Mengapa overpopulasi menjadi masalah bagi pemimpin dunia

 Keseimbangan populasi, sebenarnya telah menjadi perhatian bangsa-bangsa yang ada sebelumnya.

Orang Yunani Kuno bahkan berhasil mengkonsepsikan cara-cara agar penduduk mereka tidak terlalu banyak. Mereka sadar, kesulitan untuk memberi makan bisa memicu ketidak-stabilan rumah tangga, klan bahkan pemerintah. Oleh karena itu mereka mempunyai beberapa ide untuk mengendalikan jumlah populasi.

Membuang bayi bukanlah sesuatu yang memalukan pada jaman tersebut. Dalam mitos, baik Yunani maupun Romawi Kuno, dewa-dewi melakukan tindakan ini. Cerita yang sama juga digunakan sebagai legenda dalam pendirian sebuah kota. Yang paling terkenal tentunya Remus dan Romulus yang dibuang yang nantinya mendirikan kota Roma.

Solusi lain yang mereka dapatkan adalah dengan berperang menduduki wilayah bangsa lain dan menempatkan populasi mereka di sana. Tapi menjadi prajurit hanya bagi pria, karena bagi orang Yunani, sama seperti ayam, tugas wanita hanya bertelur menghasilkan anak saja. Jika mereka berperang, jumlah mereka yang bisa mengandung anak akan berkurang dan ini tidak menguntungkan.

Ayah Sparta menunjukkan bayinya untuk diperiksa. Lukisan Jean-Pierre Saint-Ours (1785)

Dalam tradisi orang Yunani, seorang ayah yang merupakan kepala keluarga adalah satu-satunya orang yang berhak memutuskan integrasi bayi yang baru lahir ke dalam keluarganya. Di Athena, integrasi ini berlangsung pada hari ketujuh setelah lahir pada saat upacara Amphidromia. Di Sparta, ayah harus menyerahkan bayi mereka yang baru lahir ke dewan tetua suku mereka. Dewan ini memiliki hak hidup dan mati atas anak. Menurut Plutarch, mereka yang tidak diberkahi kesehatan dan kekuatan akan dilempar ke jurang Gunung Taygetos. Di Roma, seperti di Athena, integrasi ke dalam rumah keluarga adalah hak prerogatif bapak keluarga. Kasus penelantaran relatif sering terjadi, terutama pada anak perempuan, bukan hanya karena alasan ekonomi (mahar), tetapi juga karena alasan seksis.

Cara lain yang mereka dapat adalah dengan mengembangkan kontrasepsi. Misalnya dengan coitus interuptus, mengikat testis atau menggunakan sejenis cincin IUD. Artikel lengkapnya bisa dibaca di Jawaban Okta Koulapic untuk Bagaimana sejarah perkembangan kontrasepsi?

Keseimbangan jumlah penduduk menjadi permasalahan besar ketika kita memasuki abad ke-20 akibat kemajuan teknologi, sains dan pemikiran. Harapan hidup manusia semakin lama, anak-anak yang mati sebelum usia 5 tahun jarang, perang sudah ketinggalan jaman dan sains membantu manusia untuk menanggulangi penyakit dan bencana alam. Karena itu, dunia semakin sesak sedangkan sumber daya alam malah berkurang.

Dry spell persists in East Sumba as regency suffers 249 days without rain

Kelangkaan air, kemiskinan, eksodus, kelaparan, kepunahan spesies… Dunia yang akan dilihat oleh mereka yang lahir tahun 2030 saat dewasa nanti akan lebih menyeramkan, terutama karena mereka harus menghadapi dampak dari pemanasan global. Dunia yang kita huni sedang terbakar, tapi mayoritas orang bertindak seolah-olah permasalahan tersebut tidak ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi