Bagaimana sebuah perkampungan atau desa bisa berubah menjadi perkotaan?

 Anda tahu ini kota apa?

Diatas adalah Hong Kong. Salah satu negara dengan HDI tertinggi di dunia. Kalau tidak salah peringkat lima. HDI adalah ukuran statistik yang dikeluarkan PBB untuk mengukur kemajuan suatu negara berdasarkan indeks pembangunan manusianya. Kebebasan, kesehatan, daya beli, banyak sekali faktornya. Lalu ada kota ini?

Kota diatas adalah Oslo. Ibukota Norwegia. Negara dengan skor HDI tertinggi. Lihat, seberapa besar Oslo. Kita bandingkan dengan Jakarta.

Ini adalah panorama kecil Jakarta. Pencakar langit relatif lebih tinggi dan lebih banyak. Lalu apakah kita negara maju?

Ini Nairobi, Kenya. Dimana anda tahu sendiri bagaimana kondisi di negara-negara Afrika. Lihat bahwa Nairobi sebelas-duabelas dengan Oslo.

Ini adalah Bern, Swiss. Negara dengan skor HDI tertinggi kedua. Lihat bagaimana bentuk kotanya.

Jadi apa kesimpulannya? Indikator kemajuan suatu negara tidak bisa dinilai dari keberadaan perkotaan. Lalu apa?

Human Development Index - Wikipedia
Composite statistic of life expectancy, education, and income indices World map representing Human Development Index categories (based on 2021 data, published in 2022) Very high (≥ 0.800) High (0.700–0.799) Medium (0.550–0.699) Low (≤ 0.549) Data unavailable An alternate version of the world map representing Human Development Index categories (based on 2021 data, published in 2022) Very high High Medium Low No data World map of countries or territories by Human Development Index scores in increments of 0.050 (based on 2021 data, published in 2022) ≥ 0.950 0.900–0.950 0.850–0.899 0.800–0.849 0.750–0.799 0.700–0.749 0.650–0.699 0.600–0.649 0.550–0.599 0.500–0.549 0.450–0.499 0.400–0.449 ≤ 0.399 Data unavailable The Human Development Index ( HDI ) is a statistic composite index of life expectancy , education (mean years of schooling completed and expected years of schooling upon entering the education system ), and per capita income indicators, which is used to rank countries into four tiers of human development . A country scores a higher level of HDI when the lifespan is higher, the education level is higher, and the gross national income GNI (PPP) per capita is higher. It was developed by Pakistani economist Mahbub ul Haq and was further used to measure a country's development by the United Nations Development Programme ( UNDP )'s Human Development Report Office. [1] [2] [3] The 2010 Human Development Report introduced an Inequality-adjusted Human Development Index (IHDI). While the simple HDI remains useful, it stated that "the IHDI is the actual level of human development (accounting for inequality ), while the HDI can be viewed as an index of 'potential' human development (or the maximum level of HDI) that could be achieved if there were no inequality." [4] The index is based on the human development approach, developed by Mahbub ul Haq , anchored in Amartya Sen's work on human capabilities, often framed in terms of whether people are able to "be" and "do" desirable things in life. Examples include – being: well fed, sheltered, healthy; doing: work, education, voting, participating in community life. The freedom of choice is central – someone choosing to be hungry (e.g. when fasting for religious reasons) is quite different from someone who is hungry because they cannot afford to buy food, or because the country is in a famine . [5] The index does not take into account several factors, such as the net wealth per capita or the relative quality of goods in a country. This situation tends to lower the ranking for some of the most advanced countries, such as the G7 members and others. [6] Origins [ edit ] The origins of the HDI are found in the annual Human Development Reports produced by the Human Development Report Office of the United Nations Development Programme (UNDP). These were devised and launched by Pakistani economist Mahbub ul Haq in 1990, and had the explicit purpose "to shift the focus of development economics from national income a
  1. Indeks Harapan Hidup, apa artinya kota-kota besar dengan rakyat yang justru tidak sehat? Lebih baik pedesaan, tapi semuanya sehat bukan? Artinya maju secara medik, dan kesadaran hidup sehat.
  2. Indeks Pendidikan, buat apa juga gedung pencakar langit kalau nanti yang mengisi ujung-ujungnya orang luar negeri yang lebih terdidik? Justru tidak ada masalah kalau tidak punya gedung pencakar langit yang banyak, tapi kita bisa menguasai lapangan kerja dunia.
  3. Indeks Pendapatan, buat apa juga kota-kota besar kalau rakyat ngos-ngosan secara pemasukan?

Tidak ada yang bisa memprediksi pembangunan, karena berubah sesuai administrasinya. Tapi yang bisa saya bayangkan, ini yang akan terjadi saat orang Indonesia jadi negara maju.

  1. Kota-kota justru akan mengecil. Loh? Iya. Perusahaan besar akan banyak berpindah ke pusat bisnis. Sementara kota kecil lebih dipusatkan untuk bisnis kecil, lokal, perumahan, dan hasil bumi lokal, termasuk industrialisasi potensi.
  2. Tingkat literasi remaja tinggi, dan pendidikan juga tinggi. Akan muncul banyak perguruan tinggi di daerah. Di saat itu, orang yang tinggal di rumah sederhana dengan sekitaran sawah saja bisa menjadi Magister, bahkan Doktor. Akan menjadi hal yang biasa.
  3. Setiap kelurahan setidaknya punya sembilan sampai sepuluh sekolah dasar ukuran kecil. Setiap kecamatan setidaknya punya sembilan sampai sepuluh sekolah menengah bawah. Lalu setiap 4 sampai 5 kecamatan setidaknya punya sembilan sampai sepuluh sekolah menengah atas. Kurikulum berbasiskan keahlian. Murid yang mendatangi kelas, bukan sebaliknya.
  4. Kesehatan sangat baik. Puskesmas akan ada di setiap desa, kalau perlu setiap dusun di bawah desa. Layanan gratis. Setiap kecamatan ada rumah sakit kelas B. Lalu setiap 4 sampai 5 kecamatan ada rumah sakit kelas A.
  5. Lembaga permasyarakatan akan berubah menjadi lembaga yang justru mengedukasi tahanan.
  6. Pemerintahan mulai agak tersentralisasi, untuk memudahkan standarisasi daerah dalam penyelenggaraan berbagai UPT.
  7. Kesadaran untuk menggunakan transportasi publik meningkat. Keamanan juga meningkat.
  8. Indonesia justru akan menjadi lebih sekuler. Selama tidak siap sekuler, akan sulit maju, karena negara ini sangat beragam.
  9. Setiap kota justru akan menerapkan prinsip green dan smart city. Kota yang tidak menerapkan green city / industrialisasi yang terlalu masif, justru akan menjadi definisi kampung / desa yang baru, karena jenuh dan tidak sehatnya lingkungan industri.
  10. Standar kesejahteraan akan meningkat. Upah minimum tidak pukul rata, tergantung bisnis, omzet, keahlian, tingkat pendidikan, masa kerja, dsb.
  11. Kabinet pemerintahan akan berbasiskan meritokrasi, teknokrasi, dan sedikit aristokrasi / oligarki.
  12. IT akan menjadi fondasi utama sistem bernegara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi