Dinasti Rashtrakuta-Chalukya

Dinasti Chalukya (bahasa Kannada: ಚಾಲುಕ್ಯರು [tʃaːɭukjə]) adalah dinasti yang menguasai sebagian besar anak benua India selatan dan tengah dari abad ke-6 hingga abad ke-12. Dinasti ini terdiri dari tiga dinasti yang berbeda namun terkait. Dinasti paling awal yang disebut "Chalukya Badami" berkuasa dari Watapi (kini Badami) dari pertengahan abad ke-6. Chalukya Badami menyatakan kemerdekaannya setelah Dinasti Kadamba dari Banawasi mengalami kemunduran. Dinasti ini kemudian dengan cepat bangkit pada masa kekuasaan Pulakesi II. Setelah kematian Pulakesi II, Chalukya Timur menjadi kerajaan merdeka di Dekkan timur. Mereka berkuasa dari Wengi hinga sekitar abad ke-1. Di Dekkan barat, bangkitnya Dinasti Rashtrakuta pada pertengahan abad ke-8 memudarkan pengaruh Chalukya Badami sebelum penerus mereka Chalukya Barat bangkit lagi pada abad ke-10. Chalukya Barat berkuasa dari Kalyani (kini Basavakalyan) hingga akhir abad ke-12.

Dinasti Chalukya
ಚಾಲುಕ್ಯ ರಾಜವಂಶ
543–753
Wilayah Kemaharajaan Chalukya Badami, 636 CE, 740 CE
Wilayah Kemaharajaan Chalukya Badami, 636 CE, 740 CE
Status
Kemaharajaan
(Bawahan Dinasti Kadamba hingga tahun 543)
Ibu kota
Badami
Bahasa yang umum digunakan
Kannada
Sanskerta
Agama
Hinduisme
Jainisme
Pemerintahan
Monarki
Maharaja
 
• 543–566
Pulakesi I
• 746–753
Kirtiwarman II
Sejarah
 
• Catatan terawal
543
• Didirikan
543
• Dibubarkan
753
Didahului oleh Digantikan oleh
 dns Kadamba
dns Rashtrakuta 
Chalukyas Timur 

Kekuasaan Chalukya merupakan kejadian penting dalam sejarah India Selatan dan zaman keemasan dalam sejarah Karnataka. Atmosfer politik di India Selatan berubah dari kerajaan-kerajaan kecil menjadi kemaharajaan-kemaharajaan besar berkat bangkitnya Chalukya Badami. Kerajaan yang berbasis di India Selatan menguasai dan mengonsolidasi seluruh wilayah antara sungai Kaveri dan Narmada. Di kemaharajaan ini, terdapat administrasi yang efisien, perdagangan ke luar negeri, dan perkembangan gaya arsitektur baru yang disebut "arsitektur Chalukya". Sastra Kannada didukung oleh Chalukya Barat dalam tradisi Jain dan Weerashaiwa. Pada abad ke-11 muncul sastra Telugu di bawah dukungan Chalukya Timur.

Asal usul
sunting
Walaupun terdapat banyak pendapat mengenai asal usul Chalukya, sebagian besar sejarawan telah mencapai konsensus bahwa pendiri kemaharajaan di Badami berasal dari Karnataka.[1][2][3][4][5][6][7][8][9][10] Menurut salah satu teori, Chalukya merupakan keturunan suku "Seleukia" dari Irak dan konfliknya dengan Pallawa dari Kanchi merupakan lanjutan konflik lama antara Seleukia dengan "Parthia", yang dikatakan sebagai nenek moyang orang Pallawa. Namun, teori ini ditolak karena mengasumsikan garis keturunan berdasarkan nama klan yang terdengar mirip.[11]

Teori lain menyatakan bahwa mereka adalah keturunan kepala suku dari abad ke-2 yang bernama Kandachaliki Remmanaka yang merupakan bawahan feodal Andhra Ikshwaku (dari prasasti Ikshvaku pada abad ke-2). Namun, teori ini gagal menjelaskan perbedaan garis keturunan. Kefeodalan Kandachaliki disebut Washisthiputra dari Hiranyakagotra. Namun, Chalukya menyebut diri mereka Harithiputra dari Manavyasagotra di prasasti mereka, yang memiliki garis keturunan yang sama dengan tuan mereka pada awalnya Kadamba dari Banavasi. Maka mereka merupakan keturunan dari Kadamba. Chalukya menguasai wilayah yang sebelumnya diperintah oleh Kadamba.[12]

Catatan mengenai Chalukya Timur mengklaim bahwa salah seorang penguasa Ayodhya datang ke selatan, mengalahkan Pallawa, dan menikahi seorang putri Pallawa. Ia dikaruniai seorang anak yang dinamai Wijayaditya yang diklaim sebagai ayah dari Pulakesi I. Namun, terdapat prasasti Chalukya yang memastikan bahwa Jayasimha adalah kakek Pulakesi I.[13][14][15][16] Menghubungkan garis keturunan keluarga kerajaan India Selatan dengan kerajaan di Utara merupakan praktik yang populer pada abad ke-11. Catatan Chalukya Badami sendiri tidak menyebut Ayodhya sebagai tempat asal usul.[17][18]

Walaupun teori asal usul dari Ayodhya telah ditolak oleh sejarawan, K V Ramesh menyatakan bahwa migrasi ke selatan merupakan kemungkinan yang patut dipertimbangkan.[19] Menurutnya, ketiadaan penyebutan hubungan keluarga dengan Ayodhya dan identitas Kannadiga mungkin disebabkan oleh migrasi ke wilayah Karnataka. Maka, asal usul nenek moyang mereka mungkin dianggap tidak penting bagi maharaja yang menganggap diri mereka sebagai penduduk asli wilayah yang berbahasa Kannada.[20] Tulisan penyair Kashmir pada abad ke-12 yang bernama Bilhana menyatakan bahwa keluarga Chalukya berasal dari kasta Sudra, sementara sumber lain mengklaim bahwa mereka adalah seorang ksatria.[21]

Prasasti-prasasti Chalukya Badami ditulis dalam bahasa Kannada dan Sanskerta.[22][23][24] Prasasti-prasasti mereka menyebut diri mereka Karnata dan nama-nama mereka mengunakan gelar asli Kannada seperti Priyagallam dan Noduttagelvom. Nama-nama beberapa pangeran Chalukya berakhir dengan istilah Kannada arasa (yang berarti "raja").[25][26] Prasasti Rashtrakuta menyebut Chalukya Badami Karnatabala ("Kekuatan Karnata"). Terdapat pula dugaan bahwa kata "Chalukya" berasal dari kata Salki atau Chalki yang merupakan istilah dalam bahasa Kannada untuk implemen agrikultur.[27][28]

Sejarawan seperti D R Bhandarkar dan Hoernle meyakini bahwa Chalukya adalah salah satu klan penguasa di Gurjara (atau Gujjar) dan menggunakan perubahan nama provinsi Lata menjadi Gurjaratra sebagai dasar. Bhandarkar menjelaskan bahwa bila Chalukya bukan orang Gurjar, provinsi tersebut tidak mungkin diubah namanya menjadi Gurjaratra (negara yang diperintah atau dilindungi oleh Gurjar). Namun, ahli seperti D. P. Dikshit berargumen bahwa belum tentu Chalukya mengganti nama wilayah tersebut karena memiliki keterkaitan erat dengan Gurjara.[29] Akan tetapi, Dr. V. A. Smith dan A. M. T. Jackson juga mendukung pandangan bahwa Chalukya adalah cabang dari Gurjar (atau Gujjar).[30]

Rashtrakuta (bahasa Kannada: ರಾಷ್ಟ್ರಕೂಟ, Sanskerta: राष्ट्रकूट rāṣṭrakūṭa) adalah dinasti yang menguasai sebagian besar anak benua India antara abad ke-6 hingga abad ke-10. Prasasti Rashtrakuta pertama berasal dari abad ke-7 yang menyebut bahwa mereka berkuasa dari Manpur di wilayah Malwa yang kini merupakan bagian dari Madhya Pradesh. Klan-klan Rashtrakuta lain yang berkuasa menurut prasasti tersebut adalah raja-raja Achalapur (kini Elichpur di Maharashtra) dan penguasa-penguasa Kannauj. Hingga kini asal usul dan bahasa Rashtrakuta masih diperdebatkan.

ರಾಷ್ಟ್ರಕೂಟ
753–982

  Jangkauan terluas Kemaharajaan Rashtrakuta, 800 M, 915 M
Status
Kemaharajaan
Ibu kota
Manyakheta
Bahasa yang umum digunakan
Kannada
Sanskerta
Agama
Hinduisme
Jainisme
Buddhisme
Pemerintahan
Monarki
Maharaja
 
• 735–756
Dantidurga
• 973–982
Indra IV
Sejarah
 
• Catatan Rashtrakuta pertama
753
• Didirikan
753
• Dibubarkan
982
Didahului oleh Digantikan oleh
 Chalukya
krj Chalukya Barat 

Klan yang berkuasa dari Elichpur secara feodal merupakan bawahan dari Chalukya Badami dan selama kekasaan Dantidurga mereka menjatuhkan Kirtiwarman II dari Chalukya dan kemudian mendirikan kemaharajaan dengan wilayah Gulbarga di Karnataka sebagai basisnya. Klan ini dikenal dengan nama Rashtrakuta Manyakheta yang bangkit di India selatan pada tahun 753. Pada saat yang sama, dinasti Pala dari Benggala dan dinasti Prathihara dari Malwa semakin menguat. Tulisan Arab Silsilatuttavarikh (851) menyebut bahwa Rashtrakuta adalah salah satu dari empat kekaisaran utama di dunia.[1]

Pada periode kekuasaan Dinasti Rashtrakuta dari abad ke-8 hingga abad ke-10, berlangsung persaingan antara Rashtrakuta, Pala, dan Prathihara dalam memperebutkan sumber daya alam di dataran Gangga yang kaya, dengan masing-masing dari ketiga negara tersebut telah menganeksasi pusat kekuasaan di Kannauj untuk sementara. Pada puncak kejayaannya, Rashtrakuta Manyakheta menguasai kemaharajaan besar yang membentang dari sungai Gangga dan sungai Yamuna di utara hingga Tanjung Comorin di selatan. Pada masa itu pula terdapat berbagai pencapaian arsitektural dan sumbangan-sumbangan kesusasteraan yang terkenal. Raja-raja dinasti ini awalnya beragama Hindu, namun nantinya sangat dipengaruhi oleh Jainisme.

Selama kekuasaan dinasti ini, matematikawan dan ahli Jain menulis karya-karya penting dalam bahasa Kannada dan Sanskerta. Amoghawarsha I adalah raja dinasti Rashtrakuta yang paling terkenal dan menulis Kavirajamarga, karya sastra penting dalam bahasa Kannada. Sementara itu, arsitektur dinasti ini bergaya Dravida, dan contoh-contoh terbaiknya adalah Kuil Kailasanath di Ellora. Sumbangan penting lainnya adalah skulptur-skulptur di Gua Elephanta di Maharashtra dan kuil Kashivishvanatha dan kuil Jain Narayana di Pattadakal, Karnataka, dan semuanya merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi