Sejarah Afrika Selatan

Kedatangan orang Eropa
sunting
Penempatan Eropa yang pertama di Afrika Selatan ialah di Table Bay (kini Cape Town) oleh Serikat Hindia Timur Belanda (VOC) pada tahun 1652. Pada asalnya ia didirikan sebagai pusat persinggahan untuk kapal-kapal yang melaluinya. Namun, koloni ini kian berkembang ketika petani-petani Belanda membuka ladang-ladang mereka di penempatan ini. Selepas itu, budak-budak diimport dari Afrika Timur, Madagascar dan India Timur, untuk bekerja di ladang mereka.

Pada tahun 1679, Serikat VOC mengambil keputusan untuk meningkatkan pengeluaran pertanian di penempatan ini dengan menggalakkan lebih banyak penduduk Eropa pindah ke penempatan ini. Para pendatang berbangsa Jerman dan Belanda ditawarkan ladang percuma apabila mereka datang ke Cape. Pada tahun 1688 beberapa ratus orang berbangsa Huguenots yang lari dari penindasan kerajaan Prancis berpindah ke Cape dan diberi tanah di penempatan ini. Pendatang-pendatang tersebut kemudiannya menerima budaya serta bahasa Belanda dengan hati yang terbuka. Sebagai peladang mereka menanam gandum yang banyak dan bijirin yang lain untuk dijual ke VOC. Disamping itu, mereka menanam pokok anggur untuk dijadikan anggur dan brandi - produk yang mempunyai permintaan yang tinggi oleh pelayar-pelayar Belanda dan juga dapat diekspor ke Eropa. Namun, ekonomi yang penting untuk para pendatang adalah peternakan, yang memerlukan kawasan padang rumput yang luas sebab tanah di Cape kurang subur. Pada akhir abad itu, ladang rumput yang gersang menjadi suatu masalah besar bagi pendatang-pendatang di penempatan ini.

Akibatnya, pada tahun 1700 petani-petani ini menerobos masuk ke wilayah kerajaan Bantu, 700 kilometer ke timur Cape Town. Ini menimbulkan konflik antara pihak pendatang dengan suku Bantu dan Xhosa dan memulai peperangan selama satu abad, dimana pihak Belanda berhasil menaklukan kerajaan Xhosa. Pada masa yang sama, tempat-tempat di luar jangkauan Belanda melancarkan kerajaan yang baru yaitu kerajaan Zulu.

Pada 1820 an, pemimpin Zulu yang terkenal yaitu Shaka mendirikan kerajaan yang besar di tenggara Afrika yaitu Lesotho dan kerajaan Sotho-Tshwane yang lain. Sementara itu bermula pada 1830 an, kaum kerabat pendatang Belanda yang pertama, yang dikenali sebagai Boer Voortrekkers memulakan migrasi ke bahagian utara Afrika Selatan.

Pihak Inggris menduduki Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) pada 1806 dan kemudian daerah Natal. Sepanjang abad 1800, pengaruh Eropa mula berkembang kearah timur. Pada pertengahan 1800, kumpulan Voortrekkers (Bahasa Afrikaan yang bermaksud perintis) mendirikan dua republik kaum kulit putih, Zuid-Afrikaansche Republiek (ZAR) atau Republik Afrika Selatan di Transvaal dan Orange Free State.

Penyatuan Afrika Selatan
sunting
Pada tahun 1910, Kesatuan Afrika Selatan didirikan dari empat daerah yaitu Cape, Natal, Transvaal dan Free State. Kesatuan ini adalah lebih kepada kesatuan kaum kulit putih dari segi hak dan kuasa politik. Manakala, penduduk kulit hitam dikesampingkan. Akibatnya, kaum kulit hitam menentang kesatuan ini. Walaupun terdapat penentangan yang hebat terhadap kerajaan berbentuk perkauman, Akta Tanah Pribumi (Natives Land Act) digubal pada tahun 1913. Akta ini menetapkan kawasan-kawasan penempatan yang dipanggil "homeland" yang dapat diduduki oleh kaum kulit hitam. Penempatan ini hanya merangkumi 13% kawasan di seluruh Afrika Selatan. Selain itu, lebih banyak akta diskriminasi digubal, seperti pemberian kerja yang memihak kepada kaum kulit putih. Pada 1930 an, diskriminasi perkauman menjadi semakin teruk akibat kebangkitan semangat nasionalisme di kalangan bangsa Afrikaner.

Partai politik pertama di Afrika Selatan adalah Partai Afrika Selatan yang didirikan oleh Louis Botha dan Jan Smuts pada 1910. Dua tahun kemudian, Kongres Kebangsaan Afrika atau African National Congress (ANC) pula didirikan untuk membangkang diskriminasi penduduk kulit hitam dari pelibatan politik. Beberapa tahun selepas itu, Partai Kebangsaan atau National Party (NP) dibawah pimpinan Barry Hertzog menggantikan Partai Afrika Selatan. Pada 1934, kedua-dua partai bergabung dan dikenali sebagai partai Afrika Selatan Bersatu (United Party South Africa). Gabungan ini berhasil menyatukan suku Afrikaner dan Inggris. Namun, perkongsian kuasa ini berakhir pada 1939 sewaktu Perang Dunia II meletus. Perpecahan ini berlaku kerana kesatuan tersebut menyokong pihak Inggris, manakala suku berhaluan kanan Partai Kebangsaan, bersimpati pula dengan regim Nazi di Jerman.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi