Perang 9 tahun

Perang Sembilan Tahun (1688–97) – sering disebut Perang Aliansi Agung, Perang Penerus Palatine, atau Perang Liga Augsburg adalah perang besar pada akhir abad ke-17 antara Raja Louis XIV dari Prancis melawan Aliansi Agung yang dipimpin oleh Stadtholder Belanda dan Raja Inggris William III, Kaisar Romawi Suci Leopold I, Raja Charles II dari Spanyol, Victor Amadeus II dari Savoy, dan pangeran-pangeran besar dan kecil dari Kekaisaran Romawi Suci. Perang Sembilan Tahun berkecamuk di Eropa daratan dan perairan sekitarnya, tetapi juga merambat ke Irlandia karena William III dan James II memperebutkan kekuasaan Kepulauan Britania. Selain itu, meletus pula kampanye militer kecil antara pemukim Inggris dan Prancis serta sekutu penduduk asli mereka di Amerika Utara (Perang Raja William).

Perang Sembilan Tahun

Pengepungan Namur, Juni 1692 oleh Jean-Baptiste Martin le vieux
Tanggal September 1688 – September 1697
Lokasi Eropa Daratan, Irlandia, Amerika Utara, Asia
Hasil Traktat Ryswick
Louis XIV mengakui William III dari Oranye sebagai Raja Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.
Perubahan
wilayah Prancis menguasai Alsace (termasuk Strasbourg) dan menyerahkan Freiburg, Breisach, dan Philippsburg kepada Kekaisaran Suci Romawi, memperoleh kembali Pondicherry (setelah membayar pagoda kepada Belanda) dan Nova Scotia, Spanyol memperoleh Katalonia dari Prancis, dan benteng Mons, Luxembourg, dan Kortrijk. Kadipaten Lorraine dikembalikan kepada Leopold Joseph dari Prancis.

Pihak terlibat
Aliansi Agung:
 Republik Belanda
 Inggris
 Kekaisaran Romawi Suci
 Spanyol
 Piedmont-Savoy
 Swedia (hingga 1691)
 Skotlandia
 Prancis
 Yakobit Irlandia
Tokoh dan pemimpin
Republik Belanda Kerajaan Inggris Skotlandia Raja William III/II
Republik Belanda Pangeran Waldeck
Kekaisaran Romawi Suci Adipati Lorraine
Kekaisaran Romawi Suci Elektor Bayern
Kekaisaran Romawi Suci Margrave Baden
Kekaisaran Romawi Suci Elektor Brandenburg
Kekaisaran Romawi Suci Eugene dari Savoy
 Adipati Savoy
Spanyol Marquis Gastañaga
Spanyol Adipati Villahermosa
Kerajaan Prancis Louis XIV
Kerajaan Prancis Duc de Luxembourg
Kerajaan Prancis Marquis de Vauban
Kerajaan Prancis Duc de Boufflers
Kerajaan Prancis Duc de Lorge
Kerajaan Prancis Nicolas Catinat
Kerajaan Prancis Duc de Noailles
Kerajaan Prancis Duc de Duras
Kerajaan Prancis Duc de Villeroi
Kerajaan Prancis Duc de Vendôme
James II dari Inggris
Earl Tyrconnell
Setelah Perang Prancis-Belanda pada tahun 1678, Louis XIV muncul sebagai raja terkuat di Eropa; meskipun kekuasaannya telah bertambah, sang 'Raja Matahari' masih belum puas. Dengan menggabungkan agresi, aneksasi, dan cara semi-legal, Louis XIV mencoba memperluas kekuasaannya untuk menstabilkan dan memperkuat perbatasan Prancis, yang mengakibatkan meletusnya Perang Reunion (1683–84). Gencatan Senjata Ratisbon menjamin perluasan perbatasan Prancis selama dua puluh tahun, tetapi tindakan Louis XIV yang selanjutnya - terutama pencabutan Maklumat Nantes pada tahun 1685, dan upayanya untuk memperkuat pengaruhnya di Rhineland Jerman - mengakibatkan kemunduran dominasi militer dan politiknya. Keputusan Louis XIV untuk menyeberang sungai Rhine dan mengepung Philippsburg pada September 1688 awalnya diupayakan untuk memaksa Kekaisaran Romawi Suci menerima klaim teritori dan dinasti Louis. Namun, ketika Kaisar Romawi Suci dan pangeran-pangeran Jerman menolak, dan saat William III menyeret Belanda dan Inggris ke dalam perang melawan Prancis, Louis XIV akhirnya menghadapi koalisi kuat yang berupaya menghentikan ambisinya.

Sebagian besar pertempuran meletus di sekitar perbatasan Prancis: di Belanda Spanyol; Rheinland; Kadipaten Savoia; dan Katalonia. Dalam peperangan ini, pengepungan lebih banyak dilakukan, terutama di Mons, Namur, Charleroi, dan Barcelona. Pertempuran terbuka seperti di Fleurus dan Marsaglia lebih jarang. Pertempuran-pertempuran tersebut umumnya menguntungkan angkatan bersenjata Louis XIV; namun, pada tahun 1696, Prancis dililit oleh krisis ekonomi. Kekuatan Maritim (Inggris dan Republik Belanda) juga dananya sudah habis, dan setelah Savoy berkhianat, Aliansi Agung setuju untuk bernegosiasi. Traktat Ryswick ditandatangani pada tanggal 20 September 1697, dan berdasarkan perjanjian damai tersebut, Louis tetap menguasai Alsace, tetapi harus mengembalikan Lorraine ke pemiliknya; ia juga harus menyerahkan daerah yang ia rebut di tepi kanan sungai Rhine. Louis XIV setuju untuk mengakui William III sebagai Raja Inggris, sementara Belanda memperkuat benteng di Belanda Spanyol untuk menjaga perbatasannya. Namun, dengan kematian Charles II dari Spanyol yang tak memiliki keturunan, konflik baru yang berkaitan dengan penerus Kekaisaran Spanyol, yaitu Perang Suksesi Spanyol, akan segera meletus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

mengenal kota aleppo