KA`BAH VS BAIT SALOMO


Illustrasi kuil Sulaiman pada masa Herod.[1]

Apa yang dilakukan oleh Herod sebenarnya tidak jauh berbeda dari yang dilakukan oleh Bani Saud yang menghabiskan triliunan rupiah untuk membangun gedung kolosal macam Masjid al-Haram.

Ya, para penguasa dari zaman berbeda ini sama-sama membangun rumah Tuhan yang sangat megah, dan memiliki tujuan yang sama: untuk menampung rombongan para peziarah sebanyak-banyaknya.

Kata ibrani yang digunakan untuk menggambarkan tradisi ziarah ini adalah hagg atau chag. Kata ini memiliki cara pengucapan yang sama dengan kata hajj dalam bahasa Arab yang berarti haji[2] . Tidak mengherankan, karena haji memang salah satu ibadah paling kuno bangsa-bangsa Semit. Sehingga dapat dikatakan orang Yahudi pada masa lalu sebenarnya juga melaksanakan ibadah haji.

Informasi mengenai kewajiban haji ke Yerusalem bagi laki-laki Yahudi dapat dibaca pada Deuteronomy 16 yang menunjukkan keberadaan tiga waktu haji:

  1. Matzot
  2. Panen raya (dilakukan seminggu setelah Matzot pada musim semi)
  3. Sukkoth (musim gugur).

Dari ketiga waktu haji ini, ibadah Haji Sukkoth memiliki kemiripan dengan ibadah haji umat Islam. Yang pertama waktu pelaksanaan haji ini berlangsung selama sepekan yang disertai dengan ibadah korban. Dan setiap hari selama sepekan para peziarah melakukan ritual mengelilingi altar.

Dalam Misnah Sukkoth dijelaskan:

How is the mitzva of the willow branch fulfilled? There was a place below Jerusalem, and it was called Motza. They would descend there and gather willow branches [murbiyyot] from there. And they would then come and stand them upright at the sides of the altar, and the tops of the branches would be inclined over the top of the altar. They then sounded a tekia, a simple uninterrupted blast, sounded a terua, a broken sound and/or a series of short staccato blasts, and sounded another tekia. Each day they would circle the altar one time and say: “Lord, please save us. Lord, please grant us success” (Psalms 118:25). Rabbi Yehuda says that they would say: Ani vaho, please save us. And on that day, the seventh day of Sukkot, they would circle the altar seven times. At the time of their departure at the end of the Festival, what would they say? It is beautiful for you, altar; it is beautiful for you, altar. Rabbi Elazar said that they would say: To the Lord and to you, altar; to the Lord and to you, altar.[3]

Sebagaimana Makkah, Yerusalem juga tidak memiliki sumber daya alam agar bisa mandiri. Ekonomi terbesar kota ini pada masa lalu ditopang oleh industri ziarah yang berpusat di kuil Sulaiman, dimana ribuan orang dari seluruh Judea berkumpul tiga kali setahun dan membawa persembahan mereka ke kuil. Di sana para penduduk lokal menjajakan akomodasi berupa penginapan, makanan, hewan kurban, hingga suvenir.

Menurut Josephus, jumlah peziarah pada tahun 66 SM mencapai 2,7 juta orang. Angka tersebut menurut M Goodman terlalu dilebih-lebihkan, karena kuil Herod tidak dapat menampung orang sebanyak itu. Ia pun memberikan taksiran yang lebih masuk akal yakni sekitar 250 ribuan peziarah.[4] Dibandingkan ziarah kuil pagan Romawi, Haji Sukkoth lebih internasional karena melibatkan para peziarah yang berasal dari provinsi bahkan negara berbeda. Seperti Aleksandria di Mesir dan Babylonia, yang pada masa itu berada di bawah kerajaan Parthia. Para peziarah ini merupakan umat Yahudi diaspora yang tinggal di seluruh penjuru kerajaan Romawi dan juga Parthia.[5]

Jalan para peziarah yang dibangun pada masa Herod menuju Yerusalem. Di jalur ini terdapat tempat pemandian dimana para peziarah membersihkan diri mereka sebelum ke kuil.[6]

Dari pemaparan singkat ini bisa disimpulkan bila umat Yahudi juga melaksanakan ibadah haji. Ibadah tesebut dilakukan tiga kali dalam setahun dan bertempat di kuil Sulaiman, Yerusalem. Ibadah haji ini sudah ada setidaknya sejak era kuil pertama, sekitar abad ke-8 SM dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Herod di abad pertama SM. Setelah kuil Sulaiman dihancurkan oleh tentara Romawi ibadah tersebut pun terhenti dan tidak dilakukan lagi hingga saat ini.

Semoga membantu.

Catatan Kaki

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi