DAFTAR REKA CIPTA TIONGKOK
Tiongkok telah menjadi sumber beberapa inovasi, penemuan dan penciptaan ilmiah.[1] Ini meliputi Empat Reka Cipta Besar: pembuatan kertas, kompas, bubuk meriam, dan percetakan (baik blok kayu dan huruf lepas). Daftar di bawah ini berisi hal tersebut dan penciptaan lainnya di Tiongkok yang diakui oleh arkeologi dan sejarah.
Sebuah busur silang Tiongkok perunggu yang menampilkan mekanisme dengan sebuah plat lembut (komponen kayu yang dimiliki dilepaskan dan hilang), dilapisi dengan perak, dari akhir zaman Negara-negara Berperang (403–256 SM) atau awal Dinasti Han (202 SM – 220 M)
Wilayah bersejarah yang sekarang dikenal sebagai Tiongkok mengalami sebuah sejarah yang melibatkan mekanika, hidrolik dan matematika yang diterapkan pada horologi, metalurgi, astronomi, pertanian, teknik, teori musik, kerajinan, arsitektur angkatan laut dan perang. Pada zaman Negara-negara Berperang (403–221 SM), para penduduk Negara-negara Berperang telah memajukan teknologi metalurgik, yang meliputi tanur tiup dan tanur kupola, sementara finery forge dan proses puddling dikenal oleh Dinasti Han (202 SM–220 M). Sebuah sistem ekonomi canggih di kekaisaran Tiongkok melahirkan penciptaan-penciptaan seperti uang kertas pada zaman Dinasti Song (960–1279). Penciptaan bubuk meriam pada pertengahan abad ke-9 berujung pada serangkaian penciptaan seperti ganjur api, ranjau darat, ranjau laut, senapan genggam, bola meriam ledak, roket multi-tahap dan bom roket dengan sayap aerodimanik dan mudah meledak. Dengan bantuan navigasional dari kompas abad ke-11 dan kemampuan untuk mengarungi laut dengan rudder abad ke-1, para pelaut Tiongkok pra-modern berlayar sampai Afrika Timur.[2][3][4] Dalam kerja jam bertenaga air, Tiongkok pra-modern telah memakai mekanisme escapement sejak abad ke-8 dan penggerak rantai yang ditransmisikan kekuatan tanpa akhir pada abad ke-11. Mereka juga membuat teater boneka mekanikal yang digerakkan oleh roda air dan kerangka roda dan automaton yang menyajikan arak yang dibawakan oleh perahu roda kayuh.
Kebudayaan Peiligang dan Pengtoushan kontemporer mewakili budaya Neolitikum Tiongkok tertua dan terbentuk sekitar tahun 7000 SM.[5] Beberapa penciptaan pertama Tiongkok Neolitikum meliputi pisau batu semi melingkar dan persegi panjang, cangkul dan sekop batu, penanaman millet, beras, dan kedelai, penghimpunan serikultur, pembangunan struktur tanah yang dimampatkan dengan lantai rumah yang dilapisi batu gamping, pembuatan tembikar dengan rancangan keranjang, pembuatan tembikar tiga sudut dan tembikar uap dan pengembangan wadah seremonial dari skapulimansi untuk keperluan keilahian.[6][7] Sinologis Inggris Francesca Bray berpendapat bahwa penjinakan kerbau dan banteng pada masa kebudayaan Longshan (s. 3000–s. 2000 SM), ketiadaan irigasi era Longshan atau tanaman dataran tinggi, bukti penuh dari penanaman Longshan dari tanaman-tanaman sereal dataran kering yang menjadikan dataran-dataran tinggi "hanya saat tanah tersebut ditanam secara hati-hati", menandakan bahwa bajak dikenal setidaknya pada zaman budaya Longshan dan menjelaskan ladang-ladang produksi pertanian tingkat tinggi yang membolehkan kebangkitan peradaban Tiongkok pada zaman Dinasti Shang (s. 1600–s. 1050 SM).[8] Dengan penciptaan-penciptaan berikutnya seperti penggilingan biji tabung ganda dan bajak besi besar berat, pengeluaran pertanian Tiongkok menopang populasi yang lebih besar.
Untuk keperluan daftar ini, penciptaan dianggap sebagai teknologi yang mula-mula dikembangkan di Tiongkok, dan tak meliputi teknologi asing yang Tiongkok dapat melalui kontak, seperti kincir angin dari Timur Tengah atau teleskop dari Eropa modern awal. Ini juga tak meliputi teknologi asing yang dikembangkan di tempat lain dan kemudian ditemukan secara terpisah oleh orang Tiongkok, seperti odometer dan pompa rantai. Penemuan alam, saintifik atau matematika yang berubah dalam konsep rancangan atau gaya dan inovasi artistik yang kecil tak dicantumkan pada daftar ini.
Daftar isi:
A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
Empat Penciptaan Besar Pra-Shang Shang dan masa selanjutnya Modern (1912-sekarang) Lihat pula Referensi
Empat Reka Cipta Besar sunting
Artikel utama: Empat Reka Cipta Besar
Berikut ini adalah daftar Empat Reka Cipta Besar—sesuai yang dirancang oleh Joseph Needham (1900–1995), seorang ilmuwan, pengarang dan sinolog asal Inggris yang dikenal atas risetnya tentang sejarah sains dan teknologi Tiongkok.[9]
Fragmen-fragmen hemp dipakai sebagai kertas pada masa pemerintahan Kaisar Wu dari Han (141–87 BC)
Sutra Berlian, buku cetak tertua, diterbitkan pada 868 Masehi pada masa Dinasti Tang (618–907)
Kertas sunting
Anak bagian ini adalah tentang pembuatan kertas; untuk bahan penulis pertama dipakai di Mesir kuno, lihat papirus.
Meskipun tercatat bahwa kasim istana Dinasti Han (202 SM – 220 M) Cai Lun (50 M – 121 M) menemukan proses pembuatan kertas pulp dan menghimpun pemakaian material-material baru yang dipakai dalam membuat kertas, padding kuno dan artefak-artefak kertas bertanggal abad ke-2 SM ditemukan di Tiongkok, contoh tertua dari pembuatan kertas pulp yang dijadikan peta dari Fangmatan, Tianshui;[10] pada abad ke-3, keras menjadi media tulis yang banyak dipakai, menggantikan penulisan tradisional namun lebih menghabiskan biaya seperti strip bambu yang digulung dalam gulungan, strip sutra, lauh tanah liat kering yang kemudian dikeraskan dalam pemanas, dan tablet kayu.[11][12][13][14][15] Potongan kertas terawal yang diketahui ditemukan di reruntuhan mercusuar Tiongkok di Tsakhortei, Liga Alxa, di mana pasukan Dinasti Han menempatkan posisi mereka pada 110 M setelah serangan Xiongnu.[16] Dalam proses pembuatan kertas yang dihimpun oleh Cai pada 105, sebuah perpaduan dari potongan pohon murbei, hemp, linen tua dan jaring ikan menciptakan sebuah pulp yang dicampur menjadi satu dan diolah dengan air; sebuah potongan kayu dengan sejuput remahan kemudian dimasukkan ke dalam perpaduan tersebut, yang kemudian diangkat dan dikeringkan menjadi lembaran kertas yang memudar di bawah bentangan sinar matahari; K.S. Tom berkata bahwa pengolahan ini secara bertahap terpengaruhi melalui pencairan, pemolesan dan pemuaian untuk menghasilkan kertas yang lembut dan kuat. Kertas yang dipakai adalah sebuah petakan.[13][14]
Percetakan sunting
Untuk reka cipta terpisah dari jenis percetakan di Eropa pada abad pertengahan, lihat pers cetak dan Johannes Gutenberg.
Cetak blok kayu: Spesimen terawal dari cetak blok kayu adalah sebuah sutra dharani kembar tunggal dalam bahasa Sanskerta yang dicetak pada kertas hemp antara 650 dan 670 M; ini diangkat pada 1974 dari makam Tang dekat Xi'an.[17] Sebuah sutra Buddhis dharani miniatur Korea ditemukan pada 1966, mencantumkan aksara penulisan Mandarin yang telah punah yang hanya dipakai pada masa pemerintahan satu-satunya permaisuri yang memerintah sendiri di Tiongkok, Wu Zetian (memerintah 690–705), tertanggal tak lebih awal ketimbang tahun 704 dan disimpan di sebuah stupa kuil Silla Korea yang dibangun pada 751.[18] Periodikal cetak pertama, Kaiyuan Za Bao muncul pada tahun 713 Masehi. Namun, buku cetak terawal yang diketahui dalam ukuran reguler adalah Sutra Berlian yang dibuat pada masa Dinasti Tang (618–907), sebuah gulungan sepanjang 5.18 m (17 kaki) yang mencantumkan tanggal 868 Masehi.[19] Joseph Needham dan Tsien Tsuen-hsuin menulis bahwa teknik pemotongan dan pencetakan yang dipakai untuk kaligrafi Tiongkok dari buku Sutra Berlian kebanyakan lebih maju dan terefinisasikan ketimbang sutra dharani miniatur yang dicetak pada masa sebelumnya.[19]
Sebuah ilustrasi yang diterbitkan dalam buku karya Wang Zhen (dikenal pada 1290–1333) dari tahun 1313 Masehi yang menampilkan karakter-karakter jenis bergerak yang diaransemenkan oleh skema ritme dalam kompartemen meja bundar
Huruf lepas: Ilmuwan dan pejabat polimatik Shen Kuo (1031–1095) dari Dinasti Song (960–1279) adalah orang pertama yang menyebut proses percetakan jenis bergerak dalam Esai Kolam Mimpi tahun 1088 buatannya. Ia mengatributkan inovasi pemakaian kembali karakter-karakter tanah liar yang dipanaskan kepada seorang artisan yang tak banyak diketahui bernama Bi Sheng (990–1051).[20][21][22][23] Bi telah bereksperimen dengan karakter jenis kayu, namun pemakaian mereka tak disempurnakan sampai 1297 sampai 1298 dengan model dari pejabat Wang Zhen (dikenal pada 1290–1333) dari Dinasti Yuan (1271–1368), yang juga mengaransemenkan karakter-karakter penulisan menurut skema rima pada permulaan kompartemen meja bundar.[21][24] Ini tak sampai 1490 dimana karya-karya cetak Hua Sui (1439–1513) dari Dinasti Ming (1368–1644) menyempurnakan karakter jenis bergerak metal Tiongkok dengan perunggu.[25][26] Cendekiawan Dinasti Qing (1644–1912) Xu Zhiding asal Tai'an, Shandong mengembangkan percetakan jenis bergerak yang terbuat dari email porselen pada tahun 1718.[27]
Bubuk meriam sunting
Rumus tertulis terawal yang diketahui untuk bubuk meriam, dari Wujing Zongyao tahun 1044 Masehi.
Bukti pemakaian pertama bubuk meriam di Tiongkok berasal dari dinasti Tang (618–907).[28] Resep untuk bubuk meriam tercatat terawal yang diketahui ditulis oleh Zeng Gongliang, Ding Du dan Yang Weide dalam Wujing Zongyao, sebuah manuskrip militer yang dikompilasikan pada 1044 di masa Dinasti Song (960–1279). Rumus bubuk meriamnya menjelaskan pemakaian bom bakar yang diluncurkan dari katapel tempur, dilempar dari tembok-tembok pertahanan, atau dijatuhkan dari tembok dengan memakai rantai besi yang dioperasikan oleh sebuah swape lever.[29][30][31] Bom-bom diluncurkan dari katapel trebuset yang dinaikkan pada bagian agil kapal-kapal angkatan laut yang mewujudkan kemenangan Song atas pasukan Jin di Pertempuran Caishi pada 1161. Selain itu, Dinasti Yuan Mongol (1271–1368) memakai bom-bom bubuk meriam saat mereka gagal menginvasi Jepang pada 1274 dan 1281.[30] Pada abad ke-13 dan ke-14, rumus-rumus bubuk meriam manjadi makin poten (dengan tingkat nitrat melebihi 91%) dan senjata bubuk meriam makin maju dan mematikan, seperti yang dibuktikan dalam manuskrip militer Dinasti Ming (1368–1644) Huolongjing dikompilasikan oleh Jiao Yu (dikenal pada abad ke-14 sampai awal abad ke-15) dan Liu Bowen (1311–1375). Karya tersebut diselesaikan pada 1412, lama setelah Liu wafat, dengan sebuah pra-wajah ditambahkan oleh Jiao dalam publikasi Nanyang-nya.[32]
Kompas sunting
Sebuah model kompas jenis mangkuk dan sendok bebek di Kaifeng yang dipakai untuk geomansi pada Dinasti Han (202 SM – 220 M); keotentikan sejarah dari model tersebut telah dipertanyakan oleh Li Shu-hua (1954).[33]
Meskipun artefak hematit kuno dari era Olmek tertanggal sekitar 1000 SM mengindikasikan kemungkinan pemakaian kompas lodestone lama sebelum ini dideskripsikan di Tiongkok, suku Olmek tak memiliki besi yang bangsa Tiongkok akan temukan yang dapat dimagnetisasikan saat berkontak dengan lodestone.[34] Penjelasan lodestone yang menarik besi dicantumkan dalam Guanzi, Catatan Tahunan Musim Semi dan Musim Gugur Master Lu dan Huainanzi.[35][36][37] Bangsa Tiongkok pada zaman Dinasti Han (202 SM – 220 M) mulai memakai lodestone mangkuk dan sendok bebek berorientasi utara-selatan untuk ramalan dan geomansi dan bukannya untuk navigasi.[38][39][40] Lunheng, yang ditulis oleh penulis, ilmuwan dan filsuf dinasti Han Wang Chong (27 – s. 100 M) menyatakan dalam bab 52: "Instrumen ini mengingatkan pada sendok dan saat ini ditempatkan pada sebuah plat di atas tanah, pegangannya mengarah ke selatan".[41][42] Namun, terdapat dua rujukan lain di bawah bab 47 dari teks yang sama untuk kekuatan atraktif dari magnet menurut Needham (1986),[43] namun Li Shu-hua (1954) menganggapnya merupakan lodestone, dan menyatakan bahwa tak ada penyebutan khusus dari sebuah magnet dalam Lunheng.[33] Polimatik Tiongkok Shen Kuo (1031–1095) dari Dinasti Song (960–1279) adalah orang pertama yang secara akurat menjelaskan deklinasi magnetik (dalam penyorotan utara sejati) dan kompas berkekuatan magnetik dalam Esai Kolam Mimpi tahun 1088 buatannya, sementara penulis dinasti Song Zhu Yu (dikenal pada abad ke-12) adalah orang pertama yang menyebut pemakaian kompas secara spesifik untuk navigasi di laut dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 1119.[22][39][44][45][46][47][48] Namun, pada masa sebelumnya, manuskrip militer Wujing Zongyao yang dikompilasikan pada tahun 1044 menjelaskan sebuah kompas termoremanensi dari besi atau baja yang dipanaskan berbentuk ikan dan ditempatkan di mangkuk air yang memproduksi kekuatan magnetik melalui remanensi dan induksi; Wujing Zongyao mencatat bahwa ini dipakai sebagai pencari wadah bersama dengan kereta kuda pengarah selatan mekanikal.[49][50]
Pra-Shang sunting
Penciptaan-penciptaan yang berasal dari Tiongkok pada zaman Neolotikum dan Zaman Perunggu prasejarah tercantum di bawah ini.
Kontainer arak beras beralkohol Tiongkok.
Minuman beralkohol dan proses fermentasi: Bukti arkeologi terawal dari fermentasi dan konsumsi minuman beralkohol ditemukan di Tiongkok neolitikum dari 7000–6600 SM. Pengangkatan dan analisis toples-toples tembikar kuno dari desa neolitikum Jiahu di provinsi Henan, utara Tiongkok menguak residu terfermantasi yang ditinggalkan oleh minuman beralkohol yang sempat diisikan. Menurut sebuah kajian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, analisis kimia dari residu tersebut menguak bahwa minuman yang difermentasikan terbuat dari buah-buahan, beras dan madu.[51][52] Di belahan dunia lainnya, minuman terfermentasi ditemukan berasal dari tahun 6000 SM di Georgia,[53] 3150 SM di Mesir kuno,[54] 3000 SM di Babilonia,[55] 2000 Sm di Meksiko pra-Hispanik,[55] dan 1500 SM di Sudan.[56]
Drum aligator: Drum-drum aligator adalah jenis drum yang sempat dipakai di Tiongkok Neolitikum, terbuat dari tanah liat dan aligator tersembunyi. Mereka ditemukan di sebagian besar situs Neolitikum dari Shandong modern di bagian timur sampai Qinghai di bagian barat, berasal dari periode 5500–2350 SM. Dalam catatan kesusastraan, drum-drum memanifestasikan karakteristik shamanistik dan sering kali dipakai dalam upacara-upacara ritual.[57] Drum-drum yang dilapisi dengan kulit aligator untuk pemakaian seremonial disebutkan oleh Shijing, sebuah kumpulan syair Tionghoa yang berasal dari abad ke-11 sampai ke-7 SM.[58][59] Drum-drum aligator terawal, yang terdiri dari wadah kayu berlapis kulit aligator ditemukan di situs-situs arkeologi di Dawenkou (4100 SM–2600 SM), serta beberapa situs Longshan (3000 SM–2000 SM) di Shandong dan Taosi (2300 SM–1900 SM) di selatan Shanxi.[60]
Sebuah lonceng ritual perunggu, Dinasti Zhou, abad ke-10 sampai ke-9 SM
Slip-slip bambu dari Dinasti Han Timur (25–220 M).
Pengerjaan bambu: Pemakaian bambu di Tiongkok Neolotikum sangat terhimpun karena Tiongkok menjadi salah satu peradaban pertama yang memakai bambu.[61][62] Penanaman dan aplikasi bambu telah memainkan peran penting dalam pembangunan peradaban Tiongkok dari zaman pra-sejarah sampai sekarang.[61][63][64] Dari zaman pra-sejarah sampai sekarang, bambo dipakai secara khusus dalam satu bentuk atau lainnya karena pemakaian bambu berdampak pada kehidupan sehari-hari peradaban Tiongkok. Para penyair Tiongkok menyinggung soal tumbuhan tersebut dan para pelukis Tiongkok menorehkan keindahan dan rahmat dari tumbuhan tersebut melalui lukisan di sepanjang berbagai dinasti Tiongkok.[61] Reruntuhan arkeologi mensignifikansikan pemakaian bambu Tiongkok untuk perkapalan dan kontainer, rajutan keranjang sampai keset yang berasal dari era Neolitikum diangkat dari Qianshanyang, Zhejiang.[62] Sekitar tahun 6000 SM, motif-motif bambu dipakai untuk mendekorasi tembikar neolitikum dari budaya Yangshao dan keranjang-keranjang bambu yang berasal dari tahun 2000 SM ditemukan selain slip-slip bambu yang dipakai sebagai tempat menulis yang berasal dari periode Negara-negara Berperang (475 - 221 SM).[61] Bambu pada Tiongkok prasejarah dipakai untuk berbagai keperluan seperti rakit, kipas, pisau potong, ujung panah, alat ukir, gergaji, alat masak, alat tenun dan alat tulis.[61][62][65]
Lonceng: Lonceng yang terbuat dari tembikar ditemukan di beberapa situs arkeologi.[66] Lonceng metal terawal, dengan satu ditemukan di situs Taosi, dan empat di situs Erlitou, berasal dari sekitar tahun 2000 SM, bermula dari prototipe tembikar pada masa sebelumnya.[67] Lonceng-lonceng awal tak hanya memiliki pengaruh penting dalam suara metal tergenerasi, namun dianggap memainkan peran kebudayaan penting. Dengan keberadaan jenis lonceng lain pada masa Dinasti Shang (sekitar 1600 – s. 1050 SM), mereka direlegasikan ke fungsi-fungsi subservien; di situs-situs Shang dan Xhou, mereka juga ditemukan sebagai bagian dari gir kereta kuda dan lonceng anjing.[68]
Peti, kayu: Bukti reruntuhan peti kayu yang masih ada, tertanggal 5000 SM, ditemukan di Makam 4 di Beishouling, Shaanxi. Bukti jelas dari peti kayu dalam bentuk persegi panjang ditemukan di Makam 152 di sebuah situs Banpo awal. Peti Banpo tersebut berisi seorang gadis berusia empat tahun, berukuran 1.4 m (4.5 kaki) kali 0.55 m (1.8 kaki) dan 3–9 cm. Sekitar 10 peti kayu ditemukan dari situs budaya Dawenkou (4100–2600 SM) di Chengzi, Shandong.[69][70] Ukuran peti tersebut, ditentukan oleh jumlah wadah kayu dalam komposisinya, selain menunjukkan tingkat kebangsawan, seperti yang disebutkan dalam Klasik Ritus,[71] Xunzi[72] dan Zhuangzi.[73] Contoh-contoh ini ditemukan di beberapa situs Neolitikum; peti ganda, terawal yang ditemukan dalam situs kebudayaan Liangzhu (3400–2250 SM) di Puanqiao, Zhejiang, terdiri dari peti luar dan dalam, sementara peti tiga lapis, dengan terawalnya ditemukan dari situs kebudayaan Longshan (3000–2000 SM) di Xizhufeng dan Yinjiacheng di Shandong, terdiri dari dua peti luar dan satu peti dalam.[74]
Sebuah wadah air besar dari budaya Yangshao akhir, milenium ke-4 SM.
Perangkat masak dan wadah tembikar: Tembikar terawal, yang dipakai sebagai wadah, ditemukan pada 2012, berada di Gua Xianrendong yang terletak di provinsi Jiangxi, Tiongkok.[75] Tembikar tersebut berasal dari tahun 20,000 sampai 19,000 tahun lampau.[76][77] Wadah-wadah tersebut dipakai sebagai perangkat masak, yang dibuat oleh para pemburu-peramu.[77] Arkeolog Israel Ofer Bar-Yosef mengebarkan bahwa "Saat kau melihat pot-pot tersebut, kau dapat melihat bahwa mereka berada dalam sebuah api."[78]
Sebuah kapak belati perunggu dari Negara Han, Zaman Negara-Negara Berperang (403–221 SM); jenis senjata ini telah ada di Tiongkok sejak zaman Neolitikum
Kapak belati: Kapak belati atau ge dikembangkan dari penerapan batu pertanian pada masa Neolitikum, kapak belati terbuat dari batu yang ditemukan di situs kebudayaan Longshan (3000–2000 SM) di Miaodian, Henan. Ini juga muncul sebagai senjata giok simbolik dan seremonial di sekitaran masa yang sama, dua benda tertanggal dari sekitar tahun 2500 SM, ditemukan di situs Lingjiatan di Anhui.[79] Ge perunggu pertama muncul di situs Erlitou Zaman Perunggu awal,[79] dimana dua buah ditemukan diantara lebih dari 200 artefak perunggu (pada tahun 2002) di situs tersebut,[80] tiga ge giok juga ditemukan di situs yang sama.[81] Sebanyak 72 ge perunggu di Makam 1004 di Houjiazhuang, Anyang,[82] 39 ge giok di makam Fu Hao dan lebih dari 50 ge giok di situs Jinsha ditemukan.[79] Ini adalah senjata dasar Shang (sekitar 1600 – 1050 SM) dan infanteri Zhou (s.1050–256 SM), meskipun ini terkadang dipakai oleh "penyerang" para kru kereta kuda. Ini terdiri dari kayu panjang dengan pisau perunggu yang mengarah ke arah kanan pada ujungnya. Senjata tersebut dapat diayunkan atau ditikam masing-masing dalam rangka menusuk atau menjagal musuh.[83] Pada awal Dinasti Han (202 SM – 220 M), pemakaian militer dari ge perunggu telah menjadi terbatas (kebanyakan seremonial); mereka perlahan digantikan pada masa Dinasti Han dengan tombak besi dan halberd ji besi.[84]
Sebuah model keramik Tiongkok dari sebuah sumur dengan sistem katrol air, diangkat dari sebuah makam dari zaman Dinasti Han (202 SM - 220 M)
Penyedotan air tanah: Beberapa bukti terawal dari sumur terletak di Tiongkok. Tiongkok menemukan dan membuat pemakaian khusus air tanah yang disedot untuk minum. Teks Tiongkok Buku Perubahan, yang aslinya merupakan teks keilahian dari dinasti Zhou Barat (1046 -771 SM), berisi sebuah entri yang menjelaskan bagaimana Tiongkok kuno menunjang sumur mereka dan melindungi sumber air mereka.[85] Bukti arkeologi dan dokumen Tiongkok lama menyatakan bahwa Tiongkok kuno dan pra-sejarah memiliki aptitud dan keterampilan untuk menyedot sumur air tanah untuk air minum pada awal 6000 sampai 7000 tahun yang lalu. Sebuah sumur diekskavasi di situs ekskavasi Hemedu diyakini dibangun pada era Neolitikum.[86] Sumur tersebut dipasangi dengan empat katrol dengan bentuk persegi yang ditempatkan di atas sumur tersebut. 60 sumur tambahan di barat daya Beijing juga diyakini dibangun sekitar tahun 600 SM untuk minum dan irigasi.[86][87]
Gnomon: Sebuah stik lukis tertanggal 2300 SM yang diangkat di situs astronomi Taosi adalah gnomon tertua yang dikenal di Tiongkok.[88] Gnomon banyak dipakai di Tiongkok kuno dari abad kedua SM dan seterusnya dalam rangka menentukan musim, oritentasi, dan bujur geografi. Tiongkok kuno memakai ukuran bayangan untuk membuat kalender yang disebutkan dalam beberapa teks kuno. Meskipun kumpulan antologi puisi Tiongkok Zhou Puisi Klasik, salah satu leluhur jauh dari Raja Wen dari dinasti Zhou memakai panjang bayangan gnomon untuk menentukan orientasi pada sekitar abad ke-14 SM.[89][90]
Sebuah naga giok tertanggal Dinasti Han Barat (202 SM – 9 M).
Pengerjaan giok: Giok Tionghoa memainkan sebuah peran dalam sejarah sains dan teknologi di Tiongkok.[91] Pada zaman Neolitikum, sumber-sumber penting yang diketahui dari giok nerfit di Tiongkok untuk barang-barang giok seremonial dan utilitarian ditemukan di wilayah Ningshao, Delta Sungai Yangtze (Kebudayaan Liangzhu 3400–2250 SM) dan di sebuah wilayah dari provinsi Liaoning dan Mongolia Dalam (kebudayaan Hongshan 4700–2200 BC).[92] Giok Dushan dibuat pada awal 6000 SM dan batu giok adalah batu genggam utama dari pahatan Tiongkok. Giok dihargai karena sifat kerasnya, tahan lama, berkualitas musikal dan indah.[93] Secara umum, kualitas protektif dan warna transkulennya[93] menjadikannya dikaitkan dengan konsepsi Tiongkok dari jiwa dan keabadian.[94] Pemakaian awal yang paling berpengaruh adalah kerajinan Enam Giok Ritual yang ditemukan dari budaya Liangzhu pada milenium ke-3 SM.[95]
Lakuer: Lakuer dipakai di Tiongkok sejak zaman Neolitikum dan berasal dari sebuah substansi yang disarikan dari pohon lac yang ditemukan di Tiongkok.[96] Sebuah mangkuk kayu merah, yang diyakini merupakan kontainer lauker yang diketahui terawal,[97] diangkat di sebuah situs Hemudu (s. 5000 SM – s. 4500 SM).[98] Sinologis dan sejarawan Inggris Michael Loewe menyatakan bahwa peti-peti di beberapa situs Zaman Perunggu awal tampaknya dilakuerkan, dan artikel-artikel dari kayu yang dilakuerkan juga menjadi umum, namun contoh-contoh terawal dari lakuer datang dari situs-situs Dinasti Zhou Timur (771 – 256 SM).[99] Namun, Wang Zhongshu tak sepakat, menyatakan bahwa barang-barang perangkat lakuer tertua berasal dari sebuah situs Xiajiadian (s.2000 – s.1600 SM) di Liaoning yang diangkat pada tahun 1977, barang-barang tersebut merupakan wadah terlakuer merah dalam bentuk wadah-wadah gu perunggu Dinasti Shang.[98] Wang menyatakan bahwa beberapa barang perangkat lakuer dari Dinasti Shang (s.1600 – s.1050 SM), seperti fragmen-fragmen dari kotak-kotak dan cekungan-cekungan, ditemukan, dan memiliki rancangan hitam seperti naga Tiongkok dan taotie pada sebuah latar merah.[98] Ratu Fu Hao (wafat sekitar tahun 1200 SM) dikebumikan di sebuah peti kayu terlakuer.[100] Terdapat tiga lokakarya kekaisaran pada zaman Dinasti Han (202 SM – 220 M) yang secara tunggal dihimpun untuk keperluan kerajinan perangkat lakuer; secara beruntung bagi sejarawan, barang-barang perangkat lakuer Han diinskripsikan dengan lokasi dari lokakarya dimana mereka diproduksi dan tanggal mereka dibuat, seperti gelas besar perangkat lakuer ditemukan di koloni Han di barat laut Korea dengan inskripsi yang menyatakan bahwa ini dibuat di sebuah lokakarya di dekat Chengdu, Sichuan dan tertanggal 55 M.[101] Beberapa negara memiliki tradisi panjang dari karya lakuer, terbentang selama beberapa ribu tahun dalam kasus negara-negara Asia Timur seperti Jepang serta tradisi-tradisi karya lakuer di Asia Tenggara dan bangsa Amerika juga memulainya secara terpisah. Selain itu, Tiongkok membuat bentuk Tionghoa khasnya sendiri dari perangkat lakuer terdekorasi yang disebut Diāoqī (漆雕) atau lakuer ukir.[102][103]
Mi lamian, mirip dengan mi berusia 4,000 tahun yang terbuat dari millet yang ditemukan di Lajia
Penanaman millet: Penemuan varietas broomcorn dan millet ekor rubah yang didomestisasi di Tiongkok utara dari tahun 8500 SM, atau lebih awal, menandakan bahwa penanaman millet mendahului beras di sebagian Asia.[104] Bukti jelas dari millet mulai ditanam pada 6500 SM di situs-situs Cishan, Peiligang dan Jiahu.[105] Reruntuhan arkeologi dari situs Cishan berisi lebih dari 300 lubang penyimpanan, 80 dengan sisa millet, dengan total kapasitas simpanan millet sekitar 100,000 kg di situs tersebut.[106] Pada 4000 SM, kebanyakan wilayah Yangshao memakai sebuah bentuk intensif dari penanaman millet ekor rubah, yang diselesaikan dengan lubang penyimpanan dan alat-alat yang disiapkan untuk penggalian dan pemanenan tanaman tersebut. Kesuksesan para petani millet Tionghoa awal masih terefleksi saat ini dalam DNA dari beberapa populasi Asia Timur modern, seperti kajian-kajian yang menunjukkan bahwa para leluhur petani tersebut mungkin datang ke kawasan tersebut antara 30,000 dan 20,000 tahun lampau, dan haplotipe bakterial mereka masih ditemukan di populasi saat ini di sepanjang Asia Timur.[107]
Mi: Pada 2002,[108] sebuah pengangkatan arkeologi di situs Lajia dari kebudayaan Qijia (2400–1900 SM) menguak mi berusia 4,000 tahun yang terbuat dari millet (menggantikan tepung gandum tradisional) disajikan pada sebuah mangkuk berbahan tanah yang membuat ruang udara di antaranya dan sedimen yang ditemukan; mi-mi tersebut mengingatkan pada mi lamian tradisional dari Tiongkok, yang dibuat dengan cara "berulang kali menarik dan merenggangkan adonan memakai tangan," menurut sebuah laporan BBC News tentang temuan tersebut.[109]
Dayung: Dayung dipakai sejak periode Neolitikum awal; sebuah tembikar berbentuk kano dan enam dayung kayu tertanggal 6000 SM ditemukan di sebuah situs kebudayaan Hemudu di Yuyao, Zhejiang.[110][111] Pada 1999, sebuah dayung berukuran sepanjang 63.4 cm (2 kaki), tertanggal 4000 SM, juga diangkat di Prefektur Ishikawa, Jepang.[112]
Plastromanso: Pemakaian cangkang penyu terawal datang dari situs arkeologi di situs Jiahu. Cangkang-cangkang tersebut, yang berisi pebel-pebel kecil dari berbagai ukuran, warna dan kuantitas, dikeringkan pada lubang-lubang kecil, menandakan bahwa setiap pasang dari mereka aslinya dipasangkan bersamaan. Temuan-temuan serupa juga ditemukan di situs penguburan Dawenkou dari sekitar tahun 4000–3000 SM, serta di Henan, Sichuan, Jiangsu dan Shaanxi.[113] Pengocok cangkang kura-kura untuk sebagian besar terbuat dari cangkang kura-kura darat,[114] diidentifikasikan sebagai Kura-kura kotak Tiongkok.[115] Para arkeolog meyakini bahwa cangkang tersebut dipakai sebagai alat dalam tari seremonial, alat penyembuhan shamantik atau parafernalia ritual untuk keperluan ilahiah.[116]
Alat bajak berbentuk segitiga: Alat bajak batu berukuran segitiga ditemukan di situs-situs kebudayaan Majiabang tertanggal 3500 SM di sekitaran Danau Tai. Alat bajak juga ditemukan di sekitaran situs-situs Liangzhu dan Maqiao di sekitaran periode yang sama. David R. Harris berkata bahwa ini menandakan bahwa penanaman lebih intensif menyempurnakan, mungkin menggemburkan, lahan yang telah dikembangkan pada masa itu. Menurut metode pemakaian dan klasifikasi Mu Yongkang dan Song Zhaolin, alat bajak segitiga memiliki beberapa jenis dan datang dari kekhasan Hemudu dan Luojiajiao, dengan alat bajak kecil Songze dalam proses menengah. Alat-alat bajak setelah Liangzhu memakai hewan-hewan ternak.[117][118]
Pengukus tembikar: Pengangkatan arkeologi menunjukkan bahwa pemakaian pemanas untuk memasak dengan alat masak tembikar yang dikenal sebagai pengukus yan; sebuah yan terdiri dari dua wadah, sebuah zeng dengan bagian dasar diduduki oleh sebuah pot atau wadah dengan pangkal tiga sisi dan penutup bagian atas. Pengukus yan terawal tertanggal dari sekitar 5000 SM diangkat di situs Banpo.[119] Di hilir Sungai Yangzi, pot-pot zeng mula-mula muncul dalam kebudayaan Hemudu (5000–4500 SM) dan kebudayaan Liangzhu (3200–2000 SM) dan dipakai untuk mengukus nasi; terdapat juga pengukus-pengukus yan diangkat di beberapa situs Liangzhu, termasuk 3 ditemukan di situs Chuodun dan Luodun di selatan Jiangsu.[120] Di situs kebudayaan Longshan (3000–2000 SM) di Tianwang di barat Shandong, 3 pengukus yan besar ditemukan.[121]
Vas penyemayaman tembikar: Bukti vas tembikar pertama tertanggal dari sekitar 7000 SM datang dari situs Jiahu awal, dimana sebanyak 32 vas penyemayaman ditemukan,[122] temuan awal lainnya berada di Laoguantai, Shaanxi.[74] Terdapat sekitar 700 vas penyemayaman yang diangkat pada kawasan-kawasan Yangshao (5000–3000 SM) dan terdiri dari lebih dari 50 ragam bentuk. Vas penyemayaman biasanya dipakai untuk anak-anak, meskipun juga secara sporadik juga dipakai untuk orang dewasa, seperti yang terlihat dalam temuan-temuan di Yichuan, Lushan dan Zhengzhou di Henan.[69] Sebuah penguburan sekunder berisi tulang-tulang dari anak-anaka atau orang dewasa ditemukan di vas penyemayaman di Hongshanmiao, Henan.[123] Lubang kecil dibor di kebanyakan vas penyemayaman anak-anak dan dewasa, dan diyakini dapat dimasukki roh.[124] Ini tercatata dalam Ritus Klasik bahwa peti-peti perangkat pengkebumian dipakai pada masa periode legendaris,[125] tradisi penyemayaman dalam vas penyemayaman berlangsung sampai Dinasti Han (202 SM–220 M) saat itu secara bertahap melenyap.[74]
Sebuah cekungan untuk sebuah "vas peti" dari kebudayaan Yangshao Neolitikum (s. 5000 – s. 3000 SM), yang dipakai untuk menyemayamkan seorang anak, dari Shaanxi
Batu giling: Batu giling dipakai di Tiongkok sekitar 10,000 tahun lampau untuk menggiling gandum menjadi tepung. Produksi tepung dengan menggiling gandum memakai tangan menghabiskan waktu beberapa jam.[126] Karena bentuk, dimensi, dan alam perlakuan permukaan mereka, mereka mereproduksi secara presis implemen-implemen yang sangat kuno yang dipakai untuk menggiling biji sereal menjadi tepung. Penggiling biji dikenal di Tiongkok pada Zaman Neolitikum namun batu giling putar tak muncul sampai Periode Negara-negara Berperang.[127] Sebuah penggiling pra-sejarah tertanggal dari 23,000 SM ditemukan di situs arkeologi Longwangchan, Hukou, Shaanxi pada 2007. Situs tersebut terletak di jantung dataran rendah utara Tiongkok di dekat Sungai Kuning.[128]
Tanah yang dimampatkan: Bukti arkeologi dari pemakaian tanah kompak telah ditemukan di situs arkeologi Neolitikum dari budaya-budaya Yangshao dan Longshan di sepanjang Sungai Kuning Tiongkok, tertanggal 5000 SM, teknikl arsitektural tanah kompak umum dipakai untuk tembok dan fondasi di Tiongkok.[129]
Sawah terasering di Longji, Guangxi, Tiongkok
Penanaman padi: Pada 2002, sekelompok Tionghoa dan Jepang dikabarkan menemukan fitolith beras terdomestikisasi yang menjadi fosil yang tampaknya tertanggal 11,900 SM atau lebih awal. Namun, data fitolith tersebut dianggap kontroversial oleh beberapa orang karena masalah-masalah kontaminasi yang potensial.[130] Beras yang didemonstrasikan tersebut diyakini ditanam di tengah Lembah Yangtze pada 7000 SM, seperti yang ditunjukkan dalam temuan-temuan dari budaya Pengtoushan di Bashidang, Changde, Hunan. Pada 5000 SM, padi didomestikisasi di kebudayaan Hemudu dekat Delta Sungai Yangtze dan dimasak dalam pot-pot[131] Meskipun millet masih menjadi tanaman utama di utara Tiongkok sepanjang sejarah, beberapa upaya sporadik dibuat oleh negara untuk mengenalkan beras di sekitaran Teluk Bohai pada awal abad ke-1.[132]
Tanam baris: Tiongkok mulai menanam tanaman dalam keadaan baris pada abad ke-6 SM, sebuah teknik yang membolehkan tanaman tumbuh lebih cepat dengan kekuatan yang lebih besar sementara membolehkan untuk perkebunan yang lebih efisien.[133] Sementara di belahan dunia lainnya, para petani menabur benih di ladang secara acak, Tiongkok menanam biji-bijian dalam keadaan baris untuk mengurangi pengurangan biji. Sebagai perbandingan, ini terjadi di Eropa pada 2200 tahun berikutnya dan Dunia Barat mengadopsi praktik tersebut pada abad ke-18 saat revolusi pertanian Eropa modern timbul di Britania Raya.[134][135] Dalam kronik Tiongkok kuno, Catatan Tahunan Musim Semi dan Musim Gugur yang dikompilasikan pada 241 SM, tanaman ditumbuhkan dalam keadaan baris sehingga mereka dapat menjadi dewasa lebih cepat ketimbang tidak diinterfensikan satu sama lain.[135][136]
Tempat pembuatan garam: Salah satu tempat pembuatan garam terawal untuk memanen garam dikatakan berada di Danau Yuncheng, Shanxi pada 6000 SM.[137] Bukti arkeologi yang kuat dari pembuatan garam tertanggal 2000 SM ditemukan di reruntuhan Zhongba di Chongqing.[138][139]
Wanita Tiongkok abad pertengahan mengolah sutra baru, lukisan awal abad ke-12 dalam gaya Zhang Xuan, Dinasti Song
Serikultur: Serikultur adalah produksi sutra dari ulat-ulat sutra. Sutra tertua yang ditemukan di Tiongkok berasal dari periode Neolitikum Tiongkok dan tertanggal sekitar 3630 SM, ditemukan di provinsi Henan.[140] Barang-barang sutra diekskavasi dari situs kebudayaan Liangzhu di Qianshanyang, Distrik Wuxing, Zhejiang tertanggal sekitar 2570 SM, dan meliputi serat-serat sutra, sebuah sabuk sutra yang dianyam dan sepotong sutra rajut.[140] Sebuah fragmen perunggu ditemukan di situs Dinasti Shang (s. 1600 – s. 1050 SM) di Anyang (atau Yinxu) berisi rujukan tertulis pertama yang diketahui mengenai sutra.[141]
Penanaman kedelai: Penanaman kedelai dimulai di paruh timur utara Tiongkok pada 2000 SM, namun diyakini ada yang lebih awal dari itu.[142] Liu et al. (1997) menyatakan bahwa kedelai bermula di Tiongkok dan didomestisasikan sekitar 3500 SM.[143] Pada abad ke-5, kedelai ditanam di sebagian besar Asia Timur, namun tanaman tersebut tak bergerak ke luar kawasan tersebut sampai abad ke-20.[144] Catatan tertulis dari penanaman tersebut dan pemakaian kedelai di Tiongkok bermula dari setidaknya zaman Dinasti Zhou Barat.[145]
Peti batang pohon: Peti batang pohon, peti batang tunggal atau peti perahu adalah salah satu penguburan umum yang biasanya ditemukan di selatan Tiongkok. Salah satu peti perahu terawal ditemukan di 92 makam penguburan di situs budaya Songze (4000–3000 SM) di Jiaxing, Zhejiang, temuan serupa juga ditemukan dalam fase menengah dari situs kebudayaan Dawenkou (4100–2600 SM).[74]
Penanaman ladang basah dan sawah: Penanaman lahan basah atau sawah, dikembangkan di Tiongkok. Sawah terawal tertanggal 6280 SM, berdasarkan pada penanggalan karbon dari biji-biji beras dan bahan organik tanah yang ditemukan di situs Chaodun di Kabupaten Kushan.[146] Sawah juga diekskavasi oleh para arkeolog di Caoxieshan, sebuah situs dari kebudayaan Majiabang Neolitikum.[147]
Shang dan masa selanjutnya sunting
Penciptaan-penciptaan yang muncul perdana di Tiongkok setelah zaman Neolitikum, khususnya saat dan setelah Dinasti Shang (s. 1600–1050 SM), tercantum di bawah ini.
A sunting
Cermin perunggu dari dinasti Sui (581–618) menampilkan dua belas pembagian shio, bermula dari zaman Negara-negara Berperang (403–221 SM) di Tiongkok
Tusuk jarum: Tusuk jarum, praktik pengobatan Tionghoa tradisional dengan menusukkan jarum-jarum ke titik-titik tertentu dari tubuh untuk keperluan terapi dan memulihkan luka, pertama kali disebutkan dalam Huangdi Neijing yang dikompilasikan dari abad ke-3 sampai ke-2 SM (zaman Negara-Negara Berperang sampai Dinasti Han).[148] Jarum akupuntur tertua yang diketahui terbuat dari emas, ditemukan di makam of Liu Sheng (w. 113 SM), tertanggal zaman Han Barat (203 SM – 9 M); penggambaran ukiran batu tertua yang diketahui dari tusuk jarum dibuat pada masa Han Timur (25–220 M); patng perunggu dari sebuah manekin tusuk jarum tertua yang diketahui tertanggal tahun 1027 pada masa Dinasti Song (960–1279).[149]
Shio: Versi terawal dan paling lengkap dari shio menyebut dua belas hewan yang berbeda dari versi modern (contohnya, shio naga tidak ada, diwakili ulat).[150] Setiap hewan membariskan Cabang Bumi dan ditulis pada slip-slip bambu dari Shuihudi, tertanggal akhir abad ke-4 SM,[151] serta dari Fangmatan, tertanggal akhir abad ke-3 SM.[151] Sebelum temuan-temuan arkeologi tersebut, Lunheng yang ditulis oleh Wang Chong (27 – s. 100 M) pada abad ke-1 menyediakan contoh transmisi terawal dari lingkar hewan duodenari lengkap.[152]
Bola armiler bertenaga hidrolik: Hipparchus (s. 190 – s. 120 SM)[153] menyebut matematikawan, geografer, astronom dan penyair Yunani kuno Eratosthenes (276–194 SM) sebagai orang pertama yang menemukan bola armiler yang merepresentasikan bola langit. Namun, astronom Tiongkok Geng Shouchang dari Dinasti Han (202 SM – 220 M) menemukannya secara terpisah di Tiongkok pada 52 SM, sementara polimatik dinasti Han Zhang Heng (78–139 M) adalah orang pertama yang menerapkan kekuatan motif untuk merotasi bola armiler dengan sebuah set gir kompleks yang diputar oleh sebuah roda air yang ditenagai oleh kepala presur konstan dari sebuah jam klepsidra mengalir, yang ia tunjang dengan sebutan tambahan tank antar reservoir dan wadah aliran.[154][155][156][157][158]
Artileri: Artileri Tiongkok awal memiliki bentuk mirip vas. Ini meliputi "rangkaian panjang yang menginspirasi" meriam tertanggal 1350 dan ditemukan dalam risalah Dinasti Mingi abad ke-14 Huolongjing.[159] Dengan pengembangan teknik metalurgi yang lebih baik, meriam-meriam pada masa selanjutnya meninggalkan bentuk vas dari artileri Tiongkok awal. Perubahan ini dapat terlihat dalam "ribuan meriam petir bola" perunggu, sebuah contoh awal dari artileri lapangan.[160]
B sunting
Sebuah contoh dari slip bambu Museum Shanghai (s. 300 SM), bagian tercatat dari sebuah komentar tentang Puisi Klasik
Mata uang Huizi, yang dikeluarkan pada 1160
Sebuah ilustrasi furnis yang dioprasikan oleh roda-roda air, dari Nong Shu, oleh penemu dan insinyur mesin Tiongkok Wang Zhen, 1313 M, pada masa Dinasti Yuan.
Alat Pintal, karya artis Song Utara (960–1127) Wang Juzheng. Tiongkok menemukan sabuk penggerak pada abad ke-1 SM untuk perangkat pemintalan sutra.[161]
Sebuah ilustrasi cetak dari sebuah ensiklopedia yang menggambarkan pria yang mengerjakan proses pembuatan bisu dan mengerjakan permukaannya dengan mencairkan besi untuk memproduksi cetakan bisu.
Baguenaudier: Cincin Tiongkok atau baguenaudier adalah sebuah disentanglement puzzle yang terdiri dari sebuah tali yang harus melewati cincin-cincin pada pilar-pilar yang saling berhubungan. Meskipun asal muasalnya diragykabm puzzle tersebut aslinya ditemukan di Tiongkok. Etnografer Amerika Stewart Culin mengaitkan sebuah tradisi yang mengaitkan penciptaan pussle tersebut kepada jenderal Tiongkok abad ke-2/ke-3 Zhuge Liang.[162][163]
Slip bambu dan kayu: Slip bambu dan kayu (Hanzi: 简牍; Pinyin: jiǎndú) adalah median utama untuk dokumen di Tiongkok sebelum merebaknya pengenalan kertas pada abad ke-2 (sutra secara khusus digunakan, namun mahal.) Strip sempit panjang kayu atau bambu biasanya berisi kolom tunggal dari setiap teks yang ditulis memakai kuas, dengan ruang untuk sekitar sepuluh karakter Mandarin kuno yang kompleks secara visual. Untuk teks yang lebih panjang, beberapa slip ditempatkan bersamaan dalam wadah. Setiap strip kayu atau bambu dikatakan sepanjang sumpit dan selebar keduanya. Contoh-contoh slip kayu atau bambu terawal yang masih ada tertanggal abad ke-5 SM pada zaman Negara-negara Berperang. Namun, rujukan-rujukan dalam teks-teks sebelumnya yang terdapat pada media lainnya menjadikannya jelas bahwa beberapa pendahulu dari slip-slip bambu zaman Negara-negara Berperang tersebut telah dipakai setidaknya pada akhir zaman dinasti Shang (dari sekitar 1250 SM). Strip bambu atau kayu adalah material penulisan standar pada masa dinasti Han dan mengekskavasi contoh-contoh yang ditemukan dalam keadaan abundan.[164] Tablet-tablet bambu dipakai untuk menulis sebelum kertas ditemukan oleh Cai Lun pada masa dinasti Han. Slip-slip bambu dipakai bersamaan untuk membuat jenis buku mengambang.[165] Kemudian, penciptaan kertas pada zaman Dinasti Han mulai menggantikan bilah bambu dan kayu dari pemakaian umum, dan pada abad ke-4 M, bambu sebagian besar ditinggalkan sebagai media penulisan di Tiongkok.
Uang kertas: Mata uang kertas pertama kali dikembangkan di Tiongkok. Akar-akarnya adalah dalam struk deposit dagang pada masa Dinasti Han (618–907), karena para pedagang dan penjual ingin menghindari pengangkutan berlebihan dari koin tembaga dalam transaksi komersial besar.[166][167][168] Pada masa Dinasti Song (960–1279), pemerintah pusat mengadopsi sistem ini untuk memonopolisasi industri garam mereka, namun pengurangan produksi perunggu bertahap—karena pertambangan ditutup dan peredaran mata uang tembaga buatan Song di Jepang, Asia Tenggara, Xia Barat dan Dinasti Liao—mendorong pemerintah Song pada awal abad ke-12 untuk mengeluarkan mata uang kertas cetakan pemerintah bersama dengan tembaga untuk memudahkan tawaran pada pertambangan negara mereka dan mendebaskan nilai tembaga.[169] Pada awal abad ke-11, pemerintah dinasti Song memerintahkan enam belas bank swasta untuk mengeluarkan alat tukar di Sichuan, namun pada 19023, pemerintah mengomandani wirahusaha ini dan menghimpun sebuah badan untuk menaungi pabrik uang kertas disana. Mata uang kertas terawal terbatas pada wilayah tertentu dan tak dipakai di luar bon-bon terspesifikasi, namun kertas sempat didukung oleh toko-toko emas dan perak, pemerintah Dinasti Song mengisiasikan mata uang kertas seluruh negeri, antara 1265 dan 1274.[168] Dinasti Jin (1115–1234) juga mencetak mata uang kertas setidaknya pada tahun 1214.[170]
Bola Baoding: Bola Baoding adalah bola metal Tiongkok yang dapat dipegang satu tangan. Ditujukan untuk menunjang deksteritas jari, menyamankan tangan, atau membantu pemulihan kekuatan otot dan keterampilan motorik setelah pembedahan, bola Baoding bekerja mirip dengan bola stres Barat. Bola Baoding tampaknya pertama kali dibuat di Hebei, Tiongkok, pada masa Dinasti Ming. Dulunya, mereka sering disebut "bola besar" karena mereka awalnya terbuat dari besi. Bola meditasi masih dibuat disana.[171]
Ubub bertenaga hidrolik: Pembuatan ubub berbeda di Tiongkok sering mensyaratkan arus udara berkelanjutan yang dapat mengibaskan metal-metal serbuk. Pemakaian piston aksi ganda disebutkan oleh filsuf Tiongkok Lao Tzu pada sekitar tahun 500 SM untuk memproduksi arus udara berkelanjutan.[172] Meskipun tidak diketahui jika ubub metalurgi (perangkat penghembus udara) pada Dinasti Han (202 SM – 220 M) adalah jenis tas kulit atau jenis kipas kayu yang ditemukan pda Dinasti Yuan (1279–1368), politikus dan teknisi mekanikal dinasti Han Timur Du Shi (w. 38 M) menerapkan pemakaian roda air berputar untuk mentenagai tanur tiupnya untuk mencairkan besi, sebuah metode yang masih dipakai di Tiongkok pada masa setelahnya, seperti yang dibuktikan oleh catatan-catatan pada masa selanjutnya; ini adalah sebuah penemuan signfiikan yang membuat ladang produksi besi meningkat dan menunjang seluruh komponen yang dibutuhkan untuk mengkonversi gerak rotari ke dalam gerak resiprokasi.[158][173][174][175][176]
Penggerak sabuk: Penggerak sabuk mekanikal, memakai mesin katrol, pertama kali disebutkan dalam seks Kamus Ekspresi Lokal oleh filsuf, penyair dan politikus Dinasti Han Yang Xiong (53–18 SM) pada 15 SM, memakai sebuah mesin quilling yang menjahit serat-serat sutra pada bobbin untuk perajutan.[161] Penggerak sabuk adalah komponen esensial untuk penemuan mesin pemintal.[177][178] Penggerak sabuk tak hanya dipakai dalam teknologi-teknologi tekstil, ini juga diterapkan kepada ubub bertenaga hidraulis bermula dari abad ke-1 M.[177]
Gantungan sabuk: Gantungan sabuk adalah sebuah alat pemberi kemudahan yang dipakai di Tiongkok. Gantungan-gantungan sabuk bermula dari abad ke-7 SM di Tiongkok,[179] dan terbuat dari perunggu, besi, emas dan giok.[179] Teks-teks mengklaim bahwa gantungan sabuk datang ke Tiongkok dari Asia Tengah pada zaman Negara-negara Berperang, namun bukti arkeologi dari gantungan sabuk di Tiongkok bermula sebelum Zaman Negara-negara Berperang.[180]
Bintie: Bintie (Hanzi sederhana: 镔铁; Hanzi tradisional: 鑌鐵) adalah sebuah besi yang disepuhkan, yang dikenal karena kadar kerasnya. Ini sering kali dipakai dalam pembuatan senjata-senjata Tionghoa. Bahan metal tersebut adalah sebuah bagian penting dari pemasukan di Tiongkok Yuan pada abad pertengahan sebagai kemajuan teknologi dari dinasti Song yang ditunjang teknologi pelelehan Yuan. Bintie disebut sebagai "baja murni", karena kandungan karbon tingginya.[181][182]
Pengendalian hama biologis: Laporan pertam dari pemakaian spesies serangga untuk mengendalikan hama serangga berasal dari "Nan Fang Cao Mu Zhuang" (南方草木狀 Tanaman-tanaman Kawasan Selatan) (sekitar tahun 304 Masehi), yang diatributkan kepada botanis dinasti Jin Barat Ji Han (嵇含, 263–307), dimana karya tersebut menyebutkan bahwa "orang-orang Jiaozhi menjual semut-semut dan sarang-sarang mereka untuk diperlakukan seperti amplop-amplop katun, semut kuning kemerahan lebih besar ketimbang ukuran yang biasanya. Tanpa semut-semut semacam itu, buah-buah sitrus akan dirusak serangga tertentu".[183] Semut yang dipakai tersebut dikenal sebagai semut huang gan (huang = kuning, gan = sitrus) (Oecophylla smaragdina). Praktik tersebut kemudian dilaporkan oleh Ling Biao Lu Yi (akhir dinasti Tang atau awal Lima Dinasti), dalam Ji Le Pian karya Zhuang Jisu (Dinasti Song Selatan), dalam Buku Penanaman Pohon karya Yu Zhen Mu (Dinasti Ming), dalam buku Guangdong Xing Yu (abad ke-17), Lingnan karya Wu Zhen Fang (Dinasti Qing), dalam Nanyue Miscellanies karya Li Diao Yuan, dan lain-lain.[183]
Tanur tiup: Meskipun peralatan dan senjata besi tuang yang ditemukan di Tiongkok tertanggal dari abad ke-5 SM, tanur-tanur tiup Tiongkok terawal yang ditemukan, yang memproduksi besi kasar yang dapat dilelehkan ulang dan disepuhkan menjadi besi tuang dalam tanur kupola, tertanggal abad ke-3 dan ke-2 SM, sementara kebanyakan situs tanur tiup awal yang ditemukan tertanggal dari zaman Dinasti Han (202 SM – 220 M) tak lama setelah 117 SM dengan pendirian monopoli negara atas industri garam dan besi pada masa pemerintahan Kaisar Wu dari Han (memerintah 141 – 87 SM); kebanyakan tempat pandai besar yang ditemukan tertanggal sebelum 117 SM bertindak sebagai pengecoran yang mengolah besi yang dilelehkan dalam tanur tiup di tempat lain di wilayah pinggiran yang jauh dari pusat-pusat populasi.[184][185]
Senjata bombard: Perwakilan tertua dari sebuah bombard dapat ditemukan di kota Tiongkok Ta-tsu. Pada 1985, sejarawan Kanada Robin Yates mengunjungi kuil gua Buddha dimana ia melihat ikuran di tembok menggambarkan iblis memegang bombard genggam. Alat tersebut tampak memiliki sebuah ledakan dan berasal dari yang beberapa orang yakini menunjang beberapa jenis senapan super. Yates mengeksaminasi gua tersebut dan meyakini gambar-gambar tersebut bermula dari akhir abad ke-12.[186]
Bom besi tuang: Catatan pertama dari bom yang terbuat dari cangkang besi tuang dikemas dengan bubuk meriam ledak—berlawanan dengan jenis-jenis awal dari pemasangan—ditulis pada abad ke-13 di Tiongkok.[187] Istilah tersebut dicanangkan untuk makamnya ("bom pemecah petir") saat sebuah pertempuran angkatan laut Dinasti Jin (1115–1234) tahun 1231 melawan bangsa Mongol.[188] Sejarah Jin (dikompilasikan pada 1345) menyatakan bahwa pada 1232, saat jenderal Mongol Subutai (1176–1248) menyerang kekuatan Jin di Kaifeng, para pasukan pertahanannya memiliki sebuah "bom pemecah petir" yang "terdiri dari bubuk miriam yang dimasukkan dalam kontainer besi ... kemudian saat benda tersebut disulut (dan proyektil ditembakkan) terdapat ledakan besar yang suaranya seperti petir, jangkauannya sampai lebih dari seratus li, dan vegetasi mengering dan terbakar oleh panas sepanjang wilayah lebih dari satu setengah mou. Saat diserang, bahkan zirah besi menjadi berpecahan."[188] Pejabat Dinasti Song (960–1279) Li Zengbo menulis pada 1257 bahwa arsenal-arsenal harus memiliki beberapa ratus cangkang bom besi yang tersedia saat ia berada di Jingzhou, sekitar satu sampai dua ribu diproduksi setiap bulan untuk pengerahan sepuluh sampai dua puluh ribu pada sekali waktu di Xiangyang dan Yingzhou.[189] Signifikansi dari hal ini, menurut sinologis, ilmuwan, dan sejarawan Inggris Joseph Needham, adalah sebuah "perpaduan bubuk meriam bernitrat tinggi yang telah dicapai pada akhirnya semenjak tak ada hal yang kurang yang dimiliki kandungan pemasangan besi tersebut."[190]
Referensi sunting
Kutipan sunting
Joseph Needham, Science and Civilisation in China, 1954–2008, Cambridge University Press
Bowman (2000), 104–105.
Komentar
Posting Komentar