SKANDINAVIA MENJADI MODEL

 

Itu berarti, sumber daya alam dan kekayaan alam mereka dieksploitasi oleh segelintir mulut saja (dan keluarganya sendiri juga tidak banyak mulut yang perlu dikasih makan). Logika ekonomi sederhana.

Btw yang kaya minyak bumi di Skandivania cuma Norwegia ya (dan penduduknya juga sedikit banget😂).

Banyak anak = banyak pengeluaran bro&sis, dan sebaliknya.

Bandingin sama kepadatan Indonesia:

Makanya jangan mikir soal penyebaran dan konversi/penambahan agama doang, nggak bikin auto-tajir tuh yang memeluk suatu agama tertentu. Jangan fanatik-fanatik amat lah sama agama loe sendiri, kecuali itu bikin loe jadi "sukses dan teladan dunia" baru boleh lah berbangga😏

NORDIC MODEL (bukan "Viking" model kan?)

Dari sejarahnya, dulu negara-negara Skandinavia bergantung pada model ekonomi Uni Soviet, anak-anak HI atau yang suka sejarah dunia hampir pasti tahu ini lah.

Waktu awal 90-an USSR kolaps ya para Scandinavians ikut shocked juga ekonominya. Karena mereka sudah biasa dengan hidup sosialisme (bukan komunisme ya) dan mengenal kapitalisme dari UK, USA dll, jadilah mereka mengadopsi jalan tengahnya dalam menjalankan negara dan membuat kebijakan-kebijakannya.

Btw waktu perang dunia Swedia sendiri posisinya netral. Mereka seperti Swiss-nya Skandinavia lah.

Itu dikenal sebagai welfare states.

Kemudahan membuat dan menjalankan bisnis (jadi pengusaha), kesetaraan gender dalam pekerjaan dan politik, pendidikan gratis, layanan kesehatan dan medis gratis, cuti pekerjaan yang panjang termasuk untuk sang ayah, dsb.

If you had to be reborn anywhere in the world as a person with average talents and income, you would want to be a Viking. The Nordics cluster at the top of league tables of everything from economic competitiveness to social health to happiness. They have avoided both southern Europe’s economic sclerosis and America’s extreme inequality.

Intinya, hampir semua orang Skandinavia itu "merata" latar belakangnya dan akses yang didapatkannya. Nggak ada ceritanya "American dream" di sana (lalu timbul gap aka kesenjangan yang jauh sekali misalnya gaji CEO vs gaji karyawan dan tingkat pendidikan masyarakat dst. Yang ada orang-orang di negara lain bilangnya "Scandinavian dream".

Karena welfare itu tadi, dan kebetulan sejarah bangsanya juga membantu sebagai ex member states USSR.

Prinsipnya dalam bahasa sehari-sehari seperti ini:

  • Be efficient – Efficiency generates high output of the things we need.
  • Be working – Work too drives output, and makes our lives meaningful.
  • Have gender equality and respect – Because this is right, and discrimination is wrong.
  • Equalize income – Because it is fair. And efficient. And safer for all.

Dari sini apa kesimpulan yang menarik dan bisa kita kritisi dari para Skandinavia, dan bisa Indonesia adopsi setidaknya dimulai dari mental manusianya?

  1. Jangan pusing soal "kapan nikah/kapan punya momongan?"😂
  2. Jangan overproud soal agama loe, apalagi kalau sampai fasis ekstrim kanan (benci yang bukan agama/ras loe). Nggak penting banget tau, sekarang udah tahun 2020 bukan 1000 SM😝
  3. Yang teriak-teriak "anti sosialisme-komunisme-liberalisme/kapitalisme" maennya kurang jauh sampe Skandinavia; dan pada intinya mereka tuh nggak tahu apa yang mereka demo/omongkan!😂
  4. Mau minta/demo apa-apa serba murah? BOLEH BANGET! Tapi iuran (pajak) juga harus tinggi dan MINIM KORUPSI!
  5. Introvert dan invidualisme itu keren, tapi itu bukan berarti loe anti-social atau apatis. Kalau dalam konteks bermasyarakat, semua orang wajib bekerja sama dan berkontribusi sebagai kesatuan bangsa = budaya komunal, semua orang berpartisipasi aktif dan aware.
  6. Bergaya hidup minimalis dan pejuang garis keras (tapi tingkat menabung dan investasi tinggi). Fuk lah para artis/influencers shallow dan sok gembar-gembor harta mewahnya (konsumtif)!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAHUN 80an INDONESIA LEBIH MAJU DARI TIONGKOK, KINI JAUH TERTINGGAL, APA PRINSIPNYA

BAHASA DAERAH yang UNIK

Perilaku Organisasi