KUDETA

 Kalau terbesar, mungkin cukup relatif ya. Akan tetapi yang ingin saya bagikan adalah kudeta yang mungkin tidak banyak diketahui oleh orang banyak, yakni kudeta yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte untuk kembali ke tahta Prancis di bulan April 1815.

Lukisan Napoleon Bonaparte.

Sebagai latar belakang, Napolen sendiri merupakan Kaisar Prancis sejak 1804, kejadian yang membawa Eropa terjun ke dalam Perang Napoleon (1804–1815). Namun keberuntungan Napoleon di medan perang mulai luntur sejak invasi ke Rusia di tahun 1812. Kehancuran Le Grande Armee (pasukan Prancis) pasca invasi ke Rusia membuka kesempatan bagi Koalisi (Inggris, Prusia, Austria, dan Rusia) untuk memukul balik Napoleon dan menggulingkannya dari tahta. Kesempatan tersebut datang di tahun 1813 setelah pasukan Koalisi memberikan kekalahan telak kepada Napoleon di Pertempuran Leipzig (18–19 Oktober 1813).

Lukisan Pertempuran Leipzig, yang juga dikenal dengan Pertempuran Bangsa-bangsa.

Pasca kekalahan tersebut, jalan menuju Paris terbuka lebar seiring dengan kekalahan susulan Napoleon di Pertempuran Laon (7 Maret 1814) dan kemudian Pertempuran Montmarte (30–31 Maret 1814). Napoleon pun dipaksa turun tahta pada 6 April 1814 sebelum diasingkan ke Pulau Elba, Italia. Para pimpinan Koalisi pun membentuk Kongres Viena, untuk menentukan masa depan Eropa serta pembagian wilayah yang dahulu dimiliki Prancis.

Namun nyatanya pengasingan Napoleon hanya berjalan selama sembilan bulan 21 hari. Kongres Viena tidak berjalan mulus, justru membuat negara-negara koalisi saling berdebat satu sama lain tanpa titik temu. Bahkan Rusia, Austria dan Prusia berada di ambang perang akibat perebutan wilayah. Memanfaatkan polemik tersebut, Napoleon pun diam-diam kembali ke Prancis bersama sekitar 1000 pasukan pada Februari 1815.

Napoleon disambut oleh pasukannya di Paris pasca kembali dari pengasingan.

Ini yang menjadi menarik. Pasalnya ketika kembali, Dinasti Bourbon (Dinasti yang dahulu lengser pasca Revolusi Prancis tahun 1789), selaku pemerintah Prancis saat itu, berupaya mengirim pasukan untuk 'membasmi' Napoleon dan para pengikutnya. Akan tetapi yang terjadi, setiap pasukan yang dikirim, justru memilih membelot kepada Napoleon yang tidak lain adalah jenderal mereka sendiri. Puncaknya pada 14 Maret, Marsekal Ney, yang merupakan jenderal tertinggi di Prancis kala itu, turut membelot bersama pasukannya, yang membuat Napoleon kini memiliki sekitar 6000 pasukan bergerak menuju Paris.

Melihat situasi tersebut, Raja Louis XVIII memutuskan kabur ke Belgia, dan Napoleon masuk ke Paris tanggal 19 Maret 1815, tanpa ada sedikitpun perlawanan dari tentara Prancis. Rakyat Prancis pun menerima kembali Napoleon dengan tangan terbuka sebelum dirinya kembali resmi naik tahta pada April 1815.

Napoleon dalam Pertempuran Waterloo, yang menjadi pertempuran terakhir Napoleon.

Kembalinya Napoleon sebagai Kaisar menurut saya menjadi salah satu kudeta terbesar dan terhebat dalam sejarah. Pasalnya menurut catatan sejarah, tidak ada satu pun tembakan dilepaskan selama proses kembalinya Napoleon. Karisma yang dimiliki sang jenderal menjadi satu-satunya 'senjata' yang dia gunakan untuk mengambil hati pasukan dan rakyat Prancis.

Sayangnya periode kedua kekuasaan Napoleon tidak berlangsung lama. Pasca kembalinya Napoleon ke tahta, Koalisi langsung membentuk pasukan gabungan untuk kemudian bertempur melawan Napoleon di Waterloo (18 Juni 1815). Seperti diketahui, Napoleon kalah telak dan akhirnya kembali lengser sebelum dibuang ke Pulau St. Helena hingga meninggalnya di tahun 1821. Periode kaburnya Napoleon dari Elba hingga kekalahannya di Waterloo hingga kini dikenal dengan nama 100 Days.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi