sekarang.

* Sebagian dari rakyat Pea langge ada yang menyingkir ke daerah kerajaan Sipakpak di Dairi dan menjadi rakyat disana. Dari sisnilah muncul Raja Manghuntal dari Bakkara.

* Sebagian dari rakyat Pea Langge ada yang menyingkir kedaerah kerajaan Sianjur Mulamuala dan menjadi rakyat disana. (Khusunya suku Batak yang dikenal dengan orang yang bermarga Gajah saat ini).

Setelah jatuhnya kerajaan Pea Langge pada saat itu, suku Batak belum mempunyai marga-marga seperti pada saat ini. Dan dibelakang hari setelah jatuhnya kerajaan Pea Langge banyak sekali muncul desa-desa (huta) baru di bawah kepemimpinan raja-raja kecil didaerah tanah Batak. Dan kerap sekali tejadi perkelahian/ peperangan antar desa seiring dengan berkembangnya populasi penduduk. Mereka menganggap serangan itu adalah serangan dari suku lain. Oleh sebab itu Raja Malim pada saat itu selaku penasehat kerajaan, menganjurkan supaya ada baiknya dikalangan kerajaan-kerajaan Batak dimasa mendatang agar membuat identitas/ marga dan sistim kekerabatan mereka masing-masing yang menganut sistem menarik garis keturunan dari Ayah/Amang (sistem patrilinil) untuk mencegah terjadinya perang saudara.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi